NovelToon NovelToon
Dua Jagoan Kecil Mas Duda

Dua Jagoan Kecil Mas Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Contest
Popularitas:36.5M
Nilai: 5
Nama Author: Karita Ta

Antariksa dan Galaksi, anak yang tak diakui oleh ibu kandungnya sendiri. Batita yang tak dirawat, dan bayi yang tak disusui oleh ibunya sejak dini.

Entah takdir atau kebetulan, Rafa bercerai dari mantan istrinya lantaran perselingkuhan. Mantan istrinya itu berkhianat dengan masa lalunya dan memilih karir modeling daripada keluarganya.

Sama hal nya dengan Rindi, yang menjadi korban pengkhianatan mantan tunangan yang juga berselingkuh dengan adik tirinya sendiri. Mereka sangat serasi bukan?

Akankah keduanya saling membuka hati dan saling menyembuhkan luka? Apakah Rindi merupakan calon ibu yang tepat untuk kedua jagoan kecil dari Mas Duda? Ikuti kisah keduanya yuk...


NB: Cerita ini murni hasil pemikiran Karita, tanpa plagiat karya orang lain. Mohon maaf bila ada kesamaan nama tokoh ataupun sedikit alur cerita, karena semua itu bukan unsur kesengajaan. Mulai hargai karya orang, yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karita Ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Keesokan harinya, Rindi bangun lebih pagi dari biasanya, supaya bisa mempersiapkan diri untuk bertemu dengan pihak Kalandra company membahas kerjasama antara kedua belah pihak.

Rindi hari ini tampil cantik dengan pakaian semi formalnya yaitu menggunakan kemeja polos panjang berwarna pink soft dengan rok yang tidak terlalu ketat dibawah lutut berwarna putih. Rambutnya yang sebatas pundak, ia ikat menjadi satu di bawah sehingga menampakkan anting mutiara yang dikenakannya.

Menyambar tas yang berwarna putih dan memakai high heels putihnya, Rindi melangkah keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk sarapan terlebih dahulu.

Sesampainya di ruang makan, kedua orang tuanya dan juga adiknya menatap ke arah Rindi. Rindi yang merasa diperhatikan, ikut menilai pakaian yang dikenakannya. Apakah ada yang salah? Pikirnya.

"Kenapa kalian memperhatikan Rindi seperti itu? Apakah ada yang salah dengan pakaian Rindi?" Tanya Rindi setelah mendudukkan dirinya di kursi.

"Kamu cantik banget sayang, jadi kelihatan lebih dewasa" Ucap Mama yang membuat Rindi tersipu.

"Sudah, yuk kita makan, jangan buat Rindi jadi malu deh" Ucap Rindi mengalihkan pembicaraan. Lia dan Johan terkekeh karena melihat wajah Rindi yang tersipu. Kemudian semuanya memulai sarapan dengan hening.

"Ya sudah Rindi berangkat dulu ya Pi, Ma" Pamit Rindi kepada Johan dan Lia yang langsung dianggukki oleh keduanya saat Rindi mencium punggung tangannya.

"Assalamualaikum semuanya" Pamit Rindi sebelum hilang di balik pintu utama dan dijawab oleh ketiganya.

Rindi memasuki mobil Alphard putihnya yang sudah terdapat sopir pribadinya di sana. Rindi memang selalu menggunakan mobil itu untuk segala urusan pekerjaan.

"Pak, kita ke apartemen Tika dulu ya? Setelah itu kita ke perusahaan Kalandra Company" Ucap Rindi kepada sopir yang berusia sekitar empat puluh tahun. Sang sopir tadi hanya mengangguk tegas.

Mobil melaju ke arah apartemen milik Tika dengan kecepatan rata-rata, karena jam masih pagi menunjukkan pukul setengah delapan sehingga jalanan tidak terlalu padat.

Setelah mobil sampai di lobi apartemen, Tika yang sudah hafal mobil tersebut milik Rindi segera memasukinya. Tanpa basa-basi, sopir melajukan mobil menuju kantor Kalandra company.

Perbincangan ringan mengisi perjalanan mereka pagi ini, Rindi juga menceritakan mengenai Anta dan Gala yang membuat Tika terkejut jika mereka kakak beradik.

