NOVEL LUAR BIASA
🏆 Juara Harapan Baru Novel Pria YAAW 10🏆
Perjalanan seorang pemuda bernama Lei Tian, ia adalah pewaris Klan Lei di Ibukota Provinsi Sinchuan. Ketika masih bayi ia dibawa pergi ke sebuah Desa yang sangat jauh dari Ibukota, setelah ia tumbuh menjadi anak-anak ia mengalami penghinaan dan penindasan. Hingga Ia dewasa dan menemukan sebuah rahasia besar di dalam tubuhnya, barulah ia mulai mendapatkan titik terang tentang jati dirinya.
Pada saat usia delapan belas Tahun barulah ia menuju Ibukota untuk berpetualang sekaligus untuk mencari tahu tentang asal usulnya.
Namun setelah ia mengetahui tentang keluarganya, berbagai peristiwa pembunuhan dan pengkhianatan mulai terkuak.
Hingga suatu hari ia membawa Klan Lei sebagai Klan yang disegani di Dunia Biru dan mencatatkan namanya sebagai Legenda Abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musibah Di Desa Gunung Batu
Selain tumpukan emas terdapat juga perak dan perunggu, Lei Tian juga mendapati sebuah gulungan yang terlihat mencolok.
Dengan pengendalian pikirannya ia menarik gulungan tersebut keluar, lalu memeriksanya. Sebuah surat yang tertulis dengan rapi terukir di atasnya.
"Putraku, jika kau membaca tulisan ini berarti ayah sudah tidak berada di dunia ini. Maafkan ayah yang tidak berada di sampingmu dan mengajarkan arti kehidupan kepadamu. Meski demikian ayah yakin, ibumu telah mengajarkanmu banyak hal. Kamu adalah pewaris tunggal Klan Lei, kelak kamu harus menjadi lebih kuat dan lindungi saudara-saudara kita dari pengaruh jahat Sekte Serigala Hitam. Ayah juga memberikan beberapa warisan leluhur untukmu, banyak hal yang belum ayah pelajari semuanya. Ayah yakin kamu adalah anak yang berbakat, latihlah keahlian dan bangun semangatmu untuk melindungi orang-orang terdekat mu. Selain itu, ada sebuah Liontin Naga Petir yang merupakan warisan dari leluhur yang perlu kau pertahankan meski harus mengorbankan nyawamu..."
Lei Tian membaca tulisan tersebut penuh rasa haru, rahasia tentang identitasnya kini sudah ia ketahui. Rasa amarah dan kebencian terhadap orang-orang yang sudah membuat keluarganya terpisah menjadi semakin besar.
Dalam waktu sekejap, aura di dalam tubuhnya melonjak dengan sangat tajam. Seperti ada energi besar yang siap dibangkitkan, tubuhnya diliputi cahaya keunguan pada saat ini dan suhu ruangan berubah menjadi semakin panas.
"Tu.. Tuan muda tolong hentikan" ucap Bibi Jian yang menyadari perubahan suhu ruang yang tidak wajar.
Lei Tian tersadar, ia melihat Bibi Jian yang tampak tertekan.
"Maafkan aku Bibi Jian" ucap Lei Tian.
"Tidak apa-apa Tuan muda" jawab Bibi Jian yang tampak terkejut atas apa yang baru saja terjadi.
Aura penindasan yang baru saja ia rasakan sungguh di luar akal sehatnya, namun di sisi lain ia juga merasa bangga dengan kemampuan Lei Tian yang kini mulai menunjukkan bakat bela dirinya.
"Tuan muda, aku akan memberi tahu warga serta meminta bantuan warga untuk menyiapkan pemakaman nyonya" ujar Bibi Jian sambil mengatupkan bibirnya.
"Baik Bibi Jian, maaf merepotkan mu lagi" ucap Lei Tian berusaha tegar.
Setelah kepergian Bibi Jian, Lei Tian memakai kalung yang disertai sebuah Liontin Naga Petir yang sebelumnya berada bersama gulungan surat dari ayahnya. Ia memakai Liontin tersebut di lehernya sebagai identitas putra dari Patriark Klan Lei.
Meskipun ia tidak pernah melihat wajah ayahnya, namun melalui benda tersebut ia berharap dapat merasakan kehadiran seorang ayah.
"Ibu, beristirahatlah dengan tenang. Aku Lei Tian bersumpah akan membalaskan perbuatan orang-orang yang telah menghancurkan keluarga kita" ucap Lei Tian sambil berlutut lalu bersujud sebanyak tiga kali.
Tidak lama setelah itu para tetangga mulai berdatangan dan melakukan persiapan pemakaman, selama seharian Lei Tian mengikuti upacara pemakaman dengan perasaan yang sedih.
Kabar kematian ibu Lei Tian juga segera disampaikan kepada Gong Dun yang berada di Kota Yushan. Sebagai pengawal setia Patriark Lei Yun Xi ia wajib diberi tahu.
