Istriku Canduku(Pengantin Pengganti

Raya mencoret-coret kertas-kertas yang ada di hadapannya. Menggambar sesuai apa yang dia pikirkan saat ini. Agar tidak bosan menunggu waktu pulang kantor suaminya. Beberapa cemilan dan minuman kesukaannya berjejer di atas meja itu.

Sangking asiknya mencorat-coret di atas kertas itu sehingga tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, itu artinya sudah saatnya sang Suami pulang kerja.

Raya pun sudah mencorat-coret semua kertas HVS yang di berikan Bian padanya tadi.

"Ya, ayo kita pulang!" Rupanya Abian telah beranjak dari kursi kerjanya dan kini tengah menghampiri Raya di Sofa.

"Sebentar kak aku ke toilet dulu!" Raya merapihkan semua kertas itu dan menaruhnya di atas meja kemudian berdiri dari duduk sila nya di atas karpet bulu yang lembut kemudian menuju kamar mandi yang ada di dalam ruangan suaminya itu. Di dalam ruangan itu hanya terdapat kamar mandi saja. Tidak ada istilah kamar pribadi sebab ini masih Ruko. Belum gedung.

Abian duduk di sofa menunggu istrinya yang ke kamar mandi. Melihat kertas HVS yang di corat-coret Istrinya itu Abian tertarik untuk melihatnya. Sebab tadi sempat bertanya pada Raya apa yang dia gambar. Raya menjawab sedang menggambar rumah masa depan impiannya. Abian tertarik untuk melihatnya.

Abian meraih tumpukan kertas-kertas itu dan mulai memperhatikannya. Abian terpukau melihat hasil goresan tangan istrinya itu. Kertas pertama adalah gambar sketsa sebuah rumah bergaya klasik modern.

"Bagaimana tangan mungilnya bisa menghasilkan gambar sebagus ini?" Kagum Bian saat memperhatikan detail gambar hasil goresan tangan mungil istrinya.

Abian pun melihat kertas-kertas yang lain. Di sana adalah sketsa berbagai furniture dengan desain yang unik. Bukan hanya itu, di gambar itu juga tertulis detail ukuran dan bahan-bahan apa saja yang harus di gunakan. Abian semakin kagum melihat semua itu.

"Ini sangat menarik, ini karya mahal yang belum pernah ada di pasaran!" Gumamnya sambil memperhatikan gambar itu satu persatu.

"Gambar aku jelek kak, maklum namanya juga gambarnya nggak serius!" Ucap Raya yang sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah segar usai membasuhnya dengan air dingin.

Raya mendudukkan dirinya di samping Abian yang masih terkagum-kagum melihat goresan tangannya.

Gadis itu mengeluarkan sisir dari dalam tas'nya dan mulai menyisir rambutnya yang sedikit kusut. Raya mengikat tinggi rambut.

"Ya, bagaimana kamu bisa menggambar ini semua?" Akhirnya Abian bertanya pada sang empunya gambar.

"Itu coretan asal karena gabut aja kak. Aku kalau lagi gabut biasanya selalu mencorat-coret kertas. Menggambar senua yang melintas di kepalaku. Dan semua gambar itu adalah yang lewat di kepalaku hari ini. Di rumah Ayah ada bukunya. Aku mengkoleksi semua hasil coretan hasil ke gabutanku!" Jawabnya santai.

"Hah! Gabut aja hasilnya sebagus dan sekeren ini. Bagaimana jika dia menggambar dalam mode serius?" Gumam Abian makin kagum pada Raya.

"Apa kamu pernah menggambar bersungguh-sungguh?" Tanya nya. Penasaran.

"Pernah, aku pernah menggambar desain rumah impianku jika nanti sudah menjadi wanita karir yang sukses! Kak Bian mau lihat gambarnya? Aku menggambarnya di laptop, ada file nya di hp ini!" Raya mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya.

Raya mengotak-atik ponselnya kemudian menyerahkannya pada Abian. "Nih, rumah impian aku dulu, hihihi!" Ucapnya malu-malu menyerahkan ponselnya pada Bian.

"Itu aku gambarnya di laptop, jadi hasilnya juga sedikit bagus dari yang aku gambar asal di kertas itu!" Jelasnya tanpa menyadari jika suaminya sedang terkagum-kagum melihat hasil karyanya.

"Hebat! Kamu hebat dan keren sekali sayang! Semua ini bisa menjadi desain produk terbaru nanti!" Ucap Abian serius menatap wajah Nn istrinya.

"Ih, itu jelek kak! Nanti merusak label perusahaan kakak!" Sahut Raya merasa tidak enak. Namun jauh di lubuk hatinya merasa senang ada yang menghargai hasil karyanya.

"Kata siapa jelek, ini bagus banget loh! Nanti akan ku tunjukkan pada Ifan dan minta pendapat dia!" Ucap Abian lagi yang masih menatap kagum pada gambar-gambar di tangannya itu.

