Wasiat Pembawa Cinta

ke adaan menjadi canggung untuk Tasya, tapi tidak untuk Arkan,

Tasya di antar pulang ke rumah nya, dengan gentleman Arkan mengembalikan Tasya pada ibu nya, terlebih ada Rama di depan teras sepertinya menunggu kepulangan mereka walau ini sudah jam sepuluh malam..

"terimakasih tuan sudah antar saya pulang"

"kamu bisa panggil saya mas kalo di luar kantor sya"

Tasya tersenyum, senyum yang membuat Arkan tertegun, ia baru belakangan ini memperhatikan Tasya dari dekat.

"saya pamit, sampai jumpa besok"

"baik, terimakasih... mas... " Tasya canggung mengatakan nya.

pamit pada sang abang, Arkan pergi.

hp nya tak henti berdering sejak tadi namun ia silent,

_dalam bahasa Inggris_

"hallo"

"tuan maaf, beberapa anak buah kita terluka dalam bentrok tadi malam, satu meninggal, selanjutnya apa yang harus kita lakukan? "

"balas seperti yang mereka lakukan pada kita, apa pun resiko nya"

"baik laksanakan tuan"

"kirim kabar selalu, saya belum bisa pulang ke London"

"serahkan pada kami tuan"

Arkan meremas kemudi,

bisnis yang ia jalani di London selama ini baik baik saja, kebetulan sekali saat dia sedang tidak di tempat, seseorang mengusik nya.

Arkan melirik hp nya yang berdering lagi, dari Nathalie,

ia berdecak, merasa malas dengan wanita itu.

tidak ada komitmen berpacaran dengan nya, tapi entah kenapa dia begitu lengket, malah kini mengikuti nya ke Indonesia.

Nathalie seorang model ia terus saja menggoda Arkan karna tau Arkan seorang pebisnis, di tambah sekarang ia di Indonesia, padahal Arkan tidak pernah memberitahu nya secara detail siapa diri nya,

**

siang ini,

Arkan dan Tasya baru saja selesai meeting, saat Tasya melihat Nathalie duduk di ruang tunggu.

"Arkan lama sekali sih" Nathalie merajuk, menghentak hentakan kaki nya

"ada apa, kenapa kamu datang?" tanya Arkan kesal

"maaf tuan saya permisi" ucap Tasya

Arkan mencekal nya. menggenggam pergelangan tangan Tasya

"pulang lah, saya ada urusan dan akan makan siang dengan nya"

"kamu kenapa sih, dari malam telpon aku ga di angkat?

ini lagi apa apaan pegang tangan dia" Nathalie melepaskan genggaman tangan Arkan.

"kamu tau ini di mana? ini di perusahaan kamu ga bisa seenak nya datang"

"aku ga perduli, sekarang waktu nya istirahat kan? “

"aku bilang ada urusan kamu ga faham? aku tuh kerja di sini ga bisa seenak nya keluar gitu aja"

"aku bilang aku ga perduli"

"oke, anak buah ku akan bawa kamu kembali ke London. memang kamu ga ada kegiatan hah? mengganggu saja"

Arkan pergi, ia malah tidak menyadari Tasya sudah tidak ada di sana bersama nya.

"ayo... " Arkan meraih tangan Tasya untuk keluar makan siang

"tuan maaf, saya di sini saja, banyak sekali pekerjaan, saya juga belum lapar"

"aku ga ada hubungan apa apa dengan wanita itu" ucap Arkan

hening di antara mereka untuk sesaat.

Tasya menarik nafas nya dalam

"maaf tuan, saya tidak berhak mencampuri urusan pribadi anda, dan saya juga tidak mempermasalahkan itu"

Arkan mendekat

"bukan kah kita akan menikah?"

"betul, dan saya tau pernikahan kita karna apa tuan.. "

Arkan tersenyum sinis, "oke... " ucap nya, lalu pergi begitu saja,

Tasya mengusap wajah,

duduk kembali di kursi nya..

"hubungan ini tidak sehat, Arkan punya wanita, dan pernikahan ini di landasi perjanjian, aku ga boleh pake hati"

***

"Tasya, pulang kerja saya jemput ya, kamu harus fitting gaun pengantin.. jangan banyak alasan sibuk, tinggalkan dulu pekerjaan mu"

Tasya menyimpan kembali hp nya di meja, bu Anggi mengirimi nya pesan.. pernikahan tinggal 7 hari lagi dan besok undangan akan di sebar,

Arkan belum kembali dan entah ia akan datang lagi atau tidak ke kantor ini sudah jam tiga sore, bukan kah dia juga harus fitting jas nya?

karna Arkan benar benar tidak kembali, Tasya membereskan meja nya, menutup laptop dan bersiap pulang,

Saat ia menuju motor nya, sebuah mobil datang menghalangi jalan nya. Arkan membuka kaca,.

"ayo naik"

"tidak tuan terimakasih"

"cick, tante Anggi minta saya jemput kamu"

"tapi saya bawa motor tuan"

"tinggalkan saja, repot banget"

Tasya mengalah, ia juga tidak enak membuat bos nya menunggu keputusan nya.

tanpa basa basi, Arkan langsung tancap gas setelah Tasya masuk ke dalam mobil,

Tidak ada percakapan, namun mata Tasya memicing melihat sesuatu di bawah dekat kaki nya,

pelan pelan Tasya meraih nya, Arkan memperhatikan Tasya ia juga malah ikut melihat ke bawah.

Tasya membelalakkan mata nya melihat apa yang ia pegang,

sebuah bra berwarna hitam, Arkan tidak kalah panik melihat itu, ia langsung menepikan mobil, Tasya dengan jijik memberikan itu ke dekat Arkan.

"Tasya, ini ga seperti yang kamu pikirkan"

"memang apa yang saya pikirkan tuan? “

"emh... Arkan terlihat bingung

"saya kan sudah bilang, saya tidak akan mencampuri urusan pribadi anda tuan"

"hufft, apa kamu ga cemburu? "

"hah?? hahaaa, jangan bercanda tuan, cemburu itu untuk orang orang yang punya hubungan special"

Arkan mengangguk, percuma saja sepertinya ia menjelaskan, calon istri nya ini tidak butuh penjelasan.

"panggil saya mas, mulai sekarang, di kantor pun, semua orang tau kita mau nikah"

Tasya membuang pandangan nya ke luar, entah lah bagaimana perasaan nya ini harus di gambarkan