Ina dan Izhar memasuki kamar pengantin yang sudah disiapkan secara mendadak oleh Bu Aminah, ibunya Ina.
Keduanya duduk terdiam di tepian ranjang tanpa berbicara satu sama lain, suasana canggung begitu terasa, mereka bingung harus berbuat apa untuk mencairkan suasana.
Izhar keluar dari kamar mandi dan masuk kembali ke kamar setelah berganti pakaian di kamar mandi, sementara itu, Ina kesulitan untuk membuka resleting gaun pengantinnya, yang tampaknya sedikit bermasalah.
Ina berusaha menurunkan resleting yang ada di punggungnya, namun tetap gagal, membuatnya kesal sendiri.
Izhar yang baru masuk ke kamar pun melihat kesulitan istrinya, namun tidak berbuat apapun, ia hanya duduk kembali di tepian ranjang, cuek pada Ina.
Ina berbalik pada Izhar, sedikit malu untuk meminta tolong, tetapi jika tak di bantu, dia takkan bisa membuka gaunnya, sedangkan Ina merasa sangat gerah maka, "Om, bisa tolong bukain reseltingnya gak? Aku gagal terus!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Isha mengantarkan Kinara pulang sore harinya, setelah pulang dari apartemen Izhar dan Ina. Isha membonceng Kinara dengan motornya, hingga sampao gerbang rumah yang megah dan mewah itu.
Kinara turun dari motor Isha, merapikan pakaiannya yang sempat sedikit berantakan karena tadi buru-buru pulang takut dimarahi orang tuanya.
"Thanks ya, Sha." Ucap Kinara.
"Sama-sama, gue balik dulu," jawab Isha, bersiap untuk pergi.
"Wait!" Kinara menghentikan Isha untuk pergi.
Isha menoleh padanya, "Ada apa lagi?" tanya Isha.
"Anu... Gue mau tanya sesuatu sama lu," jawab Kinara.
"Soal apa?"
"Ina dan Abang lu."
"Kenapa memangnya?"
Isha belum menyadari, kalau Kinara sejak tadi menyadari sesuatu dari percakapannya dengan Izhar.
"Yang tadi itu, Abang lu 'kan?" tanya Kinara.
"Iya, itu Abang gue, namanya Izhar, dia Dokter bedah di rumah sakit Garina Medika. Emang kenapa sih? Lu kenal dia?"
"Nggak, gue gak kenal, tapi sempat beberapa kali ketemu dia."
"Terus?"
Kinara berpikir dulu sebelum bertanya, takut Isha marah, tapi rasa penasarannya jauh lebih besar dariapda rasa takutnya.
"Sebenarnya, Ina sama Abang lu punya hubungan apa?
Soalnya, setahu gue Abang lu itu, ya si Om dokter itu nikahnya sama Tantenya Ina. Tapi kenapa, tadi gue dengar kalau si Om bilang Ina itu istri?" Kinara langsung bertanya pada intinya saja, tak mau berbelit-belit.
Mendengar pertanyaan dari Kinara, barulah Isha sadar, kalau tadi obrolannya dengan Izhar di dengar oleh Kinara.
'Astaga, gue kok bisa sih gak sadar tentang itu?' batin Isha, penuh keterkejutan dalam hati.
"Sha, sebenarnya hubungan mereka itu apa sih?
Please... Kasih tau gue, gue pengen tau sebenarnya Ina sama si Om punya hubungan apa, biar gue gak salah paham soal mereka." Kinara memohon agar Isha jujur saja padanya tentang Ina.
Isha tidak menjawab, malah memilih bungkam.
"Sha, kalau lu gak jujur ke gue soal mereka, gue bakalan bilangin sama si Om kalau lu pernah bawa Ina ke ruang kesenian dan gue juga bakal cerita sebenarnya kalau lu selingkuhin Ina dan ceritain juga kalau antara Vina dan Ina itu ada sangkut pautnya sama lu" Kinara memberikan ancaman pada Isha, berharap itu akan berhasil membuat Isha buka mulut.
