Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.
Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.
Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Zaira
Brian turun dari mobil. Dalam perjalanan tadi, dia sudah menyusun kalimat supaya Zaira percaya padanya. Dia tidak ingin Zaira tahu kalau dia baru melakukan hal yang paling dibenci istrinya itu.
Brian melirik jam tangannya. Masih ada setengah jam lagi untuk berangkat ke Bandara. Zaira pasti sudah menyiapkan segala sesuatunya dan liburan tetap terlaksana, pikirnya.
Dia masuk ke dalam rumahnya. Matanya menyapu seluruh ruang. Tidak ada orang di dalam. Bahkan Mbok Inah yang biasanya jam segini masih di dapur pun tidak ada.
Brian menuju kamarnya. Tidak ada orang juga di dalam. Kemana Zaira? Pikirnya.
Brian menelpon istrinya tetapi sepertinya ponsel Zaira tidak aktif. Diapun memilih untuk membersihkan diri dahulu sebelum mencari istrinya.
Setelah beberapa menit, dia mencoba menelpon Zaira lagi namun tetap tidak tersambung. Mbok Inah juga tidak ada di rumah.
Kemana mereka? Apa Zaira pergi berdua dengan Mbok Inah?
Dia ingin menelepon Hani, tetapi takut jika Hani ternyata tidak tahu keberadaan Zaira dan merasa heran sebab hari ini adalah jadwal mereka cuti untuk berlibur. Jika ia menanyakan istrinya, bukankah artinya hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja? Memikirkan itu, Brian mengurungkan niatnya.
Entah kemana Zaira. Apakah dia marah karena Brian tidak pulang? Ah, Zaira tidak pernah seperti ini, batinnya.
Brian merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menerawang jauh ke atas. Dia sadar apa yang ia lakukan ini sangat salah. Bahkan jika Zaira tahu dia pasti akan kehilangan istrinya juga. Tetapi di satu sisi, dia merasa, tidak bisa meninggalkan Rinnada.
Bayangan wajah gadis itu kini muncul lagi di pikirannya. Indahnya perasaan jatuh cinta yang dulu ia rasakan saat pertama kali, menyeruak lagi. Dia seperti bisa merasakannya.
Brian teringat dengan mimpinya lagi. Sudah lama sekali dia tidak memimpikan Rinnada. Setelah sekian lama, Rinnada muncul dalam mimpinya dalam keadaan menangis. Brian merasa sangat sakit hati saat itu. Yang lebih menyedihkan, sakit hatinya masih terasa hingga ia bangun dari tidurnya.
Brian lalu teringat sesuatu. Bagaimana kabar Dinnara?
Dia lalu bangkit. Mengambil jeket dan kunci mobilnya. Dia menuju kantornya.
~
"Loh, Brian? Kau bukannya cuti?" Revan menegurnya saat Brian baru saja melangkah masuk ke dalam kantor.
Brian diam. Dia tidak punya alasan yang tepat saat ini. "Andre ada di ruangannya?" Brian mengalihkan topik.
"Dia juga sedang berlibur. Kau tidak tahu?"
Brian mengerutkan alisnya. "Kemana?"
Revan tampak berpikir. "Aku tidak ingat dia bilang kemana".
Brian sedikit berpikir kenapa Andre libur tanpa kejelasan. Seingatnya, Andre sedang sangat banyak pekerjaan.
"Baiklah. Kau lanjutkan pekerjaanmu". Ucapnya pada Revan sambil menepuk-nepuk pundaknya dan berlalu pergi.
Brian masuk ke dalam mobilnya. Dia merenung dan merasa ada yang ganjil. Kenapa Zaira, Mbok Inah, dan Andre tidak terlihat?
Dia menjalankan mobil menuju rumah sakit. Siapa tahu, Zaira sedang ada disana.
~
Brian mengetuk pintu ruangan Zaira, lalu membukanya. Dia tidak mendapati istrinya disana. Ruangan itu pula terlihat rapi seperti tak tersentuh.
"Cari siapa, pak?". Seorang perawat menegur Brian yang berdiri di ambang pintu.
"Apa dokter Zaira ada di dalam?" Tanya Brian pada perawat yang sepertinya tidak mengenalinya sebagai suami Zaira.
"Dokter Zaira sedang libur satu hari. Jika ada keperluan, silakan ke ruang informasi untuk membuat janji ya, pak". Jelasnya pada Brian.
