NovelToon NovelToon
Sweet Scandal

Sweet Scandal

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahkontrak / Patahhati
Popularitas:397.5k
Nilai: 4.8
Nama Author: Fhatt Trah

Karya orisinil.
Dilarang keras PLAGIAT!
18+

Skandal yang berbuah manis.

"Tidak ada cara lain lagi, kalian harus menikah."

"Apa?" Pekik keduanya berbarengan.

Berawal dari kesalahpahaman hingga berujung pada skandal yang menjungkirbalikkan kehidupannya secara mendadak.

Irene, gadis manis berusia 22 tahun. Yatim piatu, tinggal di sebuah panti asuhan. Pertemuannya dengan Axelle, seorang aktor ternama, membawanya pada sebuah skenario terburuk dalam hidupannya. Demi menutupi skandal yang tanpa disengaja, sebuah sandiwara pernikahan pun dilakukan.

Namun, siapa sangka pernikahan itu justru menguak fakta baru tentang jati dirinya yang sebenarnya. Lalu, siapakah Irene? Mampukah ia bertahan dalam sebuah rumah tangga yang penuh kepalsuan? Akankah pernikahan itu berakhir, atau justru menumbuhkan perasaan yang tak seharusnya ada diantara mereka?

ig@fhatt87

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 31

Rasa sakit itu perlahan kian menusuk dasar hati. Menghadirkan luka baru, membawa perih yang tak terkira. Hingga pedih terasa membakar hati. Melebur segala asa dalam angan yang kian melambung. Terhempas begitu saja sebelum sempat diraih.

Padahal ia telah berharap, ikatan ini bukan sekedar sandiwara. Jika mungkin, ia ingin segera menjadikannya nyata. Niat yang belum sempat terucap itu terang-terangan telah mendapat penolakan. Irene telah salah menanggapi. Irene telah salah mengira.

Sandiwara ini ingin segera ia akhiri. Dan ingin menggantinya dengan kenyataan. Dalam ikatan sakral tanpa ada kepalsuan. Namun Harapan itu sirna dalam sekejap mata.

Axelle mengusap wajahnya. Lalu berpaling sejenak. Menyembunyikan butiran air yang perlahan luruh tanpa ia menyadari. Kenapa rasa sakit ini begitu nyata. Serasa hati bagai diremas. Kian sesak di dalam dada. Sungguh ini jauh dari harapannya.

"Biarlah aku tanggung sendiri kebodohanku. Aku tidak ingin menjadi orang ketiga diantara kamu dan Clarissa." Ucap Irene dalam pilunya hati. Memilih menjauh mungkin yang terbaik untuk saat ini.

"Lagipula, aku ini siapa? Aku hanya orang baru yang tidak tau apa-apa tentangmu. Mana mungkin kita bisa hidup bersama." Irene menghela napas sejenak. Menghembuskannya perlahan kemudian. Berharap beban yang mengganjal itu luruh dalam sekejap. Namun nyatanya, rasa sakit kian menyayat.

"Maafkan atas kalancanganku datang ke kamarmu. Aku tidak bermaksud__" Pelukan Axelle cepat ditubuhnya memutus kalimat Irene seketika. Rasanya ia sulit bernapas saat pelukan itu terasa semakin erat.

Sedetik kemudian, isak tangis tertahan terdengar jelas di telinganya. Membuatnya tertegun tak percaya. Bagaimana mungkin seorang Axelle menangis.

"Jangan pergi dariku." Pinta Axelle dalam isaknya.

"Maafkan aku sudah menyakitimu. Aku tidak bermaksud merahasiakan ini darimu. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk memberitahumu." Tambahnya yang semakin terisak.

Perlahan, tangan Irene terangkat. Lalu menyapu lembut punggung Axelle. Mencoba memberinya ketenangan.

Tak mungkin juga Irene meminta Axelle mengakhiri hubungannya dengan Clarissa. Ia sadar, ia bukan siapa-siapa. Hanya anak kemarin sore yang berada di tengah hubungan orang lain.

"Apapun keputusan kamu, akan aku terima. Meski kamu memintaku mengembalikan apa yang sudah kamu berikan." Maksud Irene adalah uang sejumlah lima ratus juta yang pernah Axelle beri.

"Jangan konyol. Aku tau kamu tidak akan sanggup mengembalikannya. Aku menganggapnya lunas jika kamu terus berada di sisiku."

"Lalu Clarissa?"

Axelle melepas pelukannya. Menghapus air mata di pipi yang menjatuhkan harga dirinya sebagai laki-laki. Namun sukses meluruhkan perih yang menyesakkan dada.

"Aku akan mengakhiri hubunganku dengannya." Berharap yakin akan keputusannya. Sebab kenangan selama tiga tahun bersama Clarissa tak akan mungkin terhapus begitu saja. Axelle mungkin butuh waktu. Meski ia sendiri tak yakin.