Isha menatap nyalang pada Kinara, "Lu kenapa jadi ancam gue kayak gini? Semena-mena banget lu sama gue!" Isha marah.
"Lah, kalau gue punya rahasia lu, harusnya lu bisa dong cerita sama gue soal mereka. Lagian apa susahnya? Tinggal cerita aja, beres kok!"
"Tapi itu privasi keluarga gue, gak semua orang harus tau!".
"Ya udah, jangan harap gue juga bisa tutup mulut kalau lu gak mau buka mulut!"
Kinara beranjak untuk masuk ke dalam, Isha dengan cepat menahan tangan Kinara, gadis itu berbalik.
"Oke, gue bakal cerita, tapi lu harus janji sama gue kalau lu gak akan pernah bahas apapun tentang hubungan gue dan Ina ke Abang Iz. Dan juga, lu jangan coba-coba bilangin rahasia ini ke siapapun, karena ini juga akan berakibat fatal buat Ina." Isha akan bercerita, tapi dia ingin Kinara bisa berjanji juga padanya.
"Oke, lu buka mulut, gue siap tutup mulut!" jawab Kinara meyakinkan.
Isha turun dari motornya dan mengajak Kinara untuk masuk gerbang rumahnya. Sambil berjalan ke arah rumah Kinara, Isha mulai bercerita.
"Sebenarnya, Abang itu suaminya Ina," ucap Isha.
Kinara tercengang, langkahnya terhenti seketika.
"Lu serius? Maksudnya, Ina itu udah nikah?!" tanya Kinara, dengan ekspresi tak percaya.
Isha mengangguk, "Iya, mereka nikah siri karena keterpaksaan. Abang gue seharusnya nikahi tantenya Ina, tapi katanya calon istrinya itu kabur sebelum akad nikah, Ina cuma satu-satunya gadis yang bisa dijadikan pengganti waktu itu. Abang gue sebenarnya, pernah gagal menikah juga sebelum ini, mungkin karena itu juga Abang kekeuh mau pernikahan di lanjutkan meskipun dengan pengantin pengganti. Ina yang gantiin posisi tantenya, juga gak tau kalau yang dia nikahi itu Abang gue, mantan pacarnya. Makanya, pertama kali gue lihat dia di rumah gue, kita sama-sama terkejut karena ketemu di rumah yang sama padahal kita gak ada hubungan saudara atau apapun. Waktu itulah gue tau, kalau Ina adalah istrinya Abang, segitu aja sih yang gue tau, karena gue gak hadir juga waktu pernikahan Abang berlangsung." Isha ceritakan asal mula dirinya tahu kalau Ina adalah kakak iparnya.
"Jadi, selama ini Ina itu bohongi gue, waktu dia bilang kalau Om Iz itu suami tantenya?"
"Ya, begitulah... Ina gak mungkin jujur juga sama lu tentang pernikahannya, karena bersifat rahasia, cuma antar keluarga aja yang tau."
"Terus, gimana dengan perasan lu, saat lu tau kalau Ina jadi istri Abang lu?"
"Jangan ditanya, nyesek banget sih gue. Tapi gue gak bisa berbuat apa-apa, gue udah coba minta Ina buat cerai sama Abang, tapi Ina gak mau, dia bilang dia nyaman sama Abang gue." Isha terlihat lesu.
"Kenapa Ina bisa nyaman sama Abang lu, sedangkan calon istrinya aja ninggalin Abang lu?"
"Gue juga gak tau apa yang terjadi setiap kali Abang gagal menikah. Tapi yang gue tau, Abang itu orangnya baik, dia lembut ke cewek, dia juga orang nya gak neko-neko, gak aneh-aneh, kalau bisa gue bilang Abang itu cowok sempurna. Gue pun bingung, kenapa setiap calon istri Abang ninggalin dia, tapi Ina malah nyaman sama Abang, kayaknya emang problem ada di cewek."