"Selain desain-desain furniture dan Rumah impianmu apa ada yang lain?" Tanya Abian lagi sambil mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di atas meja itu menumpuknya menjadi satu. Nanti akan dia tunjukkan pada Ifan.

"Em.... sepertinya nggak ada deh kak. Hanya seputar itu saja. Eh, kalau nggak salah, aku pernah deh, ikut lomba menggambar di sekolah, temannya bebas. Saat itu aku gambar pilih gambar hunian Rss. Rumah sangat sederhana untuk kalangan yang tidak mampu. Dan aku mendapatkan juara satu. Gambarnya masih ada kok di rumah Ayah!" Jelas Raya yang tersenyum manis pada Abian.

"Hm...pasti sangat bagus gambarnya!" Ucap Abian yang telah menduga hasil karya istrinya itu tidak akan jauh berbeda dari yang telah ia lihat hari ini.

"Nggak juga, kak. Masih harus banyak belajar!" Balas Raya sambil beranjak dari duduknya.

"Ayo kak, kita let's go! Aku udah haus lagi nih, pengen Boba!" Ajaknya yang tiba-tiba saja ingin minum Boba.

Abian menggenggam lembut tangan Raya saat menuruni anak tangga. "Pelan-pelan sayang, nanti keplecok!" Ucap Abian saat Raya turun terburu-buru.

"Eheek...!!! Nggak ada siapa-siapa di sini kok! Anggap saja aku ini ubin tangga!" Suara yang bernada cibiran itu tidak di hiraukan oleh Abian. Pria itu tetap cuek menuruni tangga sambil menggenggam tangan Raya.

"Lagian, betah banget jadi jones!" Ledek Abian sambil tersenyum mengejek pada Ifan yang berada di belakangnya.

"Huh! Udah bisa ngeledek aku ya! Mentang-mentang sudah laku!" Cibir Ifan yang di respon Abian dengan kekehan saja. Sementara Raya hanya nyengir kuda saja melihat semua itu.

"Bro, Udah di unboxing belum tuh?" Tanya Ifan berbisik di telinga Abian.

"Jones di larang kepo!" Balas Abian dengan ekspresi menyebalkan di mata Ifan.

"Ayo sayang, bahaya berada di dekat jones begini. Bisa-bisa nanti dia tantrum sambil gigit jari!" Ucap Abian sambil membuka kan pintu mobil untuk istrinya.

Sementara Ifan hanya mendumel tidak jelas sambil memasuki mobilnya.

"Duluan ya, Raya! Hati-hati di terkam harimau!" Teriak Ifan saat melewati mobil Abian.

"Nggak usah di dengar sayang. Yuk kita ke Mall!" Ucapnya setelah selesai memasangkan sabuk pengaman pada Raya.

***********

"Jadi kamu udah fix mau nikah sama Valdo?" Tanya Lilis sambil menatap Dira yang tengah menyeruput minumannya.

"Ya, tapi masih nunggu restu dari Ayah! Ayahku keras banget Lis, aku pening juga lama-lama!" Jawabnya di sertai keluhan.

Lilis menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Dira. Yang mengeluhkan sikap Ayahnya.

"Eh, Dir lihat deh di belakang mu. Ada Bos furniture. Ganteng banget...! Nggak nyangka bisa liat dia di sini. Ah, tapi dia sedang bersma kekasihnya ternyata!" Ucap Lilis yang semula riang kini mendadak layu sebab orang yang di kaguminya tidak sendiri.

Dira yang penasaran itu pun menoleh ke belakang. "Yang mana Lis?" Tanya nya sambil mengedarkan pandangannya di ruangan Cafe yang luas itu.

"Itu Dir, cowok yang sedang berdiri memunggungi kita. Ah.... romantis banget dia sama kekasihnya!" Ucap Lilis lagi.

Degh!!

Mata Dira membulat saat melihat dengan jelas siapa yang di maksud Lilis. "Itu kan Raya, berarti...cowok itu Abian!" Batin Dira terkejut

"Kamu tahu nggak Dir, dia itu salah satu pengusaha furniture terbaik loh! Kantor aku pernah memakai jasa dekorasi PT BFI, dekorasi interiornya keren banget! Dan semua furniture yang di pakai berkualitas premium!" Jelas Lilis masih betah menatap ke arah meja Abian.

"Apa! Dia seorang pengusaha furniture? Tapi....saat itu dia bilang hanya seorang karyawan biasa di PT BFI!" Monolog Dira tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari Lilis.

"Kamu serius Lis, dia pengusaha?" Tanya Dira lagi tidak percaya.

"Ish, kamu ini. Nggak percaya lagi, coba deh kamu search di google ketik aja tuh nama PT nya. Mereka itu join bedua dengan temannya. Pokoknya mereka berdua itu sama-sama cakep abis! Kalau nggak salah ingat namanya Abian Nugraha! Kalau yang satunya aku nggak ingat namanya!" Ucap Lilis lagi

"Apa, Abian Nugraha?" Dira kembali membatin dengan raut yang sangat terkejut.