Irene tersenyum getir seiring wajahnya yang perlahan tertunduk. Tak ingin menatap mata Axelle yang mungkin menampakkan binar keraguan di sana. Ia hanya tak ingin kembali menyakiti hati yang perlahan mulai bisa menerima. Perpisahan memang harus terjadi. Antara ia dan Axelle.

"Jangan konyol. Aku tau seperti apa rasanya melepas seseorang yang sudah lama hadir dalam hidup kita. Bukankah lebih baik melepas yang baru daripada membuang yang lama?" Irene mencoba menemukan keyakinan dalam dirinya akan keputusannya untuk menjauhi Axelle.

"Kamu mungkin tidak tau seperti apa rasanya kesepian. Aku dan Clarissa sudah bersama selama tiga tahun. Tapi selama itu, aku tidak pernah merasakan kehadirannya."

Belum berani menatap Axelle, Irene masih tertunduk saat perlahan jemari Axelle menyentuh dagunya. Menekannya pelan hingga wajahnya terangkat, menengadah dihadapan Axelle yang menatapnya kian sendu.

"Aku hanya meminta, tetaplah di sisiku. Sampai sandiwara ini berakhir. Aku ingin menjadikannya nyata." Ucap Axelle lirih. Mengungkap rasa di hati yang kian syahdu.

"Aku sangat mencintaimu." Tambahnya. Seiring wajahnya yang perlahan mulai mendekat.

Irene memejamkan matanya. Menerima sapuan hangat bibir Axelle. Bahkan sempat memberikan balasan setiap lum* atan Axelle yang terasa semakin dalam. Saat tiba-tiba ia justru mengakhirinya dengan memalingkan wajahnya. Hingga membuat Axelle kecewa.

Pelan Irene mendorong tubuh Axelle menjauh. Lalu menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar.

"Tolong tinggalkan aku sendiri." Pinta Irene.

Akhirnya Axelle pun meninggalkan Irene. Cepat Irene membawa langkahnya menuju pintu. Lalu menutup pintu itu dan menguncinya rapat. Ia kembali bersandar di pintu. Tubuhnya merosot, seiring perasaan yang kembali hancur perlahan. Ia berjongkok memeluk lutut. Ia benamkan wajahnya yang kembali basah oleh derai air mata. Bersamaan dengan isak tangis yang tertahan.

Axelle masih berdiri di depan pintu kamar Irene. Menatap dingin pintu yang menutup. Ia sadar, tak pantas meminta Irene tetap berada disisinya. Sementara orang lain masih terpatri di hatinya.

Memang benar apa kata Irene. Tidak mudah melupakan seseorang yang telah lama ada dalam kenangan. Namun membuang yang lama, apa salahnya dilakukan. Sebab sudah tak ada lagi kenyamanan. Mungkin akan terasa sakit di awal. Tapi waktu yang akan menyembuhkan perlahan. Meski ia tak tahu berapa lama.

Egois memang, sebab ia pun tak ingin kehilangan Irene. Yang telah memberi warna berbeda dalam hidupnya. Axelle tak ingin itu terjadi.

.

.

Pagi menjelang. Seperti biasa, Irene bangun lebih awal menyiapkan sarapan untuk Axelle sebelum berangkat syuting. Setelah sarapan siap, ia lantas bergegas ke kamar. Bersiap-siap untuk berangkat ke Olive Galery.

Kini Irene telah rapi. Ia melangkah gontai keluar dari kamarnya dengan wajah tertunduk menatap layar ponsel. Beberapa pesan chat dari Zaky masuk dari semalam. Namun ia tak mengetahui.

Sembari berjalan jempolnya sibuk membalas pesan dari Zaky yang mengajaknya makan siang jika ia bisa meluangkan waktu. Ia menyanggupi ajakan Zaky.

Saking terlalu asik berbalas pesan, tanpa sadar Irene melewati seseorang yang sedang duduk di sofa ruang tengah begitu saja. Axelle menatapnya tajam. Sebab dilihatnya Irene tersenyum-senyum sendiri. Penasaran, Axelle pun bangun lalu menyusul langkah Irene. Dengan gerakan cepat ia merebut ponsel Irene. Dan membaca pesan yang baru saja Irene kirim untuk Zaky.

Seketika semburat merah padam tampak di wajah Axelle. Ia lantas menonaktifkan ponsel Irene. Lalu memasukkannya ke dalam kantong celananya.

"Axelle, apa-apaan sih. Berikan handphone ku." Pinta Irene kesal.

"Ambil sendiri kalau bisa."

"Axelle." Irene semakin kesal.

"Kita sarapan sama-sama." Axelle menarik pergelangan tangan Irene. Mengajaknya ke meja makan. Akan tetapi Irene menarik kasar tangannya dari genggaman Axelle.

"Aku tidak lapar." Sembari menjauh meninggalkan Axelle.

Axelle kembali menyusul langkah Irene. Dan mencekal lengannya.

"Akan aku berikan, tapi setelah kita sarapan."

"Aku tidak lapar." Irene bersikukuh meski keroncongan di perutnya mulai terdengar.

