NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:66.8M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Untukku

“First love never die…. First love never die….” kalimat itu terasa terus terngiang-ngiang di kepala Bulan. Ia seperti dilemparkan ke masa lalu... Saat melihat Juno waktu pertama kali di rumah Afi, mengingat Inneke yang menjadi senior saat ospek prodi. Saat itu mereka telah menjadi sepasang kekasih, betapa waktu telah lama berlalu dan ia hanya menjadi perempuan bodoh yang mengagumi orang yang ternyata saling memiliki.

Membayangkan Juno yang melihat dirinya bagai remahan biskuit, yang memiliki perbedaan bagaikan bumi dan langit kalau saat kuliah dengan Inneke yang menjadi tokoh sentral dalam setiap kegiatan. Bulan tercenung betapa ia merasa menjadi orang yang paling bodoh.

“Bulan…. Rembulan…” suara Kevin samar terdengar di telinganya, hingga akhirnya ia tersadar sangat lengannya diguncangkan.

“Kamu gak apa-apa? Aku bilang juga kamu harus bijak” suara Kevin terdengar prihatin.

Bijak… itu hanya berlaku pada orang yang sudah mengalami asam garam percintaan, baginya yang baru pertama kali menyukai seorang laki-laki, kata bijak terdengar sangat mewah.

“Itu kejadian hampir enam tahun yang lalu, banyak hal yang telah terjadi. Kekasihmu mungkin sudah melupakan Inneke, jadi wajar saja kalau dia tidak menyukai saya dan Elma” ucap Kevin pelan.

“Ya… gak apa-apa Pak… saya cuma kaget aja” Bulan tersenyum getir.

“Selama ini saya jadi seperti orang bodoh…” ucapnya singkat, kenapa dadanya terasa sakit. Padahal ia tidak menjadi bagian dari cerita Juno dan Inneke di masa lalu. Bulan menarik nafas panjang, diminumnya air mineral yang ada di depannya. Rupanya saat seseorang kalut mereka sudah tidak lagi memikirkan soal kebersihan.

Bunyi handphone di meja tanda ada pesan masuk, terpampang tulisan pesan dari Juno. Diraihnya handphone dan dipandang dengan bingung. Saat ini orang yang tidak ingin ia jumpai adalah Juno, tapi tadi Afi mengatakan kalau dia akan menjemputnya. Sungguh tragis perbedaan keinginan yang berubah hanya dalam hitungan menit.

“Aku sudah di area parkir” tulis Juno singkat.

“Saya pamit pulang Pak, sudah dijemput” ucap Bulan sambil mengemasi barang-barangnya, Kevin hanya memperhatikan dalam diam.

“Kalau Kak Inneke datang malam ini Pak?” Kevin menggeleng, Bulan melihat betapa Kevin terlihat menahan perasaannya.

“Dia ambil pesawat besok siang katanya, nanggung toh sudah ditangani oleh dokter” ucap Kevin pelan. Bulan mengangguk, bukan kapasitasnya menilai perilaku seseorang.

“Saya pamit Pak” Bulan menggangguk hormat, keluar perlahan dari kamar diiringi tatapan Kevin, ternyata mengetahui kenyataan lebih menyakitkan daripada tidak tahu.

Berjalan lunglai di selasar rumah sakit berusaha untuk menguatkan hati, menjawab beberapa pertanyaan yang dulu tak terjawab. Ini adalah alasan dari serangkaian sikap Juno yang terasa berbeda sehingga hubungan mereka tidak seperti pasangan yang lain.

Ini adalah jawaban kenapa dia lebih banyak diam dan tidak suka menunjukkan kehangatan pada dirinya, rupanya semua bara yang ada dalam diri laki-laki itu tertinggal pada perempuan yang terlihat memiliki segalanya.

Ia berusaha mengais-ngais bara yang mungkin bisa menjadi api, tapi yang ada hanya arang yang sering membuatnya merasa menjadi tidak berharga.

Bulan menghapus linangan air mata di sudut matanya, ia tidak boleh terlihat menangis. Juno belum tahu kalau ia sudah mengetahui seluruh rahasia tentang kehidupan cintanya dengan Inneke, yang bahkan Afi dan Tante Nisa sendiri tidak tahu.

Bulan menghela nafas, disandarkannya tubuhnya di pilar yang ada di taman rumah sakit. Ia merasa tidak sanggup untuk berhadapan dengan Juno, takut kalau ia malah menangis dan khawatir dengan sikap Juno yang cenderung temperamental kalau ia sudah membantu  Kevin.

