Jatuh cinta pada pria yang tak dikenal, itulah yang dirasakan Khanza.
Hanya dengan melihatnya dari kejauhan.
Setelah lima tahun tak pernah melihat sosok Cinta pertamanya, mereka kembali di pertemukan.
Khanza tak menyangka jika mereka akan dipertemukan kembali sebagai atasannya.
"Maukah kau menikah denganku," kalimat yang keluar dari mulut pria yang menjadi cinta pertamanya itu seolah membuat Khanza melayang.
Apakah mereka akan bahagia bahagia? Tentu saja, apalagi mengetahui ada janin yang sedang berkembang di rahimnya, bulan kedua pernikahannya.
Bermaksud ingin memberi kejutan, justru dialah yang mendapat kejutan dari suaminya.
"Kau boleh meminta apa saja, tapi jangan memintaku meninggalkannya. Aku mencintai dirimu dan dirinya."
'HANCUR' saat suaminya mengatakan jika ia telah menikah sebelum menikahinya.
Istri Keduanya, itulah kedudukannya.
Mampukah Khanza berbagi cinta dengan wanita lain ...?
Akankah ia menerima atau justru harus pergi dari cinta pertamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku hanya seorang Khanza.
"Aqilah, Kamu kenapa sih tertawa terus, nggak jelas banget sih!" sahut Nindi, teman kantor Aqila dan Khanza.
Saat di kantor, dulunya Khanza selalu bersama Aqila, Nindi dan Sintia.
"Kalau ada yang lucu, bagi-bagi dong," tambah Sintia yang penasaran apa yang sebenarnya membuat Aqila tertawa. Tanpa permisi Nindi langsung mengambil ponsel Aqila.
"Apaan, sih! Nindi" Aqila ingin kembali merebut ponselnya. Namun, temannya itu langsung menjauhkan dari jangkauan Aqila.
Mereka berdua mencoba melihat apa yang sebenarnya membuat Aqila tertawa, hingga membuat wajahnya memerah.
"Ini ... pak Abizar," pekik mereka berdua.
"Huzzz" Aqila memberi isyarat agar mereka memelankan suaranya.
Mereka bertiga langsung melihat sekitarnya dan tersenyum canggung saat menyadari mereka menjadi pusat perhatian di kantin.
"Kalian, sih. pake acara teriak segala, diliatin orang 'kan," sahut Aqila.
"Maaf, ga sadar tadi," ucap Nindi mengacungkan tangan berlambang Vis.
Mereka sangat terkejut saat melihat apa yang sedari tadi sebenarnya ditertawakan oleh Aqila. Mereka tahu jika laki-laki di foto itu adalah Abizar, bos mereka. Abizar yang terlihat sangat kucel, pakaiannya berantakan dan terlihat seperti berada di daerah perkampungan sedang menjadi tukang bangunan. Sangat jauh berbeda dari apa yang mereka lihat selamat ini.
Bos mereka yang selalu memakai pakaian rapi, bersih, wangi dan berbalut jas mahal, berbanding terbalik dengan apa yang mereka lihat sekarang di layar ponsel Aqila.
"Bukannya ini Pak Abizar?" tanya Sintia yang di iyakan oleh Nindi yang juga duduk disampingnya sambil menatap Aqila penuh tanya.
Aqila dan 2 temannya sedang makan siang di kantin perusahaan.
"Emangnya pak Abizar kemana sih, kok bisa ada foto kayak gini?" tanya Nindi sambil terus melihat foto Abizar di layar Ponsel Aqila.
"Ini Pak Abizar 'kan?" tanyanya lagi memastikan mereka tak salah orang.
"Iya, lucu ya," ucap Aqila mengambil kembali ponselnya.
"Tapi, kenapa Khanza bisa memiliki foto pak Abizar seperti itu?" tanya Nindi masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Pertanyaan itu membuat Aqila langsung berhenti tertawa dan berpura-pura meminum jus yang ada di depan sambil berfikir alasan apa yang harus dikatakan nya.