"Apa makan bersama Zaky lebih menyenangkan?"

"Axelle, aku tidak ingin membahas hal konyol. Berikan handphone ku. Aku harus pergi sekarang."

"Aku tidak mengijinkan kamu pergi bersama Zaky. Kamu ikut bersamaku ke lokasi syuting."

Irene terkejut mendengarnya.

"Hari ini aku ada pemotretan. Aku tidak ingin membuat Bu Olive kecewa. Apa kamu mau aku dituntut ganti rugi? Aku sudah terlanjur tanda tangan kontrak." Protes Irene bersikeras.

Axelle kesal dengan penolakan Irene. hari ini syutingnya mungkin sampai tengah malam. Dan ia tidak akan bisa mengawasi Irene. Ia tahu Zaky sedang berusaha mendekati Irene. Dan hal itu perlahan membangkitkan amarahnya.

"Berikan handphone ku." Sembari membuka telapak tangannya di depan wajah Axelle.

Axelle tak mengindahkan. Ia malah menatap tajam Irene. Menunjukkan pias amarahnya.

"Ambil sendiri." Axelle melipat tangan di dada. Menantang keberanian Irene merogoh kantongnya.

"Baik. Akan aku ambil sendiri."

Irene pun mendekat. Mulai mengangsurkan tangan hendak merogoh kantong celana Axelle. Belum sempat tangannya menyentuh kantong, tiba-tiba Axelle merangkum wajahnya. Diikuti sapuan hangat di bibirnya. Bersamaan dengan lum *atan lum *atan lembut yang kini terasa semakin dalam.

Axelle tak bisa menahan gejolaknya. Penolakan Irene semalam membuatnya tertantang. Mengusik jiwa lelakinya yang bergejolak.

Irene mendorong pelan tubuh Axelle untuk menjauh. Namun Axelle tak menghiraukan. Ia justru semakin memperdalam pagutannya. Menyesapnya semakin rakus. Hingga membuat Irene tak kuasa mengakhiri. Ia meremas kuat kemeja Axelle saat terasa Axelle semakin menggebu-gebu. Bahkan tak memberinya kesempatan meraup oksigen. Ia semakin di buat kewalahan. Bahkan tak mampu lagi mengimbangi.

Axelle semakin tak terkendali. Kini Axelle mengangkat tubuh Irene. Membawanya ke sofa dan membaringkannya di sana. Lalu kembali melanjutkan aksinya. Sampai tiba-tiba ...

"Oh my god!" Suara pekikan melengking itu menghentikan Axelle seketika.

TBC

1
Tamima
terpesona akhirnya 🤭🤭🤭
Sugi Arso
lanjut
Sugi Arso
kasian
Arenna Dorenna
kenapa sy x like lbh awaal seperti selalu sbb sy mo melihat keseluruhan jln ceritnya baru la akn komen...cerita yg bagus..d dasari permulaan yg cantik...bahkan setiap bab sy enjoy menghayati setiap watak yg d suguhkan...welldone author...anda hebat...
🌺Fhatt Trah🌺: ☺️☺️ Terima kasih kk udah mampir di cerita receh author abal² ini🙏
total 1 replies
Youleannaa
bagus ceritanya,, 😘
Muniroh Mumun
extra part mana thorrrr .....iren blm hamil lg loh ....masak Olivia yg hamil lagi 😂😂😂😂😂
🌺Fhatt Trah🌺: 🤭🤭🤭🤭🤣ampun ngkk aku
total 1 replies
Muniroh Mumun
Zaky ...yg gentle dong jd org .......g kasihan sama iren .....nasib anaknya ada di tanganmu loh .....
Muniroh Mumun
iren anakny Olivia .....Axelle anakny Ranti ......wooww ......amazing
Ria An
dilarang keras plagiat
seperti novel bagus ajah wkwkkwwk
We💜💙
wah.. kereen ni ceritanya. gak bertele-tele. sat set sat set terungkap semua. drama misteri romantis action gak lebay kayak sinetron. syukaak 💜
🌺Fhatt Trah🌺: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Fafaaa
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
lovely
lah kurang 🔥🔥🥵
lovely
gimna mau bosan s exel ma s Risa 3 taun sudah tau luar dlm namanya laki² tau yg masih segelan pasti akan berpaling 😜🥵
lovely
dih s axel main sosor aja g dimana² 🥴
lovely
OMG main sosor aja s exell ky bebek 😜
lovely
gak apa² lah toh dah halal 🥴
lovely
bagus ceritanya cm terlalu banyak narasinya jadi ngos²an bacanya 🥴
lovely
good job Irene cewek yang jual mahal SM cowok sombong macam exel
ainatul hasanah
iyalah... tunjukkan saja buku nikah mereka berdua, gigit jari entar Clarissa.
sportif sajalah bang Zaky... entar ada pasangan terbaik untukmu, bukan Irene.karena Irene milik bang Aldo.
ainatul hasanah
tuh kan beneran.... jadi yang disembunyikan Zaky itu buku nikah Irene sama Axell .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!