Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbagai Pertimbangan - part 1
Kanaya mengusap air matanya. Sudah dua hari Galan tidak membalas chat Kanaya sama sekali. Bahkan dia nggak mau angkat telepon dari Kanaya. Tapi Kanaya tahu kalau Galan berada di kantor mengingat dia yang memiliki aplikasi pelacak lokasi Galan yang terpasang di hpnya dan Kanaya percaya kalau Galan memang berada disana.
Galan masih benar-benar marah dan juga kecewa. Dia benar-benar tidak membalas chat Kanaya dan hanya membacanya aja. Sikap Galan sangat menghukum Kanaya kali ini.
Tapi meski begitu Galan masih memberikan Kanaya perhatian dengan mengirimkan taksi online saat dia mau ke kampus. Galan mengirimkan sebuah screenshoot saat dia memesankan Kanaya taksi online dan tanpa ada kata apapun.
Bahkan setelah dia mengirimkan screenshoot taksi online, Galan tidak membalas chat Kanaya apapun lagi. Baru kali ini juga Galan bersikap demikian. Kanaya benar-benar sangat sedih memikirkan Galan yang sudah tidak mau berkomunikasi dengan dirinya.
Entah apa maksud sikap Galan kali ini tapi Kanaya merasa kalau mungkin Galan akan memutuskan dirinya. Karena sikap Galan benar-benar tidak biasa untuk mencueki Kanaya meski dia sedang marah. Kanaya mengeluarkan hpnya. Dia mengetik sesuatu.
Taksinya kamu cancel aja ya soalnya aku nggak kuliah hari ini
Terkirim. Galan.
***
"MAMAAAAAAAAA!" Kanaya teriak dan langsung berlari memeluk mamanya. "Kangennnnnn!" Kanaya memeluk erat perempuan yang baru saja mau menoleh karena mendengar suara teriakan Kanaya yang sangat lantang.
"Kanaya! Bikin kaget aja sih teriak-teriak dari depan rumah."
Natha Shadistri Calandra - perempuan berumur empat puluh satu tahun itu menghela nafas melihat anak perempuan semata wayangnya yang masih memeluk dia. Dia tersenyum kecil dan membalas pelukan Kanaya. Merasakan kerinduan yang juga dirasakan oleh Kanaya. Sudah pasti kalau Natha lebih rindu sekali dengan Kanaya meski dia berada di kota yang sama.
Maklum saja semenjak kuliah semester tengah Kanaya memilih untuk tinggal di apartemen mengingat jadwal kuliah dan tugas dia yang sangat banyak. Jadi mau nggak mau Natha merelakan Kanaya untuk keluar dari rumah walau dengan hati yang berat. Lagian dia juga yakin kalau Kanaya sangat bisa menjaga dirinya dan mampu untuk tinggal sendiri.
"Ihhh aku kan kangen tau!" Kanaya melepaskan pelukan Nata dengan merengut. Udah lari-lari dan teriak kangen tapi Natha malah terdengar protes. Tapi Kanaya tahu kalau Natha pasti kaget mendengar suara teriakan dia yang sangat lantang.
Natha adalah sosok perempuan yang sangat begitu lembut tapi dia juga memiliki ketegasan dalam mendidik Kanaya. Meski Natha tidak pernah marah besar tapi Kanaya selalu takut kalau Natha sudah merubah nada suaranya menjadi tegas.
Dulu Natha sering menasehati Kanaya yang sering banget pulang pagi karena nongkrong sama teman-temannya. Sejak saat itu Kanaya nggak pernah pulang pagi lagi karena Natha tahu tipikal Kanaya yang tidak pernah mengulang kesalahan yang sama.
Dia adalah perempuan yang sangat cantik sekali. Mirip banget sama Kanaya. Kalau jalan sama Kanaya layaknya dia kakak adik karena mengingat dia yang menikah di usia dua puluh tahun. Natha jagonya memasak. Dari usaha iseng-iseng yang dibantu Kanaya melalui online sekarang usaha dia berkembang besar. Natha sudah memiliki catering makanan yang sering dipakai dalam acara-acara pernikahan, kantor atau pun ulang tahun dengan puluhan karyawan yang membantu dia.
"Iya mama kangen juga sama kamu, Naya." Natha mengecup pipi kiri dan kanan Kanaya dengan sangat hangat. Bikin Kanaya langsung nyengir kuda.