"Gue do'akan Lo berjodoh sama bapaknya mereka. Anaknya aja cakep apalagi bapaknya ya" Ucap Tika yang berniat menggoda wanita cantik yang ada di sebelahnya. Sedangkan Rindi menggelengkan kepalanya.

Setelah mobil Alphard milik Rindi, terparkir tepat di depan lobi kantor, dengan elegan Rindi keluar dari mobil dengan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya.

Tika pun sama juga menggunakan kacamata dan jangan lupakan style nya yang tidak kalah dari Rindi. Tika berjalan di samping Rindi dengan tatapan cueknya.

Berbeda dari Tika, justru Rindi malah menjawab setiap sapaan dari para pegawai dengan anggukan dan senyum manisnya sehingga membuat mereka terjatuh dalam pesona Rindi.

'Tok...tok...tok'

Saat sampai di depan ruangan yang bertuliskan CEO, Tika yang berada di depan Rindi mengetuk pintu ruangan itu beberapa kali karena di meja asisten depan ruangan, kosong tidak ada orang.

'Ceklek'

Pintu Ruangan terbuka oleh pria tampan yang membuat Tika menahan napasnya, antara kaget dan terkejut atau mungkin juga terpesona. Pria itu mempersilahkan keduanya masuk.

'Ya ampun ganteng banget jodoh orang' Ucap Tika dalam hatinya. Tika tersadar dari lamunannya karena mendengar deheman dari Rindi.

Tika berjalan beriringan dengan lelaki itu menuju sofa yang sudah terdapat seorang pria yang ada di sana. Rindi tidak bisa melihat orang tersebut karena terhalang oleh kedua orang didepannya.

Pria yang merupakan CEO di perusahaan ini memperhatikan Rindi yang tampak dewasa serta memperhatikan saat wanita cantik itu melepaskan kacamata hitamnya.

"Selamat datang Nona" Ucap lelaki yang tadi membuka pintu ruangan. Rindi menjawabnya dengan anggukkan kepala, sedangkan Tika malah memandang wajah lelaki tampan itu tanpa kedip.

"Tuan Rafa kita mulai sekarang?" Tanya pria yang duduk di sofa bersama Tika merupakan asisten pribadi CEO itu.

"Jangan sok formal Davi" Peringat Rafa kepada anak buahnya itu, karena biasanya mereka berbicara dengan bahasa non formal seperti layaknya teman.

Pria tampan yang duduk di sebelah Tika terkekeh karena mendengarkan penuturan atasannya itu. Tika yang merasa canggung duduk bersebelahan dengan pria asing, mengkode Rindi supaya bisa membantunya.

Rindi yang duduk di single sofa hanya mengulum bibirnya menahan senyum saat mengetahui sahabatnya itu tengah salting. Rindi juga mengetahui jika sahabatnya itu sudah terpesona kepada Davi sedari mereka datang tadi.

"Baik Tuan, apakah kita bisa mulai sekarang?" Tanya Rindi setelah meletakkan tas dan kacamatanya di atas meja. Pertanyaan itu lebih ditujukan kepada Rafa yang duduk berhadapan dengannya.

Sebenarnya Rindi merasa terintimidasi oleh tatapan tajam dari pimpinan perusahaan ini. Sedari awal Rindi merasa takut akan sikap dingin dari Rafa dan tatapan tajamnya sehingga membuat Rindi menelan Saliva nya susah payah.

Hal tersebut juga terjadi pada Tika, sahabat dari Rindi itu juga merasa takut kepada Rafa. Berbeda dengan Davi yang sudah terbiasa akan sifat dingin atasannya.

Rafa mengangkat sebelah alisnya, dirinya bingung apakah wanita di depannya itu tidak mengingatnya ketika bertemu di rumah sakit tempo hari.

"Apakah kita sudah pernah bertemu sebelumnya Nona?" Tanya Rafa untuk memastikan. Jangan lupakan dengan suara beratnya sehingga membuat Rindi merasa takut.

"Maaf, sepertinya belum pernah Tuan" Ucap Rindi setelah berpikir beberapa saat menggeleng dengan sopan dan mengangkat kedua bahunya.