Isha tak tahu persis, seperti apa masalah yang selalu menengahi hubungan kakaknya dengan dua calon istrinya yang gagal di nikahi itu, dia tak begitu mengenal baik sang kakak.
Setiap Isha tahu, kakaknya itu gagal menikah dan di putuskan dari pihak perempuan, hanya itu yang diketahuinya.
"Oooh... Pantesan Ina nyaman sama Abang lu, mungkin karena dia emang selembut itu sama cewek, biasanya cewek 'kan pengennya di lembutin. Tapi, kenapa dua calon istrinya mutusin dia ya? Aneh banget loh, kalau cowok sebaik kakak lu diputusin, pastinya semua cewek mau dong punya suami kayak gitu."
"Mungkin, karena Abang terlalu baik, mudah di manfaatkan. Bisa jadi, cewek yang bilang cinta ke Abang itu sejak awal emang cuma mau morotin doang. Soalnya, Abang memang royal orangnya, gak pelit, kalau diminta apapun kalau dia lagi punya ya langsung kasih tanpa nunggu minta dua kali."
"Oalah... Pantesan aja, cewek-cewek pasti deketin buat morotin, habis itu dibuang tuh Abang lu, jahat banget!"
Kinara baru tahu, kalau Isha memiliki seorang kakak laki-laki yang sifatnya jauh berbeda dengan sang adik dalam segi memperlakukan perempuan. Jika Izhar selalu berlaku baik terhadap perempuan dan tipe setia, tapi adiknya justru malah mempermainkan perasaan Ina bahkan mengkhianatinya.
'Si Isha pasti nyesel banget Ina jadi kakak iparnya, mana kakaknya gak kalah ganteng dari dia. Rasain, makanya jadi cowok jangan sok ganteng!' Kinara membatin, merasa puas karena Isha pasti menyesali perbuatannya pada Ina saat itu.
"Terus, sekarang lu masih suka sama Ina?" tanya Kinara lagi.
"Gak ada yang berubah, semua masih sama." Jawab Isha datar.
"What? Jangan bilang, lu pengen rebut Ina dari Abang lu, gara-gara lu gagal move on!" Kinara spontan menuduh Isha akan merebut Ina kembali dari kakaknya.
Kinara tahu, Isha sangat mencintai Ina, walaupun pernah mengkhianati Ina sebelumnya, tapi Isha selalu gigih dalam mengambil hati Ina kembali.
"Iya, emang kepikiran kesitu kok saat gue tau Ina itu kakak ipar gue. Gue ngerasa gak rela, kalau Ina jadi kakak ipar gue, karena gue gak akan bisa lagi dapetin dia. Tapi... Setelah gue lihat Abang Iz sayang banget sama Ina, lihat gimana dia bahagia sama Ina, gue jadi ngerasa kalau gue bakalan jadi adik yang paling jahat di dunia ini kalau sampai ngerusak hubungan mereka. Abang Iz udah terlalu banyak menderita karena gagal dalam hubungannya, sekarang dia bangkit lagi dan mulai menata kehidupan rumah tangganya, alangkah jahatnya gue kalau bikin dia sedih lagi." Tutur Isha, hatinya sudah berbalik mendukung sang kakak.
Isha yang sebelumnya sempat ingin Ina cerai dari Izhar dan kembali padanya, perlahan hatinya luluh, ketika melihat kakaknya bisa tersenyum bahagia bersama Ina. Isha berubah pikiran untuk merebut Ina lagi dan malah ingin agar hubungan kakaknya itu bisa tetap harmonis dan tak ada lagi kata perpisahan antara keduanya.
Isha sadar, Izhar adalah kakak yang sangat baik dan dia berhak mendapatkan kebahagiaannya, setelah terus menerus gagal membangun bahtera cinta.
Isha berbalik pada Kinara dan kedua pasang bola mata itu saling bertatap cukup dekat.