"Aku laperrrrr. Mau makannnn." Kanaya mengusap-usap perutnya. Udah kangen banget sama masakannya Natha yang super banget lezatnya. Natha hanya menggeleng-geleng kepala melihat Kanaya yang suka manja kalau udah deket dia.
"Eh kamu nggak diantar sama Galan?" tanya Natha seketika. Baru sadar kalau Kanaya datang sendiri ke rumah karena biasanya Galan mengantar dia kemana-mana
Kanaya terdiam sejenak. Sudah pasti Natha akan menanyakan tentang Galan. Dia yang biasa mengantar Kanaya kemana pun apalagi kalau Kanaya lagi pulang ke rumahnya.
Tidak pernah sekali pun Galan akan membiarkan Kanaya pergi sendiri. Galan layaknya anak kedua Natha dan begitu pun Galan yang sudah menganggap Natha seperti ornag tua dia sendiri. Kadang Galan suka datang ke rumah tanpa Kanaya tahu hanya untuk sekedar menjenguk Natha dan juga suami yang kini lagi ada pekerjaan di Bandung. Dia suka membawakan Natha makanan atau sekedar berbincang-bincang.
"Kamu lagi berantem sama Galan?" tanya Natha kemudian. Dia menangkap raut muka Kanaya yang diam dan sedikit sedih.
"Aku laperrrr pokoknyaaaaa. Yaudah kalo nggak mau nemenin aku makan ya aku makan sendiri." Kanaya langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Natha yang semakin menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Kanaya.
***
Kanaya tersenyum senang sambil mengusap-usap perutnya yang sudah kenyang. Senang sekali hari ini dia bisa makan masakkannya Natha yang selalu membuatnya rindu.
Meski masakan Kanaya enak tapi masakan Natha tetap yang terbaik bagi Kanaya. Dia sudah mengabiskan sepiring nasi dengan ayam rendang, sambal goreng ati ampela, empal daging, tumis buncis dan tempe mendoan. Benar-benar sempurna banget rasanya.
Natha juga ikut menemani Kanaya makan tadi. Gara-gara dipaksa Kanaya buat ikut makan. Lagian udah lama nggak makan romantisan kayak gini berdua di rumah. Tadi Natha sempat nanya papanya yang masih ada tugas di Bandung. Tapi Natha menjelaskan kalau papanya baru pulang bulan depan setelah selesai tugasnya.
Sempat video call juga tadi dengan papanya. Dia ngasih tahu kalau lagi di rumah dan makan masakkan Natha yang enak. Bikin papanya merengut manyun karena dia juga udah kangen dengan masakkan istri tercintanya. Tapi Kanaya semakin puas karena udah berhasil membuat papanya yang jadi manyun. Biarin aja biar dia cepat pulang. Kasihan melihat Natha yang sendirian di rumah.
"Assalamualaikum."
Natha langsung menoleh ke arah pintu sambil membereskan piring-piring yang ada di meja makan.
"Eh, Galannnn. Sini masuk." Natha tersenyum senang melihat Galan yang hadir di rumahnya. Dia meletakkan piring-piringnya kembali di meja makan dan langsung menghampiri Galan yang tersenyum hangat melihat Natha.
"Apa kabar, Tante?" sapa Galan dengan senyuman tampannya. Dia mencium tangan Natha layaknya orang tua sendiri.
Yah, seperti itu memang Galan yang selalu memiliki etika sopan santun dan sangat hangat dalam memperlakukan orang tua. Dia memang sudah benar-benar menarik perhatian dan hati Natha beserta suami setiap mendapatkan Galan yang ada di rumahnya."
"Baik, Galan. Ayo sini masuk. Makan tuh di dalam ada Kanaya. Dia baru aja selesai makan." Natha menunjuk Kanaya yang masih ada di meja makan.
Sementara Kanaya masih diam mendengar ada suara Galan yang datang ke rumah. Sudah dua hari dia tidak berjumpa dengan Galan secara langsung. Jangankan bertemu secara langsung, dia menghubungi Galan selama dua hari aja tapi Galan tidak pernah meresponnya sama sekali.
Tidak menjawab chat Kanaya atau mengangkat telepon Kanaya dari kemarin. Kanaya sudah berusaha meminta maaf dan terus menghubungi Galan setiap hari dari dia bangun tidur sampai dia ketiduran menunggu balasan dari Galan. Tapi tetap saja Galan tidak mau merespon Kanaya balik.