Rafa terkejut akan hal itu, namun dengan cepat dia menormalkan raut wajahnya sehingga datar kembali.

'Mungkin dia tidak melihat wajahku, kemarin' Ucap Rafa dalam hati dengan mengangkat kedua bahunya dengan acuh. Rafa memperbaiki posisi duduknya dan mengambil i pad yang berada di meja.

"Baik, untuk kerja sama kita kali ini, kemungkinan besar beberapa bulan kedepannya sudah jadi. Karena saya mengerahkan anak buah kepercayaan saya sehingga proses pembangunannya bisa lebih cepat" Ucap Rafa dengan tegas.

Rindi memperhatikan wajah Rafa yang tengah serius menatap i pad yang ada di genggamannya. Rindi mengakui jika pria di depannya adalah sosok yang sangat tampan dan berwibawa. Rindi segera mengusir pikirannya dan menggeleng pelan.

"Apakah kita perlu survei juga Tuan?" Tanya Rindi dengan nada seriusnya untuk menutupi ketakutannya.

"Tentu saja, kita harus melakukannya, supaya semua yang sudah kita rencanakan dapat dipastikan kembali. Setelah pembangunannya selesai, kemungkinan besar kita akan melakukan survei" Jawab Rafa dengan menatap ke arah Rindi.

'Apakah Tuan Rafa ayah dari Anta dan Gala ya?' Batin Rindi dengan keras karena setelah melihat bola mata Rafa yang berwarna abu-abu sama persis seperti milik Anta dan Gala.

"Baiklah, jadi kita akan mengusung konsep yang dari pertama kita pilih, atau usulan konsep yang kedua?" Kini Tika angkat bicara karena melihat Rindi masih terdiam menatap Rafa.

"Kita tetap menggunakan konsep awal kita. Bagaimanapun pembangunannya di area pantai, sehingga konsep itu akan cocok" Balas Davi yang dianggukki oleh Rafa.

Ketika semuanya akan meminum minuman yang sudah tersaji oleh pelayan, Rindi tetap bergeming.

Tika yang mengetahui bahwa Rindi belum boleh mengonsumsi makanan atau minuman berkafein berinisiatif untuk meminta ganti.

"Maaf Tuan, apakah minuman milik Bu Rindi bisa diganti dengan cokelat panas saja?" Tanya Tika kepada kedua pria yang ada di hadapannya dengan canggung. Sedangkan Davi langsung mengangguk mendengar permintaan itu dan meminta pelayan untuk membawakannya.

Sedangkan Rindi merasa risih saat harus dipanggil 'Bu' oleh Tika. Sedari tadi sahabatnya itu terus memanggil dengan sebutan itu.

"Mengapa dengan kopi?" Tanya Rafa karena penasaran dan juga Davi yang ikut mengangguk mengiyakan pertanyaan dari atasannya itu.

"Beberapa waktu lalu, Bu Rindi menjalani operasi laparotomi sehingga mengharuskannya untuk tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein dalam waktu dekat" Papar Tika dengan senyum teduhnya sehingga membuat Davi terpana sesaat. Rafa yang mendengar ucapan Tika, mengangguk paham.

"Benarkah Nona?" Tanya Davi, dan dianggukki oleh Rindi dengan senyum kecilnya.

'Tok tok tok'

Pintu ruangan terbuka dan menampilkan wanita yang berkisar tiga puluh lima tahun dengan membawa cangkir cokelat panas pesanan Rindi.

"Terimakasih banyak ya Mbak. Maaf saya merepotkan, Mbak" Ucap Rindi dengan senyum ramahnya setelah cangkir itu berada di tangannya.

"Eh iya Nyonya, tidak merepotkan kok" Jawab pelayan wanita itu dan berbalik arah meninggalkan ruangan CEO nya.

Setelah pintu ruangan tertutup lagi, ruangan itu mendadak menjadi hening seketika. Rindi dengan rasa canggungnya menyeruput cokelat panasnya karena merasa haus. Rasa hangat membuat kerongkongannya merasa nyaman akan minuman tersebut.