"Gue balik dulu, lu harus tepati janji lu ke gue, kalau lu gak akan pernah bongkar rahasia apapun tentang semua ini. Baik tentang hubungan gue dan Ina ke Abang Iz, atau tentang hubungan Ina dan Abang Izhar ke orang lain. Karena gue udah cerita semuanya sama lu, gue harap lu bisa jaga rahasia dengan baik." Ujar Isha kemudian, setelah itu Isha pergi dari rumah Kinara, untuk pulang ke rumahnya.
Kinara hanya terbengong melihat Isha pergi, sebuah debaran kencang terasa di hatinya saat Isha menatap matanya untuk terakhir kali sebelum pergi.
***
Ina terbangun di malam hari pada pukul 8 malam, Ina menoleh ke kiri dan kanan, tak ada Izhar disana.
"Om Iz kemana ya? Kok dia gak ada?" gumam Ina, bertanya pada dirinya sendiri.
Ina turun dari ranjang Izhar, perutnya masih terasa sakit tapi sudah tak sesakit tadi, Ina keluar dari kamar Izhar untuk mencari sang suami.
Ina celingak-celinguk, sosok Izhar tak terlihat dimana pun. Lalu, Ina pergi ke dapur, rupanya Izhar sedang memasak di dapur, sebuah celemek warna pink terpasang di tubuh bagian depannya.
Ina tersenyum lega, suaminya tak meninggalkan dia sendirian.
Ina mendekat pada Izhar dan berdiri di sampingnya.
"Astaghfirullah!" Izhar berucap, saking terkejutnya melihat Ina yang sudah berdiri di samping dirinya.
"Kamu ngagetin aja, harusnya bersuara supaya saya nggak kaget!" ujar Izhar sedikit mengomel.
"Maaf, habisnya Om fokus banget."
"Fokus biar makanannya enak, 'kan nanti kamu yang makan juga."
"Oh iya, apa masih sakit perutnya?" tanya Izhar.
"Udah gak terlalu sakit sih, tapi masih sakit juga, cuma gak terlalu aja."
"Kamu duduk gih, saya akan siapkan makan malamnya."
Ina menurut, Ina duduk di meja makan. Izhar segera menghidangkan masakannya di atas meja, menyiapkan piring, sendok dan garpu untuk mereka berdua.
Izhar memasak udang pedas kesukaan Ina, juga memasak tumis kangkung kesukaannya. Izhar memberikan Ina porsi makan yang banyak, membuat Ina terbelalak.
"Kenapa banyak banget?" tanya Ina.
"Biar kamu kenyang, kamu harus makan banyak supaya badan kamu sehat."
"Tapi, aku gak biasa makan sebanyak ini, Om. Ini mah porsi dua orang, aku gak bisa habisi sebanyak ini, apalagi kulit perutku juga sakit."
Izhar membuang nafas kasar, "Ya udah, kita makan sepiring berdua, okay?"
Barulah Ina tersenyum, keduanya pun makan bersama.
Sambil makan, Izhar merapikan rambut Ina dengan jari-jarinya dan menyelipkan yang tergerai ke depan di belakang telinga.
Ina merasa senang, Izhar selalu perhatian dibalik sikap cuek dan dinginnya.
"Na, kamu bisa cerita sama saya, siapa yang melakukan hal buruk tadi sama kamu?" Izhar mencoba untuk bertanya kembali.
Ina terdiam, kunyahannya pun menjadi pelan.
"Ina, saya suami kamu, saya berhak tau siapa yang sudah menyakiti istri saya. Kenapa kamu harus tetap merahasiakan itu dari saya? Apa saya nggk boleh membalaskan itu untuk kamu?" Izhar berusaha lebih keras, membujuk Ina agar mau bercerita.
"Om, aku dan dia itu jauh berbeda, dia anak orang kaya yang orang tuanya punya jabatan tinggi, sedangkan aku? Aku cuma anak penjual ikan, aku gak akan bisa melawan dia. Lagian, kejadian itu gak ada yang lihat, gak akan ada bukti untuk menuntut dia." Ina buka mulut dan menjelaskan situasinya.