Pada saat matahari mulai tenggelam, warga Desa Gunung Batu mulai kembali pulang ke rumah masing-masing setelah seharian beraktivitas.
Tanpa mereka sadari sekelompok orang tengah mengincar Desa mereka dengan tujuan tidak baik.
"Tampaknya itu adalah rumah Kepala Desa" ucap salah seorang pria paruh baya.
"Iya benar, sebentar lagi kita akan bergerak" ucap rekannya.
"Untuk apa kita menunggu, lebih baik kita segera bertindak" ujar yang lainnya.
"Kalian menyebar, kita akan bergerak sekarang, jangan biarkan ada warga yang lolos atau untuk meminta bantuan dari Desa lain" ucap salah seorang yang merupakan pemimpin mereka.
Di hari yang mulai gelap itu belasan orang yang berada pada ranah Pendekar Raja sedang mengendap-endap memperhatikan kediaman Kepala Desa Gunung Batu.
Mereka menggunakan pakaian yang sama sebagai identitas yakni berwarna abu-abu membuat mereka menyatu dengan kegelapan malam.
Woosh!
Woosh!
Woosh!
Belasan bayangan Pendekar Tingkat Raja mendarat di halaman Kepala Desa. Dengan sorot mata yang tajam, mereka menyebarkan aura membunuh yang sangat mengancam.
"Cepat kalian menyebar" perintah pemimpin kelompok tersebut.
"Baik Ketua" ucap mereka bersamaan.
Mereka yang terdiri dari Pendekar Tingkat Bumi yang didampingi oleh beberapa pendekar tingkat Pemula segera berpencar dan menyerang para warga yang berada di rumah masing-masing.
Para warga dikumpulkan di satu titik yaitu di halaman rumah Kepala Desa, hal ini untuk memudahkan pergerakan mereka dalam mengawasi para korbannya.
"Siapa kalian dan mau apa kalian?" ucap Zhao Feng saat rumahnya didatangi oleh orang-orang yang tidak ia kenal.
"Tidak usah banyak bacot, cepat keluar dan kumpulkan seluruh harta bendamu" ucap seorang penjahat tersebut yang berencana merampok.
Zhao Yusi dan ayahnya saling tatap, mereka menyadari jika orang-orang yang baru saja datang ke kediaman mereka adalah perampok.
"Cepat kerjakan atau aku akan membunuh kalian" ucap penjahat tersebut dengan nada yang keras.
Tanpa menunggu lama, akhirnya Zhao Yusi dan ayahnya segera menuruti kemauan para penjahat itu. Di bawah ancaman senjata tajam, mereka mengumpulkan barang-barang berharga untuk diserahkan.
"Cepat, sekarang kalian keluar dan berkumpul dengan warga lainnya" ucap penjahat tersebut dengan keras.
Zhao Feng tidak bisa berkata-kata atau melakukan perlawanan. Dengan patuh ia membawa putrinya ikut serta ke halaman depan rumahnya.
Pada saat yang bersamaan, sudah ada beberapa warga yang berkumpul. Seiring berjalannya waktu jumlah mereka juga semakin bertambah banyak, ada tatapan keputusasaan dari wajah mereka.
Sementara itu dua orang perampok juga mendatangi kediaman Lei Tian yang kini masih diselimuti duka. Baru saja ibunya meninggal, kini ancaman bahaya tengah mengintai dirinya dan Bibi Jian. Mereka berdua menggunakan senjata tajam untuk mengancam dan menindas.
"Jangan bergerak, segera kumpulkan barang-barang berharga kalian" ucap salah satu perampok dengan wajah garang.
"Hai.. Sepertinya kau memiliki cincin penyimpanan. Tidak kusangka jika Desa semiskin ini memiliki barang yang sangat berharga" ucap salah satu penjahat lainnya saat memperhatikan Lei Tian.
Lei Tian yang semula cuek, kini terusik saat mendengar perkataan penjahat tersebut. Ia segera bergerak dengan cepat saat kedua penjahat itu lengah.
"Bugh"
"Bugh"
Dua buah pukulan keras ia hempaskan ke perut penjahat tersebut secara bergantian, kekuatan Lei Tian tidak pernah diperkirakan oleh kedua penjahat tersebut.
Akibatnya dua penjahat yang memiliki kekuatan pendekar pemula tersebut harus terluka cukup parah. Tubuhnya terhuyung, pedang di tangan mereka terlepas dengan enggan.
Sementara Bibi Jian juga merasa terkejut dengan kemampuan Lei Tian yang kini menunjukkan dirinya sudah seperti seorang kultivator. Bahkan bisa menghajar dua orang penjahat sekaligus bukanlah hal sederhana yang bisa dilakukan oleh seorang remaja seperti dirinya.