Aleta seorang gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Gadis ini memiliki wajah yang cantik, dengan sepasang mata yang bening dan indah. Nasib mempertemukannya dengan seorang kakek yang sedang tertabrak mobil.
Karena sifat penolongnya, Aleta dibawa kakek ke kota Bandung dan dinikahkan dengan cucunya yang memiliki tabiat keras. Dengan kelembutan hatinya, pada akhirnya Aleta bisa meluluhkan hati suaminya.
Intrik-intrik yang muncul dalam pernikahannya, akhirnya menjadikan mereka untuk saling menguatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah AllRey.., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Istriku
Tepat pukul sebelas, mobil online yang ditumpangi Aleta dan Tata memasuki pintu masuk T*ans Lux**ry Hotel. Hotel
yang terconnect langsung dengan wahana permainan anak-anak secara indoor tersebut terlihat ramai.
Mereka segera memasuki hotel dan langsung menuju ke lantai 2 untuk menuju ballroom. Pameran yang diadakan teman Tata diadakan di ballroom. Di depan pintu ballroom, mereka mengisi presensi kehadiran.
"Tengok ke kiri, lihat arah jarum jam tiga, itu Devan suamimu bukan." kata Tata tiba-tiba.
Aleta melihat ke arah yang ditunjukkan Tata.
"Ada dimana, aku tidak dapat melihatnya." kata Aleta.
"Tadi barusan jalan arah kesana, didamping dua perempuan dewasa. Hati-hati, harus kamu awasi dengan ekstra. Perempuan yang bersamanya tadi, dadanya mau tumpah keluar, terus make up-nya kayak tembok." ucap Tata seperti memprovokasi Aleta.
"Kita ikutin yuk." katanya lagi.
"Ogah ah males, ramai banyak orang. Lihat saja, kalau sampai mas Devan berani mengkhianati aku, aku akan gecek-gecek kayak ayam geprek." sahut Aleta.
"Lha jamunya yang akan rugi sendiri. Muka suamimu jadi ancur donk, jadi tidak sedap dipandang."
"Trus aku harus bagaimana, diam saja diperlakukan tidak adil."
"Datengin, kasih pelajaran sama perempuannya. Tunjukkan keintiman di depan perempuan yang berani menggoda suamimu, aku yakin deh suamimu akan malu, yang perempuan akan kabur." saran gila Tata.
"Kita protes tapi dengan sikap yang elegan. Sudah bukan jamannya lagi pakai kekerasan. Bisa-bisa diambil video sama orang, terus diviralin. Kita jadi terkenal seantero jagat jadi cewek barbar." Tata melanjutkan ide gilanya.
Aleta diam mendengarkan wejangan Tata.
"Tuh tuh lihat, Devan masuk ke ruangan itu, waduh ceweknya bohay amat." kata Tata lagi.
"Diam ah Ta, brebeg tahu. Telingaku panas dari tadi kamu komporin." Aleta memprotes mulut Tata yang tidak berhenti nyerocos dari tadi.
"Yah mendingan telingamu sekarang yang panas, daripada hatimu kepanasan tiap hari. Namanya sedia payung sebelum hujan. Preventif." Tata tetap mengompori Aleta.
"Gengsi tahu, aku kan punya harga diri, masak aku nyamperin mas Devan. Ntar jadinya dia GeEr, dipikirnya aku cinta mati sama dia."
"Halah, kamu telanjang depan dia saja ga malu, giliran nyamperin masih mikir harga diri." ledek Tata.
"Hah kamu kok vulgar sih Ta, pamali kedengaran orang. Dipikirnya kita wanita ga bener. Sudah Ayuk masuk, jadi tidak kita lihat pameran." sahut Aleta menutup obrolan.
Aleta dan Tata segera memasuki ballroom untuk melihat motif terbaru dari batik fraktal. Motif batik modern yang didesain dengan memadukan rumus-rumus sains dalam aplikasi fraktal.
"Ayuk setor muka dulu sama temanku disana." ajak Tata sambil menarik tangan Aleta, kemudian menghampiri laki-laki yang sedang duduk di dekat stage.
"Hai Anton, selamat siang. Jadinya aku datang kan." sapa Tata pada laki-laki yang dia panggil Anton.
"Siang, hai apa kabar Ta, aku senang akhirnya kamu datang juga." ucap Anton sambil berdiri kemudian merangkul Tata dan melakukan cipika cipiki.
"Kenalkan nih, temanku. Tapi ingat, jangan lirik dia, ini istri sepupu jauhku." kata Tata mengenalkan Aleta pada Anton.
"Aleta...," ucap Aleta sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Anton...., ternyata kalian duo Tata ya." sahut Anton sambil menjabat tangan Aleta.