Kanaya mulai kesal melihat Galan yang terkesan mencuekinya dirinya. Meski dia tahu kalau Galan sedang marah besar tapi sikap Galan sama sekali mendiamkannya membuat Kanaya tidak suka. Dia tidak mau Galan bersikap demikian karena apapun masalahnya dia mau Galan tetap berkomunikasi dengan dirinya.
Padahal Kanaya dan Galan sudah berkomitmen untuk sellau membicarakan apapun masalahnya secara baik-baik. Jika diam seperti yang Galan lakukan kemarin akan membuat masalah menjadi semakin berlarut bagi Kanaya.
Bukan tipikal Kanaya yang suka membiarkan masalah menjadi berlarut. Apalagi omongan Galan terakhir seperti memutuskan sebelah pihak kalau menganggap Kanaya yang ragu dalam menjalankan hubungan dengan dirinya. Omongan Galan membuat Kanaya berpikir kalau Galan mudah mengambil keputusan tanpa ada andil dari dia. Kanaya sempat berpikir kalau dia menikah dengan Galan nanti dan Galan mendiamkannya di rumah pasti akan membuat Kanaya jadi semakin merasa sendiri.
Sudah sering sekali Kanaya pernah bilang dari awal tentang masalah apapun itu, Galan atau dia sendiri harus berpikir secara jernih dan menyelesaikannya. Setiap hubungan bagi Kanaya harus dilakukandan diselesaikan oleh kedua belah pihak.
"Ya ampun kamu nih pasti deh repot gini-gini. Lihat ini Kanaya si Galan bawa banyak banyak banget." ucap Natha yang udah ada di meja makan membawa buah tangan dari Galan.
Kanaya masih diam. Dia malah sibuk mengunyah keripik kentang pedas buatan Natha. Cemilan andalan Natha yang sangat laris manis. Sudah ribuan pesanan keripik kentang yang dikirim oleh Natha ke berbagai kota sampai saat ini. Mulai dari pemesan yang sangat ketagihan dengan keripik kentangnya sampai pemesan baru. Tidak pernah berhenti setiap harinya.
Galan membawakan banyak banget kue-kue untuk Natha. Dari bolu kukus, lemper ayam, risoles, bolu pandan, chiffon, cheese cake, pisang molen keju dan masih banyak lagi. Dia tahu cemilan kue-kue kesukaan Natha. Sudah biasa dia bawakan itu dari toko langganan yang dibilang Natha sangat enak rasanya.
"Kamu udah makan?" tanya Galan melihat Kanaya yang masih duduk tanpa menyapa dirinya dari awal dia masuk.
Kanaya hanya menganggukkan kepala sambil tetap memakan keripik kentangnya. Dia tahu kalau Galan pasti tahu dimana lokasi dia yang berada di rumah. Pasti Galan tetap mengecek posisi Kanaya apalagi tadi dia bilang kalau hari ini dia tidak masuk kuliah.
"Kanaya jawab dong sayang jangan cuma angguk-angguk kayak gitu." ucap Natha yang sedikit memperingatkan sikap Kanaya yang menurutnya kurang sopan. Apalagi Galan bertanya pada Kanaya dengan cara yang sangat baik dan juga selalu sopan menurut dia. Natha sering mengajarkan Kanaya untuk bisa berperilaku sopan dalam menanggapi siapapun.
"Udah makan!" Kanaya akhirnya jawab dengan nada sedikit ketus. Tapi pandangan dia masih tetap fokus pada keripik kentang.
"Kanaya!" Natha sedikit menegaskan kalimatnya membuat Kanaya langsung diam. Sudah tahu kalau Natha mengeluarkan nadanya yang seperti itu artinya dia sedang menasehati Kanaya dengan tegas.
"Nggak apa-apa, Tante." Galan berusaha menenangkan Natha agar tidak berlanjut jadi memarahi Kanaya.
"Nggak sopan, Kanaya kayak gitu. Minta maaf!"
Kanaya beranjak dari duduknya dengan sedikit kesal.
"Aku udah minta maaf dari kemarin! Sekarang apa kata mama biasanya kalau ada orang minta maaf. Harus dimaafin atau didiemin aja?!" tanya Kanaya mulai dengan berkaca-kaca.
Ucapan Kanaya yang membuat suasana jadi hening sesaat.
***