“Kenapa kamu malah berdiri disini?” suara Kevin terdengar di sampingnya. Bulan terhenyak, ia tidak menyangka kalau Kevin mengikutinya.

“Bapak… kenapa turun nanti kalau Elma bangun bagaimana?” Bulan langsung gelagapan, ia tidak ingin ketahuan kalau dirinya terlihat rapuh.

“Sudah saya titip sama Perawat untuk menemaninya, saya khawatir liat kamu” Kevin memandang Bulan dengan seksama, ada air mata disudut matanya.

“Saya antar kamu ketemu dia, nanti saya akan jelaskan kalau kamu kesini bukan atas keinginan kamu, tapi karena saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan kantor” Kevin mengerakkan kepalanya seakan mengajak Bulan untuk pergi dari Taman itu.

Bulan bingung, bukankah dengan kehadiran Kevin malah jadi makin runyam, ia akan semakin sulit untuk menjelaskan kepada Juno, ia khawatir malah jadi semakin emosi.

“Gak usah Pak… gak apa-apa. Saya malah khawatir nanti malah semakin runyam, saya bisa mengatasinya kok” Bulan menggelengkan kepala dengan ragu.

“Sudahlah… dia bukan anak kecil yang akan marah tanpa mendengar alasan yang jelas, pasti dia akan paham kalau mendengar kamu menemani karena Elma sakit” jelasnya setengah memaksa. Bulan menghela nafas, masalahnya laki-laki itu badannya saja yang besar tapi mentalnya terkadang masih seperti anak kecil.

“Ayo… berpikir jangan terlalu lama, tidak akan menyelesaikan masalah.” Kevin menarik lengan Bulan supaya berjalan keluar dari Taman. Sikap enggan Bulan tidak dipahami oleh Kevin yang merasa kalau ini bukanlah hal yang musti dibesar-besarkan.

“Pak… iya pak… gak usah ditarik saya bisa kok jalan sendiri” Bulan berusaha melepaskan cengkraman tangan Kevin di lengannya. Ia seperti anak yang malas mandi dipaksa pulang ke rumah oleh emaknya.

“Lepaskan dia… “ terdengar suara teriakan dari arah samping. Bulan hampir melonjak kaget, suara Juno terdengar keras dan kasar.

“Kak… ini aku lagi mengirim pesan Kak Juno nunggu dimana?” Bulan bergegas mendekat ke arah Juno yang menatap Kevin dengan tajam, yang ditatap mencoba bersikap tenang dan mengumbar senyuman.

“Maaf tadi katanya menunggu di kantor, saya minta tolong pada Bulan dan Anjar untuk menjaga Elma yang sakit panas. Kebetulan ada rapat penting yang tidak bisa saya tinggalkan sehingga harus ke kantor” Kevin terdengar berusaha untuk bersikap ramah, tapi Juno tidak mengindahkan ucapan Kevin, seakan ingin memperlihatkan kalau ucapan Kevin tidak berarti bagi dirinya. Ia hanya menatap wajah pucat Bulan dengan tajam.

“Pulang” ucapnya singkat dan berjalan mendahului Bulan tanpa menunggunya. Bulan berjalan bergegas setelah terlebih dahulu mengangguk tanda pamit pada Kevin. Setengah berlari karena Juno berjalan dengan cepat. Masuk ke dalam mobil tanpa adanya jeda pertanyaan ataupun sekedar ungkapan basa basi, berusaha untuk duduk diam dan tenang agar Macan yang baru saja terbangun tidak menyadari keberadaannya.

Selama lima belas menit pertama, hanya keheningan yang ada di dalam mobil, masing-masing berusaha untuk mengendalikan dirinya. Bulan yang akhirnya memecahkan kesunyian.

“Maaf tadi katanya menunggu di kantor, aku gak lihat hape karena harus menemani Elma untuk diambil darah dan diinfus”

“Baru sempat lihat hape setelah masuk ruang perawatan” sambung Bulan sambil menatap keluar jendela, ia tidak ingin lagi melihat Juno. Membayangkan betapa sangat memalukan dirinya dulu yang begitu mengharapkan bisa melihat laki-laki yang ada di sampingnya dengan penuh rasa memuja padahal telah memiliki pasangan yang terlihat sempurna.

“Apakah sulit untuk mengikuti permintaanku?” tanya Juno pendek. Bulan terdiam, melihat keluar dan sesekali menarik nafas panjang.

“Aku cuma mencoba bersikap manusiawi. Membantu orang yang membutuhkan disaat kita bisa membantu, tanpa adanya pemikiran yang lain” jawab Bulan, Juno mendengus kesal.