Brian lalu menutup pintu. "Terima kasih, saya permisi dulu". Dia lalu melangkah. Perawat mengatakan Zaira hanya satu hari bercuti? Artinya dia memang sudah membatalkan cuti panjangnya.
Brian terus terpikir akan Zaira. Dia tidak tahu mau kemana karena sampai sekarang Zaira tidak bisa dihubungi. Perasannya mulai cemas, apakah Zaira marah dan mengetahui keberadaan dirinya tadi malam?
Dia gelisah. Lalu menuju ruangan Hani. Dia tidak bisa pura-pura tidak peduli terhadap istrinya itu. Dia harus tahu kemana Zaira pergi.
Brian mengetuk pintu ruangan Hani. Lalu masuk saja tanpa ada perintah.
Hani yang tengah duduk di meja kerja berhadapan dengan Revi, menoleh heran sebab Brian malah nongol di rumah sakit. Bukankah dia dan Zaira sedang bulan madu? Pikir mereka saat itu.
"Kak Brian? Ada apa?" Hani beranjak menghampiri Brian yang masih berdiri di depan pintu.
Brian terlihat ragu. Apalagi Revi ada di situ. Dia khawatir wanita itu bisa melihat gelagat aneh pada dirinya.
"Masuklah dulu. Silakan duduk, kak". Hani mempersilakan Brian duduk. Dia mengambil minuman di kulkas mininya dan meletakkannya di atas meja.
Revi ikut duduk di sebelah Hani. Dia sudah mencium aroma tidak menyenangkan dari suami sahabatnya itu.
"Ada apa, kak?" Tanya Hani yang melihat Brian datang hanya sendiri tanpa Zaira.
Dia mencoba bertanya, siapa tahu Zaira mengabari mereka. "Apa.. kalian tahu, Zaira ada dimana?" Brian terbata-bata. Pilihannya masuk ke ruangan Hani adalah pilihan yang salah. Dia bahkan sudah tidak bisa berbalik lagi.
Hani melihat ke arah Revi yang tatapannya tak lepas dari wajah Brian.
"Bukankah kalian sedang berlibur? Zaira sudah mengajukan cuti untuk itu, kan." Ucap Hani dengan hati-hati. Benar, terjadi sesuatu pada mereka saat ini, pikir Hani lagi.
Brian menunduk. Ternyata Zaira hilang tanpa kabar. Sama seperti yang ia lakukan tadi malam. Brian kelimpungan, tidak tahu harus kemana. Tidak mungkin Zaira pergi ke rumah orang tuanya yang berada di luar negeri, kan? Tanyanya dalam hati.
"Apa kakak keberatan untuk menceritakannya?" Revi yang sejak tadi diam mulai bersuara. "Siapa tahu kami bisa membantu".
"Kami dengar dari kak Andre, kakak tidak pulang tadi malam". Ujar Hani. "Padahal pagi tadi seharusnya kalian berangkat, kan?"
"Aku menyelesaikan pekerjaanku di rumah klien sebelum cuti. Lalu ponselku mati, belum sempat mengabari. Aku juga ketiduran jadi.." Brian menahan napasnya. Melirik kedua teman Zaira yang berada di depannya. "Aku pulang dan Zaira tidak ada disana. Aku tidak tahu sekarang dia ada dimana".
Terdengar Revi mengeluarkan napasnya dengan kasar. "Satu kali berbohong akan melahirkan kebohongan lain nantinya." Ucap Revi yang melihat gelagat aneh Brian.
Benar, kan. Dia bisa menebaknya. Dada Brian berdetak hebat. Beberapa kali dia merubah posisi duduknya.
"Aku tidak berbohong. Aku meceritakan kebenarannya. Mungkin Zaira sangat marah tapi aku belum menjelaskan ini padanya. Nanti Kalau sudah kujelaskan, dia pasti mengerti". Ucapnya dengan lancar. Dia melihat anggukan kecil dari Hani.
"Hani, kau tahu kemana Andre?" Tanyanya memastikan. Karena anak itu hampir tidak pernah libur seharipun.
"Ke rumah ibu. Mengambil barangnya yang ketinggalan".
Brian mengangguk. Ya, tidak mungkin dia pergi dengan Zaira. Brian menyesali pemikirannya yang sempat mencurigai Zaira dan Andre tadi.
Bersambung....
cow gk tahu diuntung