Gania Anjasmara, ialah putri tunggal dari pasangan Arya Anjasmara dan Miranda. Di usianya yang baru menginjak usia 3 tahun, Gania harus kehilangan sang Mama untuk selama-lamanya. Kini 15 tahun telah berlalu, Gania telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan tangguh pastinya karena sejak kecil ia hanya hidup berdua bersama Papanya. Terkadang ia juga dititipkan dirumah Neneknya karena Papanya sibuk bekerja. Bagaimanakah kelanjutan ceritanya? Penasaran? Simak terus ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delatama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1 Minggu Kemudian
Pagi ini Gania bangun lebih siang dari biasanya. Entah apa yang membuatnya betah tidur seperti ini.
"sayang bangun" ucap Gibran sambil membelai rambut istrinya. Tapi tak ada respon apapun dari Gania.
"sayang udah jam tujuh loh" ucap Gibran sekali lagi. Tapi Gania tetap tenang, sampai akhirnya ide jahil pun muncul dari otak Gibran. Gibran menggelitik perut Gania, Gania pun menggeliat dan mulai membuka matanya.
"hmm geli" ucapnya lirih
Gibran memandangi istrinya dengan tersenyum. Hal itu membuat Gania kebingungan dan mengusap bibirnya.
"kenapa? aku ngiler?" tanya Gania
Gibran hanya menggeleng.
"ya udah aku mandi dulu" ucap Gania, kemudian turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.
Setelah mandi, Gania tidak lagi menemukan suaminya dikamar. Gania segera mencarinya di lantai bawah. Ternyata Gibran sedang berbincang-bincang dengan Papa Arya.
"mas kamu libur?" tanya Gania sambil duduk disamping Papa Arya dan berhadapan dengan Gibran
"sore ini suamimu ada meeting di luar kota sayang" jawab Papa Arya
"meetingnya mendadak, aku juga baru dapet kabar tadi pagi" jawab Gibran
"terus pulangnya kapan?"
"haha Gania, kamu ini lucu sekali. Gibran belum berangkat sudah kamu tanyai kapan pulang" Papa Arya terkekeh
"pulangnya besok sore atau lusa mungkin"
Mendengar jawaban Gibran, Gania langsung cemberut.
"kenapa anak Papa?" tanya Papa Arya sambil mengacak-acak rambut Gania
"kalo pulang beliin durian ya mas"
"wah wah minta durian, jangan jangan Papa bentar lagi mau punya cucu nih" ledek Papa Arya
Gania menggeleng dan Gibran tertawa.
***
Siang ini Gania sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa suaminya.
"kamu mau dibawain bekal apa?" tanya Gania sambil duduk di tepi ranjang
"ngga usah lah, nanti disana juga banyak makanan. Aku ngga mau kamu capek-capek"
"kan bentar lagi kita mau program" imbuh Gibran sambil membisiki Gania
Mendengar bisikan Gibran, Gania reflek mencubitnya.
Gibran memeluk dan menciumi rambut Gania.
"sayang.." panggilnya
"hmm" jawab Gania
"pernikahan kita udah dua bulan, apa kamu ngga pengen...."
Belum selesai Gibran berbicara, Gania dengan cepat memotongnya.
"aku masih takut" ucapnya sambil melepaskan diri dari pelukan Gibran
Gibran tertawa terbahak-bahak sampai membuat Gania menjauh dari sampingnya.
"kenapa kamu berfikir seperti itu?" tanya Gibran
"maksudku apa kamu ngga pengen kita membuat acara pesta resepsi?" imbuhnya
Gania membelalakkan matanya dan kini pipinya memerah karena malu.
"kenapa pikiranmu mesum sayang" ledek Gibran sambil menggelitik perut Gania, karena Gania terus bergerak, tanpa sengaja tangan Gibran menyenggol gunung Gania.
"mas jangan mencari kesempatan" ucap Gania
"apa?"
"kamu me.."
"apa?"
Pipi Gania memerah lagi karena malu untuk mengakui jika Gibran baru saja menyentuh bagian empuk di dadanya.
"oh itu aku ngga sengaja. Memangnya sakit?"
Gania menggeleng.
"apa aku boleh melakukannya lagi?" tanya Gibran sambil mendekat ke Gania
Gania deg-degan dan tegang.
"gimana sayang? sebelum aku berangkat aku ingin" bisik Gibran, bisikan itu membuat Gania merinding. Akhirnya Gania mengangguk pelan.
Gibran yang sudah tak sabar pun segera melancarkan aksinya untuk membuka semua penutup yang Gania gunakan.
Gania sangat malu, tangannya reflek menutupi dada polosnya.
"mas, aku malu" ucapnya
Lalu Gibran menutupi tubuhnya dan tubuh Gania dengan selimut. Setelah tertutup, Gibran perlahan menyingkirkan tangan Gania yang menutupi dadanya.
Gibran meraba sesuatu yang ingin ia sentuh selama ini. Tangannya mulai menggerayahi sehingga membuat Gania menggeliat. Hal itu membuat sesuatu milik Gibran terbangun.
Gania yang sedari tadi menahan suaranya kini tak bisa lagi menahannya. Desahan Gania pun didengar oleh Gibran. Hal itu membuat Gibran semakin ganas menciumi Gania.
10 menit melakukan itu, sebenarnya Gibran ingin memakan Gania. Tapi Gibran tahu, Gania masih terlalu takut untuk melakukannya. Jadi ia mengurungkan niatnya dan menyudahi aktivitasnya kali ini.
Lebih real dalam penyampaian bagaimana pasutri menyikapi suatu pernikahan dan perkembangan anak
semoga novel selanjutnya tetap menarik ya Thor..tidak terjebak dg gaya novel lainnya yg terlalu ekstrim, banyak pelakor, mertua jahat, suami kejam dsb😘😘
go...semangat