“Ada banyak manusia di Indonesia yang bisa kita bantu kalau kamu ingin membantu sesama umat manusia, aku hanya meminta satu hal saja, hanya satu hal saja. KAMU JANGAN TERLALU DEKAT DENGAN LAKI-LAKI ITU DAN ANAKNYA” penekanan ucapan Juno seakan-akan memukul perasaan Bulan.

“Hanya Pak Kevin dan Elma? Bagaimana dengan ibunya Inneke… saya boleh dekat?” Bulan tersenyum sinis. Juno meliriknya dengan kesal.

“Maksud kamu apa?” ia mendengus kasar. Bulan kembali tersenyum ia malas menanggapi ucapan Juno, pasti akan menghindari pembahasan soal Inneke.

“Dulu waktu aku kecil pernah mengalami sakit seperti Elma, kena demam berdarah bersamaan dengan Benny, karena Benny masih kecil Bapak terpaksa harus menemani Benny terus menerus dan hanya bisa sesekali menengokku”

“Melihat anak lain yang ditemani ibu dan keluarganya, aku merasa sedih, cuma bisa menangis, tidak ada orang yang menghibur saat aku akan diambil darah, tidak ada yang mengusap-usap kepala dan bilang semua akan baik-baik saja, semuanya ditelan sendiri”

“Cuma aku gak bisa nangis, aku kasian sama Bapak yang pasti akan sedih kalau aku nangis. Sampai sekarang aku masih bisa merasakan sakitnya perasaan karena menahan tangisan. Rasanya seperti ada yang menusuk dalam sekali… merasa sendiri menahan sakit itu jangan sampai dialami oleh orang lain”

“Itu sebabnya aku gak akan menuruti permintaan Kak Juno untuk menjauhi Elma, cukup aku saja yang merasakan sakit tanpa ada orang yang menemani. Jangan hanya karena perasaaan kebencian yang dirasakan Kak Juno membuat orang lain menderita”

“Kamu gak usah sok-sokan jadi pahlawan, anak itu punya orangtua. Biar mereka yang bertanggungjawab” jawab Juno keras sambil memukul stir mobil, akhirnya ia menghentikan mobil di pinggir jalan. Bulan menarik nafas dan menatap Juno dengan tajam.

“Kenapa sampai sebenci itu pada mereka? Ibunya Elma itu kan teman Kak Juno sendiri dia juga kakak kelas aku, Pak Kevin itu atasan aku, saat dia butuh bantuan sudah sewajarnya aku membantu dia, walaupun bukan pekerjaan kantor. Tapi dengan bantuanku dia bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik”

“Kenapa” Bulan bertanya dengan lemah, air matanya sudah menggenang di sudut mata.

Sekarang adalah penentuan, apakah Juno sudah mampu untuk bersikap jujur dan menceritakan semua permasalahan masa lalu kepadanya atau akan tetap memandang dirinya sebagai orang luar.

Juno menatap dingin keluar mobil, tatapannya yang tidak bisa Bulan selami, begitu jauh dan tidak tergapai olehnya.

“Kalau memang itu maumu ya sudah… jalani saja apa yang menurut benar” hanya itu akhirnya ucapan Juno yang kemudian menjalankan mobil. Bulan memejamkan matanya, rasa sakit itu kembali muncul, keberadaan dirinya tidak memiliki arti apa-apa untuk laki-laki yang ada di sebelahnya.

Sepanjang perjalanan dihabiskan dalam keheningan yang sesekali diiringi suara Bulan mengusap hidungnya yang terus mengucur karena menahan tangis. Juno diam tidak memberikan komentar apapun hingga mereka sampai di depan kost an Bulan.

"Aku akan terima dimarahi, disalahkan dan meminta maaf kalau itu memang kesalahanku. Tapi aku tidak bisa menerima hukuman yang dibuat oleh kesalahan orang lain bukan oleh aku" ucapnya dingin.

“Aku sudah tahu apa yang terjadi di masa lalu antara Kak Juno dan Kak Inneke” Bulan kembali mengusap hidungnya. Juno mengerutkan dahinya tapi masih dalam posisi diam.

