Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
" Disini banyak sekali orang yang tidak menyukai mu. Aku takut, makanan dan minuman yang disediakan untukmu dan untukku mengandung racun.
Semua orang menatap Arsen dengan tatapan bingung dan kaget.
" Apa yang kau katakan? " Naina ingin sekali rasanya memukul kepala pria yang kini menjadi suaminya itu. Mulutnya benar-benar menyakitkan saat bicara. Walau bagaimana pun, mereka kan tetap keluarganya? batin Naina.
" Ah! maaf, istriku. Aku hanya asal bicara. " Ujar Arsen sembari menatap Naina dan tersenyum manis untuknya.
Arsen beralih menatap Naila, Ibu dan Riana bergantian dengan tatapan tak sukanya. Sungguh, Arsen sangat malas berpura-pura saat ini. Dia adalah tipe orang yang tidak bisa menyembunyikan kekesalan kepada si pembuat ulah.
Orang ini, selalu saja begini. Dia benar-benar tidak bisa mengkondisikan ekspresi kesalnya ya? batin Naina.
" Baiklah, kita sarapan di kantor saja ya? " Sudah tidak ada pilihan lain, jika memaksa Arsen untuk sarapan, pasti ujung-ujungnya akan membuat dia marah dan tidak bisa mengontrol diri.
" Pilihan yang tepat, Istriku. " Ujar Arsen sembari tersenyum manis untuk Naina.
Lagi, Naina terpukau dengan senyum yang akhir-akhir ini menghiasi wajah Arsen. Tampan? sungguh, pria itu benar-benar sangat tampan.
Arsen meraih tangan Naina dan membuatnya saling menggenggam.
Istriku, bagaimana aku bisa membiarkan mu ditindas? mulai hari ini, aku adalah orang yang akan berada didepan mu. Untuk melindungi mu dan menjagamu dari mata jahat mereka.
Naila terdiam. Dia tahu, Arsen sedari tadi menatapnya tajam. Dia tidak bisa bersikap biasa dan cerewet seperti biasanya. Padahal, setiap sarapan, dia akan berceloteh kesana kemari. Memamerkan benda baru miliknya misalnya. Atau juga, memamerkan teman-teman baru yang juga mengagumi Riana. Oh,.. dia terkena serangan bisu pagi ini.
" Ayo kita berangkat sekarang? " Ajak Naina sembari menatap Arsen yang masih tersenyum menatapnya.
" Heh? kau adalah Nyonya. Kenapa kau juga bekerja? aku rasa, hidupmu tidak sebaik yang orang sangka. " Ujar Riana sembari menatap Naina dengan tatapan mengejek.
" Bukan urusan mu. " Masih saja bisa menghinanya? batin Naina kesal.
Arsen menatap Riana tajam. Sementara Ayah, dia hanya diam sembari menyimak. Dia ingin melihat, bagaiman Arsen melakukan pembelaan untuk anaknya. Dan Ibu, dia sedari tadi juga terdiam. Seharmonis itu hubungan mereka? batinnya.
" Ku beri bocoran, aku sengaja membawa istriku kemanapun aku pergi. Kau tahu kenapa? karena aku, tidak tahan jika harus berjauhan dengannya. Saat Istriku ada dirumah dan aku di kantor, aku benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaan. Otakku selalu menyuruhku pulang dan menemui istriku. Kau juga sudah beberapa kali melihat langsung kan? apa yang sedang kami lakukan saat di kantor?
Naina menatap wajah Arsen saat berbicara.
Jadi itu gunanya aku di sana? aku hanya membuat kopi dan duduk dipangkuan mu saat ka bekerja? sungguh! kau sangat mesum! tapi entahlah, aku bahkan tidak keberatan.
Sontak, Riana terdiam dengan jutaan kekesalan dihatinya.
Tidak! tidak boleh seperti ini! kalian tidak boleh begitu dekat! aku tidak akan menerima ini begitu saja.
Ayah tersenyum. Di bahagia. Jika ada kata di atas sangat bahagia, maka itulah yang dirasakan oleh Ayah.
Nai, Hiduplah dengan bahagia. Meski banyak rumor buruk tentang Arsen, tapi Ayah yakin. Dari cara dia membelamu, Ayah bisa melihat. Dia, benar-benar mencintai mu, Nak.
Naila terdiam dengan dahi yang mengkerut.
Naila terdiam dengan dahi yang mengkerut.