"Kamu memang anak penjual ikan, tapi kamu jangan lupa kalau suami kamu adalah seorang Dokter bedah. Saya punya uang dan saya bisa membuat perhitungan sama dia dengan cara saya sendiri. Saya nggak takut walaupun orang tuanya memiliki jabatan tinggi, toh kamu juga berhak mendapatkan keadilan,"
"Kalau kamu bungkam terus, kamu sama aja membiarkan orang jahat berkeliaran di sekolah kamu dan secara nggak langsung, kamu membiarkan dia bebas tanpa hukuman apapun setelah menyakiti kamu. Memangnya, kamu mau kalau dia terus hidup bebas seperti itu? Lalu, nanti dia akan mengulanginya lagi karena kamu gak memberikan dia hukuman!" Tambah Izhar tegas, jengkel karena Ina tak mau juga bercerita padanya.
Ina memegang tangan Izhar dan menatapnya, "Kita makan dulu ya, aku lapar... Aku janji, nanti aku akan cerita setelah kita makan. Please... Hubby..." Pinta Ina, suaranya sangat lembut.
'blush'
Pipi Izhar merona merah, saat Ina menyebutnya 'Hubby', ia pun gelagapan.
"I--iya... Ma--makan dulu aja sampai kenyang, kita bahas ini nanti setelah makan." Jawab Izhar gelagapan.
Ina dan Izhar makan kembali, tak ada obrolan lagi, jantung Izhar malah berdebar-debar.
***
Usai makan malam, Izhar memerintah Ina untuk shalat isya terlebih dahulu. Ina tak shalat sejak siang dan Izhar memintanya untuk mengingat dan mengqadha shalatnya nanti. Ina yang patuh, langsung melaksanakan apa yang Izhar perintahkan, tak 'ngaret' seperti saat Ibunya memerintah di rumah.
Setelah shalat, Ina masuk kembali ke kamar Izhar dan naik ke ranjang suaminya, tidur bersandar pada Izhar.
"Kenapa tidur lagi disini?" tanya Izhar.
"Kenapa? Gak boleh?"
"Ya gak boleh, bahaya 'kan kalau kamu dan saya tidur bareng."
"Tapi Om yang tadi bawa aku ke kamar Om, aku udah nyaman tidur di kamar Om. Boleh ya, kalau aku tidur disini malam ini?"
"Terserah, asal jangan sentuh-sentuh bagian sensitif tubuh saya aja, nanti efeknya berat!" Izhar mengingatkan.
"Hehehe... Oke!" Ina cengengesan.
Ina memeluk Izhar yang asyik membaca buku tentang ilmu kedokteran. Izhar menyimpan bukunya dan membalas pelukan Ina.
"Kamu tadi udah janji mau cerita ke saya soal kejadian tadi siang, sekarang saya menagih itu, kamu cerita sekarang juga." Izhar menagih janji Ina tadi.
Ina dan Izhar tidur dalam posisi miring berhadapan, Ina menatap bola mata Izhar yang juga bergerak menatap matanya.
"Vina," ucap Ina.
Kening Izhar mengkerut, nama itu sempat disebut oleh Kinara tadi siang, namun Izhar tak tahu siapa dia.
"Vina yang ngelakuin itu ke aku, Om. Dia bawa aku ke toilet saat aku keluar dari perpustakaan, terus dia juga yang nyakitin aku." Ina akhirnya bercerita juga tentang apa yang di alaminya.
"Vina itu siapa? Kenapa dia melakukan itu ke kamu? Saya dengar kata Isha, kalian ada konflik karena nilai ulangan, apa itu benar?"
"Karena nilai ulangan?" Ina malah jadi bingung.
"Iya, Isha bilang kayak gitu."
"Isha?"
"Iya, Isha dan teman kamu tadi kemari buat tau keadaan kamu, terus teman kamu itu sebut nama Vina dan saya tanya apa hubungannya kamu dan Vina. Dia malah gelagapan dan Isha yang menimpali dengan mengatakan kalau kalian berkonflik karena nilai ulangan."