"Duduk yuk duduk," lanjut Anton mempersilakan mereka duduk di round table.
"Selamat ya Anton, akhirnya kamu berhasil mendapatkan sponsor untuk acara pameran ini, dan lengkap dengan fashion show." ucap Tata.
"Iya, aku sangat bersyukur Ta, akhirnya aku bisa juga. Btw.. nanti malam Dateng ya pas acara fashion show." kata Anton.
"Kalau malam hari, sorry banget Anton aku ga bisa. Tahu sendiri kan, orang tuaku masuk golongan orang-orang yang berpikiran kolot, tidak bakal bolehin aku keluar sampai malam.
"Ok, ga pa pa, yang penting doakan ya, biar acara nanti malam bisa berjalan dengan lancar."
"Pasti deh aku akan doakan untuk kelancaran acara ini. Aamiin." ucap Tata sambil mengusap tangan ke wajahnya.
"Ta.., aku jalan kesana ya. Kayaknya ada motif batik yang bagus, warnanya tegas," kata Aleta meminta ijin.
"Ya, aku mau ngobrol sama Anton dulu." sahut Tata.
Aleta segera menuju ke display batik yang diincarnya.
"Kain primisima yang dipakai halus. Batiknya juga memiliki motif yang unik." pikir Aleta.
Setelah melihat-lihat sendirian selama beberapa menit, Aleta melihat Tata masih terlihat berbicara serius dengan Anton.
"Aku cari minum saja ah." batin Aleta sambil melangkahkan kaki ke depan pintu ballroom untuk mengambil minuman.
Setelah mengambil teh manis panas dan dua potong cake, Aleta duduk di kursi yang disediakan untuk tamu yang sedang mencicipi hidangan. Seorang pramusaji tersenyum, dan berdiri di depannya sedang menunggu para tamu yang akan mengambil makanan.
"Hotelnya ramai ya mbak." sapa Aleta.
"Iya mbak, di ballroom sebelah juga ada acara. Meeting point' disini memang traffic nya ramai mbak, mungkin karena connect TSM makanya jadi pilihan." jawab pramusaji tersebut.
Sudut mata Aleta tiba-tiba menangkap Devan sedang berbicara serius dengan seorang perempuan di ruang sebelah. Perempuan itu sedang memegang satu gelas berisi minuman berwarna merah.
"Wah berarti benar yang tadi disampaikan Tata, mana perempuannya memiliki dada besar lagi. Kenapa mendadak mataku jadi gatal ya." Aleta berbicara pada dirinya sendiri.
Aleta serius memperhatikan interaksi perempuan itu dengan Devan dari kejauhan. Seorang laki-laki terlihat sedang berjalan tergesa-gesa, dan menyenggol bahu perempuan berdada besar. Tak ayal lagi minuman yang dipegangnya tumpah di dada Devan. Devan yang saat ini mengenakan kemeja berwarna ungu muda, noda merah sangat jelas terlihat di bajunya. Perempuan berdada besar itu terlihat panik, dan mencoba mengeringkan air di dada Devan dengan menggunakan tissue.
"Modus," batin Aleta sambil bergegas mendatangi mereka.
Tiba-tiba hatinya menjadi panas, dan wejangan Tata tadi tiba-tiba terdengar jelas di telinganya.
Tangan perempuan itu terlihat akan melepaskan kancing kemeja Devan untuk mengelap air dalam tubuh Devan, tapi Aleta segera memegang tangan kemudian menyentakkannya.
"Bukan muhrim, tidak boleh sentuh-sentuh." ucap Aleta dengan judes.
Mata Devan terbelalak karena melihat istrinya yang tiba-tiba ada di depannya. Dengan tindakan impulsif, Aleta dengan cekatan mengendorkan dasi yang dikenakan Devan, kemudian membuka dua kancing atas kemeja Devan. Tangannya yang mungil masuk ke dada Devan untuk membersihkan air minum di dada suaminya.
Para tamu yang berada di sekitarnya tampak senyum-senyum melihat kelakuan Aleta, sedangkan perempuan berdada besar itu tampak geram dengan muka merah padam.
Devan sendiri hanya tersenyum hangat menikmati tangan Aleta yang seperti membelai dadanya. Dari kejauhan, Tata merasa pucat melihat keberanian Aleta di muka umum.
"Jangan bertindak tidak sopan disini nona, pergi." kata perempuan berdada besar itu berusaha menarik tubuh Aleta.
"Jangan berani bertindak, dia istriku." seru Devan sambil merangkul Aleta dan membawanya keluar dari ballroom. Hanya tatapan mata mengiringi kepergian mereka.
******
lanjut Thor