🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹
Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.
Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permohonan
🌹VOTE🌹
Ketika mengendarai mobil, tiba tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan Alan. Membuatnya harus mengerem mendadak.
Wajah datarnya seolah mengatakan, "Sial, apa lagi ini?"
Alan menatap jok mobil di sampingnya, di sana ada berbagai macam makanan untuk istrinya. Dan dia harus terhenti oleh sebuab mobil merah.
Saat pria di dalamnya keluar, Alan mengetatkan rahang. Dia tahu pria itu, namanya Judi.
"Keluar lo, anjing!"
Alan segera keluar, sepersekian detik dia mendapatkan pukulan dari Judi. "Laki macam apa lo?! Bunuh anaknya sendiri."
Alan yang berdiri kembali dengan wajahnya yang datar. "Jauhi istri gue, dia milik gue."
Sebelum Judi melayangkan pukulan, Alan lebih dulu masuk ke dalam mobil.
"Keluar lo! Keluar!"
Alan menyalakan mobil dan mengemudikannya, terserah apa yang akan terjadi. Dia hanya ingin menemui Inanti dan menatap anaknya kembali.
Sampai di rumah sakit, Alan bergegas menuju ruangan istrinya. Sayang, tempat itu melewati ruangan bayi. Membuat Alan berhenti untuk menatap bayinya sesaat.
Di sana ada bayi cantik yang sedang memejamkan matanya, dengan bibir merah merona. Jantung Alan berdetak kencang, seolah ada sesuatu yang meronta ingin dituntaskan.
Sebelum air matanya jatuh, Alan kembali melangkah menuju kamar Inanti.
"Mama?"
Di sana terlihat Mama sedang berbincang dengan Inanti. Hal yang membuat Alan berdiam sesaat ketika melihat Inanti sudah berkerudung.
"Al, kau bawa makanannya?"
"Semuanya di sini. Di mana Papa?"
"Ada urusan."
"Ya, urusan lebih penting."
Mama mengerti maksud Alan, dia segera menjauh dari Inanti dan mendekati putranya di sofa. "Al, Mama dan Papa tidak bisa membantu untuk hubunganmu dengan Inanti, kau sendiri yang harus memperbaikinya."
"Apa yang harus Alan lakukan?"
"Hei, tatap Mama."
Alan melakukannya, membuat Mama mengusap pipinya. "Ikuti kata hatimu, Nak. Kau sudah dewasa. Minta maaf padanya."
🌹🌹🌹
Alan ditinggalkan berdua dengan Inanti. Diam diam, pria itu menatap istrinya yang duduk di ranjang menatap jendela.
Kenapa dirinya baru menyadarinya saat ini? Wanita yang menjadi istrinya adalah perempuan baik yang Tuhan kirimkan. Kenapa penyesalan datang di akhir?
Alan menarik napasnya dalam, dia mendekat yang mana langsung membuat garis wajah Inanti berubah. Inanti enggan menatapnya, dan Alan tahu kenapa.
"Nan?"
Inanti tetap diam dengan tatapan tidak berpaling dari jendela.
"Nan? Saya minta maaf, saya mohon kasih saya kesempatan kedua."
Bibir Inanti bergetar, dengan wajah datarnya dia menahan tangis dan berkata, "Kamu bilang kamu jijik sama saya, kamu bilang sendiri pake nama Tuhan kalau kamu berharap anak anak yang ada dalam kandungan saya bukan dari sp*rma kamu."
"Saya menyesal, Nan."
"Menyesal gak akan menghapus semua dosa dosa kamu ke saya, ke anak anak saya."
Air mata Inanti jatuh begitu saja, membuat Alan ingin mengusapnya. Tapi Inanti menepisnya.
Dan dia menatap manik hitam pria itu. "Kamu bilang nggak mau hidup sama saya, kenapa sekarang minta balikan?"
"Nan, sumpah demi Tuhan, saya nyesel dengan apa yang saya lakuin, yang saya katakan ke kamu. Nggak ada yang bisa saya lakukan untuk menarik kata kata saya, tingkah saya yang nyakitin kamu. Saya tau itu salah, dan saya mau memperbaikinya."
"Saya gak masalah kalau kamu ingin pisah sama saya, toh anak saya udah lahir," ucap Inanti dengan bibir bergetar.
Membuat Alan menengang. "Nan, saya gak mau pisah dari kamu, saya gak mau pisah sama Nadia. Tolong kasih saya kesempatan, saya janji akan memperbaiki semuanya."
"Vanesa?"
Alan menegang. Saat Inanti mengatakan itu, tangannya bergetar ketakutan.
Yang segera Alan genggam. "Saya sudah memutuskan hubungan dengannya."
"Sesudah Adam mati?"
Alan diam.
"Saya gak peduli kamu mau gimana sama dia. Yang penting kalian jangan ganggu hidup saya sama bayi saya lagi," ucap Inanti menyeka air matanya.
"Nan, apa maksud kamu?"
Inanti menggeleng, air matanya jatuh. "Saya gak mau hidup sama kamu lagi."
"Nan, saya mohon kasih saya kesempatan. Saya janji saya akan bahagiakan kamu, bahagiakan Nadia, Nan. Kasih saya kesempatan, saya janji gak akan sia-siain kesempatan itu, Nan. Saya…. Saya gak bisa jauh dari Nadia."
"Tapi kamu jauh dari dia waktu Nadia dalam kandungan."
"Nan…. Saya mohon kasih saya kesempatan kedua."
🌹🌹🌹
TBC