'What? Isha bilang kayak gitu ke Om Iz, tanpa bilang jujur kalau dia selingkuh sama Vina dari gue? Parah si Isha, gak mau deh aibnya ketahuan kakaknya. Dia kayaknya berpikir kakaknya kagak tau kalau dia itu mantan pacar gue kali ya? Makanya dia berusaha nutupi tentang Vina dari Om Iz.' Batin Ina, dia pikir Isha memang belum tahu kalau Izhar sudah mengetahui hubungan mereka di sekolah.
"Beneran karen itu, kalian ada konflik? Terus, gara-gara itu juga kamu di sakiti sama Vina?" tanya Izhar lagi.
"Bohong! Isha itu bohong, Om! Aku sama Vina punya konflik bukan karena nilai ulangan, tapi karena Isha selingkuh dari aku dengan Vina!" Ina membongkar aib Isha pada kakanya, padahal Isha sudah mewanti-wanti pada Kinara untuk tak mengatakan apapun pada Izhar.
"Selingkuh? Maksudnya?"
"Aku dan Isha putus gara-gara dia selingkuh sama Vina, aku lihat sendiri gimana dia ciuman sama Vina dan dia sengaja lakuin itu supaya aku cemburu. Itu sebenernya salah paham sih, Isha sangka aku selingkuh duluan karena aku ada di bioskop sama Andre, dia pikir aku cuma berdua padahal kami berempat. Isha pacari Vina buat manas-manasin aku, terus dia ciuman sama Vina di depan aku juga, ya udah aku minta putus." Ina bercerita juga pada akhirnya, walaupun Isha belum tahu kalau Izhar telah mengetahui hubungan mereka, tapi bagi Ina Izhar juga harus tahu kelakuan adiknya.
"Astaghfirullah... Isha seperti itu di sekolah?" Izhar tampak tak percaya.
"Iya, Om. Isha itu si playing victim, dia yang salah tapi nyalahin aku."
"Ya Allah... Saya pikir Isha itu anaknya pendiam, tapi rupanya dia jahat juga sama perempuan."
"Iya, makanya aku gak mau lanjut hubungan sama dia, aku udah gak ada respect sama dia sejak saat itu. Pas aku nikah sama Om, aku bisa lihat perbedaan antara kalian, ternyata emang jauh banget."
"Isha, sejak dulu memang urakan anaknya, dia jarang ada di rumah, gak jarang juga akan menginap di basecamp dengan teman-temannya. Tapi, saya masih bisa bernafas lega, karena Isha gak pernah coba minum-minum atau pakai obat-obatan, walaupun dia urakan tapi setidaknya dia gak terjerumus ke dalam hal seburuk itu."
"Apa dia baik di mata Om?"
"Kalau soal baik, Isha itu ya baik, cuma saya dan dia gam terlalu dekat, kami gak pernah ngobrol berdua atau bertukar cerita, kami sibuk dengan dunia kami. Tapi, dia anaknya sayang orang tua, dia patuh kalau Ibu atau Bapak memintanya melakukan sesuatu, dia gak pernah bisa menolak, itulah yang saya suka dari Isha."
Ina menyimak uraian dari suaminya tentang Isha, Ina baru tahu kalau Isha sosok anak yang baik di rumahnya. Tak seperti di sekolah, yang selalu membuat onar.
Sedang mendengarkan seksama uraian sang suami, tiba-tiba Ina mengingat sesuatu.
"Wait, Om bilang Kinara dan Isha masuk kesini tadi siang 'kan?" tanya Ina, kemudian.
"Iya, mereka memang kesini, kenapa Memangnya?"
"Apa Kinara tau tentang hubungan kita?"
Izhar terdiam, di ingatnya lagi moment saat tadi siang.
'plakkk'
Izhar menepok jidatnya keras.
"Kenapa?" tanya Ina lagi.
"Saya lupa, saya sebut kamu istri saya tadi siang di depan gadis itu."
"WHAT?!"
...***Bersambung***...