Bukankah Kakak Riana bilang, kalau Presdir Arsen sangat mencintainya? kenapa jadi begini? apa Naina mempengaruhi Presdir Arsen dan membuatnya membenci kakak? cih! Naina ternyata sangat licik! tentu saja dia melakukan itu.
" Kita berangkat sekarang ya? " Ajak Naina dengan wajah memohon. Dia tidak ingin lagi berlama-lama dirumah itu. Karena, wajah Arsen sudah mulai terlihat tidak sabar lagi.
" Ok. " Arsen dan Naina bangkit dari duduknya. Ayah yang melihat mereka bangkit, ikut membangkitkan juga tubuhnya.
" Tidak perlu, Ayah mertua. " Arsen menghentikan apa yang akan dilakukan oleh Ayah mertuanya itu.
" Tapi,.
" Tidak apa-apa. Satu hal yang aku pahami hari ini. Kau pantas untuk di lindungi oleh Istriku. " Ujar Arsen sembari melangkahkan kakinya dan di ikuti Naina.
Setelah beberapa langkah, Arsen berada di dekat adik kandungnya Naina, yaitu Naila. Arsen memegang pundak gadis itu dan menepuknya beberapa kali.
" Jangan lagi melakukan kekerasan kepada teman-teman mu. Meski kau merasa mereka tidak layak menjadi temanmu. Kau bisa menyakitinya, tapi suatu hari nanti, mereka yang kau sakiti akan menyatu dan balik menyakitimu. Berhati-hatilah dengan tindakan bodoh mu. Kau masih sekolah menengah atas, tapi bertindak seperti berandalan jalanan. Mengerikan. " Ucap Arsen lalu kembali berjalan melangkahkan kaki dan menjauh dari kerumunan orang-orang menjijikkan itu.
" Kenapa kau mengatakan itu? " Tanya Naina yang merasa tindakan Arsen tidaklah baik.
Arsen menghentikan langkahnya untuk menatap Naina.
" Karena, adik mu sudah di luar batas. Dia masih saja suka menindas. Kau tahu? salah satu dari mereka mengalami cidera yang lumayan parah.
Naina menatap Arsen bingung. " Dari mana kau tahu?
" Aku tetap memantau adik mu itu. Jangan khawatir. Korbannya sudah membaik. Dan aku juga sudah memberikan kompensasi.
" Kenapa kau melakukan itu? " Tanya Naina bingung.
Arsen menangkup wajah Naina. " Karena aku, tidak mau dia merepotkan mu suatu hari nanti. Adikmu berbeda jauh darimu. Dia gadis yang menyukai kekerasan. Sudahlah. Ayo jalan. Nafasku sesak disini.
Naina menatap Arsen yang berjalan beriringan dengannya. Dia tak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum.
Terimakasih....
" Selamat pagi?, Tuan dan Nyonya? " Sapa Tomi sedikit menunduk. Sopir juga ikut memberi hormat lalu membukakan pintu untuk kedua tuannya.
" Selamat pagi juga, Tomi dan pak sopir. " Jawab Naina lembut.
Arsen menatap Naina sebal. " Kenapa kau begitu lembut kepada mereka?!
" Memang salah? " Tanya balik Naina yang juga merasa bingung.
" Salah! kau tidak pernah selembut itu denganku. " Ujar Arsen kesal.
Naina tersenyum melihat Arsen yang membuang wajah saat dia menatapnya.
Dia bisa seperti anak-anak juga ya?
Tomi yang duduk dikursi depan mau tak mau ikut mendengarnya. Dia tersenyum geli. Tidak disangka, Tuannya cemburu.
Naina meraih wajah Arsen. Membuat mereka saling bertemu pandang dan Cup.....
Naina mengecup singkat bibir Arsen. " Karena aku, tidak perlu menjadi orang lain saat bersamamu.
Arsen tersenyum dengan pipi yang merona. Kenapa? tentu saja karena tindakan dan ucapan Naina. Ini, adalah kali pertama Naina berinisiatif terlebih dulu.
Arsen meraih tengkuk Naina dan mengulanginya lagi. Tapi, bukan hanya kecupan.
Tomi yang terkejut, dia langsung menekan remote dan membuat tirai dibelakang kursinya membuat batas pandang di antara mereka. Tomi meraih ponselnya dan memilih fokus dengan jadwal Tuannya hari ini. Begitu juga dengan pak sopir. Dia mencoba mengusir rasa penasarannya dengan menghidupkan musik dan fokus kepada jalanan.
...............