Aqila lupa jika karyawan kantor tak ada yang mengetahui jika Khanza adalah istri dari Abizar.
"Pak bos kan tampan, makanya banyak orang yang mengejar dan mengoleksi fotonya, termasuk aku," ucap Sintia memperlihatkan puluhan foto Abizar di ponselnya yang diambilnya secara diam-diam.
"Orang tampan, wajarlah jika banyak yang kepo dengannya. Paling Khanza juga salah satu fans fanatiknya dan paling di juga pasti mengambilnya dari media sosial," ucap Nindi menjawab pertanyaan sendiri yang belum dijawab oleh Aqila, membuat Aqila bernafas lega. Ia tak tau harus menjawab apa pertanyaan itu.
"Khanza pindah kerja dimana, ya?" tanya Sintia
"Iya, sejak berhenti dari kantor aku ga pernah ketemu dia lagi!" sahut Nindi.
"Khanza pulang ke kampung nya," jawab Aqila.
"Kalian sudah dengar gosip nggak?" Kata Nindi si anggota lambetura yang tak pernah ketinggalan gosip hot yang sedang tranding.
"Gosip apa?" tanya Aqila mengamankan ponselnya. Ia tak ingin mereka melihat foto lain di galerinya, disana terdapat beberapa foto pernikahan Khanza dan Abizar serta foto Khanza yang sedang hamil besar.
"Katanya Ibu Farah itu istrinya pak Abizar, ya?"
"Ibu Farah, maksudmu yang menggantikan pak Abizar sekarang?"
"Iya, ada salah satu karyawan yang tak sengaja mendengarnya. Ibu Farah berbicara dengan pak Fahri, dalam pembahasan mereka. Pak Fahri menyebutkan jika ibu Farah itu istri sah pak Abizar.
Mode gosip di aktifkan.
Aqila hanya diam mendengar mereka bergosip, ada rasa kesal di hatinya mendengar suami sahabatnya digosipkan dengan wanita lain, walau ia tahu itu adalah fakta.
Mereka berdua menggosipkan tentang Farah adalah istri dari bos mereka tak ada pembahasan lain, membuat Aqila merasa tak nyaman mendengar pembicaraan itu.
Entah apa yang akan mereka pikirkan tentang Khanza saat mereka tahu jika Khanza adalah istri kedua dari bos mereka.
Mereka terus bergosip dan baru berhenti saat melihat Farah dan Fahri, asisten Abizar berjalan menuju ke arah mereka.
Semua melirik ke arah Farah saat berjalan melewati mereka.
"Mereka memang serasi, ibu Farah orangnya cantik, pak Abizar orangnya tampan. Keduanya sama-sama tajir, penampilan rapi dan elegan," ucapnya Sintia mengagumi penampilan Farah yang memang selalu modis.
"Sebentar ya, aku ke belakang dulu," pamit Aqila.
"Aqila sedikit berlari menuju ke toilet wanita dan dengan segera ia menelepon Khanza.
"Ada apa Aqila?" tanya Khanza.
"Kamu dengan siapa?"
"Nggak sama siapa-siapa, memangnya kenapa?
"Maksud aku di dekat kamu ada siapa saja?" tanya Aqila yang takut apa yang akan dibicarakan ya akan didengarkan oleh suami sahabatnya itu.
"Banyak, sih! Bentar ya, aku menjauh dulu dari mereka," ucap Khanza melihat-lihat sekitarnya dimana tempat yang sepi dan nyaman untuknya berbicara dengan Aqila. Dari nada suaranya Aqila terdengar serius membuat Khanza penasaran dengan apa yang akan Aqila katakan padanya.
"Ada apa? Sekarang aku sudah menjauh dari yang lain, apa ada hal penting?" tanyanya.
"Kamu mau tahu gosip di kantor?"