“Sayangnya aku tahu itu dari orang lain, karena orang yang mestinya jujur dan menjelaskan hal ini padaku masih belum bisa melakukannya”

“Terbuai oleh angan-angan bahwa rasa antara laki-laki dan perempuan itu akan saling bersambut, ternyata aku salah”

“Aku gak menyalahkan Kak Juno, aku saja yang bodoh terlalu naif, merasa kalau semua orang bisa memahami pikiran dan perasaaanya sendiri,”

“Mungkin masih butuh waktu untuk bisa memahami perasaan sendiri, jadi aku tidak bisa memaksa”

“Kita tidak bisa memaksakan suatu hubungan yang tidak jelas ada di mana”

“Aku tidak akan memaksakan suatu hubungan bila aku sendiri tak yakin kalau Kak Juno merasa menjadi bagian dari aku”

“Aku memang Rembulan yang  akan menghilang kalau keadaan memaksa aku harus pergi, tapi suatu saat… kalaupun aku harus kembali, aku ingin pastikan kalau aku akan memancarkan sinar yang cahayanya membuat Kak Juno bisa melupakan semua masa lalu dan memahami perasaan sendiri”

Bulan menghapus air mata di pipinya.

“Sampai waktu itu datang, ataupun mungkin tidak akan pernah datang, aku tetap merasa bersyukur bisa mengenal Kak Juno”

“Aku tidak pernah menyesali menyukai Kak Juno selama bertahun-tahun, walaupun aku tahu kalau kehadiran Kak Juno itu tidak pernah nyata untuk aku”

“Huffft…. Terima kasih untuk semuanya”

Bulan tersenyum dan kemudian melangkah keluar, tidak memberikan kesempatan bagi Juno untuk merespon dan memberikan tanggapan. Bulan takut kalau ketegaran yang mencoba ia perlihatkan akhirnya akan ambruk dan ia hanya akan terlihat sebagai perempuan yang menyedihkan yang baru menyadari kalau selama ini cintanya telah bertepuk sebelah tangan.

1
Evy
ceritanya seperti real kehidupan nyata..
aqu kalau kangen cerita ini aqu baca berulang ulang.. sukses kk santi.. 😍😍
Evy Rahmawati
g pernah bosan membaca novel ini karena ceritanya bgs banget kan byk hal baik yg bs kita ambil
3sna
anjay ..pinjam 100 trus apa lg ya td ,,udh di up disini duluan trnyt
Arien Woelandari
kangen karya kak ShanTi.
Namira Puja Najya
kenapa pas plot yg ini mengandung bawang, pdhl udah ke sekian kali nya baca ttp aja ini air matanya jatuh
Exselyn Jelita
soalnya bukan Le mineral sich.....
Imas deemashayoe Deemashayoe
Luar biasa
Herni Haryani
thor.... lanjut dong bonus chapternya pasti pada semanget n kangen pas ada notif up terbarunya,di tunggu thor,kangen sama a.juno n rembulan thor 🤦‍♀️
Herni Haryani
ya allah... sumpah thor eps ini selalu bikin air mata aku luruh ngk mau berganti yg ada ngalir terus,padahal udah kesekian x nya baca novel ini tanpa bosan.very... very... the best pokoknya mah 🤗
wuland
suka banget dg karya teh ShanTi. Masih menunggu karya selanjutnya
mom Cinta & Marvel
adakah novel dr teh Santi yg baru ?
Mira Hastati
bagus
Cahaya Warna
ini novel tuh menggurat di hati, selalu berharap ada karya lainnya tp kok nggak muncul2 , kemanakah sang penulis ?
Ira Suryadi
Luar Biasa
Ira Suryadi
Walaupun udh ber'Ulang kli bca ini novel tetep aja past part ini gedeg bnget sama sikapny c Juno k Bulan,,😏
Ira Suryadi
Baca Ulang lgi yg ke 5x,,,smoga ka Author ny Sehat sllu,,🤲❤ka Shanti kapan Lauching lgi Karya ter'baru ny,,,ada yg sama kyak Aku g sih lbih suka ngulang2 baca sma Karya2 Author yg lma,,yg menurut ku pda the best Karya2 & tulisa'ny Apik,,,👍🤗tapi knpa ya Para Author yg menurut ku ter baik pda kluar dri sini,,,😔
Ira Suryadi: Iya ka sama aku jg ngulang baca tuk k sekian kalinya,,g bosen2😊
Nurul Aesyah: udah cari di appl lain tapi teh Shanti nya gak ada makanya balik lagi ke NT... dan ini udah kesekian kalinya baca REMBULAN /Moon//Coffee/
total 5 replies
Laelly Dimiati
Luar biasa
minyakurut
bagus hajar aja bang jun s kevin keterlaluan pake pura2 sakit segala padahal dah tau emang ada juno d situ emang bangke s kevin saruana jng bini na rada miring sedikit otak nya
Tismar Khadijah
Luar biasa
Aida Sofia
sabut kelapanya di import dr indonedia y buna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!