"Gosip! Gosip apa?" tanya Khanza cepat.
"Kamu tahu nggak?"
"NGGAK!" cekikikan.
"Ih, kamu nih, yah! Aku serius."
"Iya, maaf. Ada apa?" tanya Khanza.
"Mbak Farah yang sekarang menggantikan posisi Pak Abizar memimpin perusahaan. Kamu dah tau belum?"
"Oh, ya?? Aku nggak tau. Aku nggak nyangka jika Mbak Farah secerdas itu bisa menggantikan kak Abi. Aku pikir dia hanya ibu rumah tangga biasa," sahut Aqila terdengar nada cemburu di sana.
"Masalah itu nggak penting, yang paling penting di perusahaan beredar gosip jika Mbak Farah adalah istri Pak Abizar."
Khanza terdiam, ada rasa iri di hatinya. Ia juga ingin dikenal sebagai istri dari seorang Abizar, pemimpin perusahaan yang banyak dikagumi oleh para karyawannya.
"Khanza kau masih di sana 'kan, kau masih mendengarku?" tanya Aqila yang tak mendengar jawaban dari sahabatnya itu.
"Iya aku dengar, apa yang mereka katakan?" tanyanya lemas.
"Mereka mengatakan jika Pak Abizar dan ibu Farah itu pasangan yang serasi, mereka mengagumi keduanya.
"Mereka memang benar, Mbak Farah dan kak Abi memang pasangan yang serasi. Akulah yang datang dan merusak kebahagiaan mereka.
"Khanza, kamu bukan perusak kebahagiaan mereka. Kamu adalah pelengkap kebahagiaan keduanya. Kamu itu sangat berharga bagi Meraka dua. Mungkin cara mereka yang salah memasukkan mu dalam hubungan mereka, tapi sekarang pak Abizar ada bersama kamu kan'?" tanya Aqila.
"Iya, Kak Abizar ada di depanku.
Khanza menatap Abizar yang terlihat sedang sibuk bersama dengan pekerja lainnya.
"Aqila, menurutmu mengapa kak Abi ingin tinggal di sini?"
"Apa dia mengatakan jika ingin tinggal denganmu di sana?" tanya balik Aqila.
"Nggak sih, dia hanya bilang jika aku bisa tinggal disini selama yang aku mau dan dia akan terus menemaniku. Aku merasa telah bersikap egois, telah memisahkan mbak Farah dari Kak Abi dan membuat Kak Abi meninggalkan tanggung jawabnya di perusahaan," lirih Khanza
"Emang benar, selama pak Abizar tak memimpin perusahaan secara langsung, banyak klien penting mulai meninggalkan perusahaan, tapi sepertinya Pak Fahri dan ibu Farah terus bekerja keras untuk tetap menjalankan perusahaan.
"Seperti itu, ya. Padahal kan baru sebulan kak Abi tidak ke kantor.
"Khanza sayang, seorang pemimpin seperti mereka waktunya itu sangat berharga setiap detiknya, tidak seperti kita yang sebulan itu berlalu begitu saja. Jika mereka setiap detik itu bisa menghasilkan ratusan juta dan juga bisa kehilangan sebanyak itu," jelas Aqila.
"Iya, yah! Terus aku harus bagaimana, aku sudah menyuruhnya untuk kembali, tapi dia tetap kekeh ingin tinggal di sini. Aku sendiri tak bisa ikut bersamanya kembali."
"Aku tak bisa memberi solusi, aku saja pusing hanya dengan mendengarkan masalah rumah tangga kalian.
"Apa aku kembali saja, ya?"
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Terima kasih sudah membaca 🙏
Mohon beri dukungan nya dengan memberi like, vote dan komennya 🙏
Salam dariku, Author m anha ❤️
Love you all 💕💕💕
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
agak gemesh sma visual karakternya. realitanya gk ada yg 100 mw d madu wlau mlut brkata iya n brkata akn adil