"Jadi untuk survei, saya minta kalian berdua untuk ikut turun tangan. Karena saya ingin kerja sama kita kali ini sesuai dengan keinginan kita tadi" Ucap Rafa dengan suara tegasnya dan menunjuk ke arah dua sejoli yang duduk satu sofa, siapa lagi kalau bukan Tika dan Davi.

"Baik Tuan" Ucap Tika dan Davi serentak sehingga membuat keduanya kikuk atas sikapnya barusan.

Rindi terkekeh karena gemas akan sikap keduanya yang masih malu-malu. Rindi mengerlingkan matanya serta menaik turunkan alisnya kepada Tika yang bertujuan menggoda sahabatnya itu.

Rafa yang melihat tingkah konyol gadis di hadapan dirinya, merasa gemas sendiri. Wajahnya tampak imut dengan mata cokelat terangnya. Tanpa sadar, sudut bibir Rafa terangkat membuat senyum tipis.

Setelah perbincangan mereka selama hampir satu jam, entah mengapa Rindi ingin buang air kecil. Mengumpulkan keberaniannya untuk ijin kepada semua orang yang berada di sana.

"Maaf sebelumnya, bolehkah saya permisi ke belakang sebentar?" Tanya Rindi dengan sedikit rasa takut kala Rafa, Davi dan Tika menatapnya.

"Tentu saja Nona" Jawab Rafa dengan sopan. Davi dan Tika juga turut mengangguk.

"Mau ditemani tidak Bu?" Tanya Tika dengan candaannya sehingga membuat Rindi tersenyum paksa, namun dalam hati Rindi mencibir Tika.

"Tidak perlu" Ucap Rindi dengan singkat. Selanjutnya, kaki jenjang Rindi melangkah keluar dari ruangan tersebut.

Setelahnya, ruangan diisi oleh percakapan antara Rafa dan Davi. Sedangkan Tika yang merasa canggung, memainkan ponselnya.

'Ceklek'

Ketika pintu terbuka, semua orang didalam mengira bahwa itu adalah Rindi. Namun yang muncul di balik pintu membuat semua terkejut.

"Ayah..." Teriakan tersebut berasal dari balita kecil yang berada di gendongan Andre, papa dari Rafa.

Semua yang berada di dalam ruangan Rafa terkejut bukan main. Rafa yang melihat kehadiran sang papa dan putranya mengerutkan keningnya.

"Papa, ada apa? Kenapa Antariksa juga ikut kemari?" Tanya Rafa kepada Andre sedangkan sang papa tersenyum ke arah Tika dan Davi.

"Anak kamu ngeyel mau ikut Papa ke kantor. Jadi Mamamu meminta Papa untuk mengajaknya juga" Ucap Andre sehingga dianggukki oleh Rafa.

Rafa mencium tangan Andre dengan sopan dan diikuti oleh Davi dan juga Tika. Namun seketika Andre mengerutkan kening menatap ke arah Tika.

"Loh, ini siapa Nak?" Tanya Andre pada putranya.

"Ini teman bisnis Rafa Pa" Jawab Rafa dengan mengambil alih tubuh Antariksa ke dalam gendongannya sehingga membuat balita kecil itu tersenyum.

"Kalian lagi meeting? Maaf ya Papa menganggu waktunya" Ucap Andre merasa tidak enak. Meskipun sudah memiliki cucu, wajah Andre tetap berwibawa.

"Tidak masalah Om, pertemuan ini tidak terlalu formal" Balas Davi dengan sopan dan dianggukki oleh Tika. Davi memang sudah dekat kepada Andre, karena mereka sudah lama berkerja bersama.

Kini semua orang duduk di sofa ruangan Rafa. Tika masih terkejut menatap ke arah Rafa dan Antariksa. Mereka semua sedang terdiam mendengar ucapan dari Antariksa yang masih belum jelas.

"Ayah, ni apa?" Tanya balita mungil tersebut menunjuk ke arah i pad yang ada di meja depannya.

"Ini namanya i pad sayang" Jawab Rafa dengan sabarnya dan mencium pipi berisi milik anaknya. Sedangkan Antariksa memperhatikan benda tersebut dan mengangguk paham.

" Ya sudah Raf, Papa mau cek perusahaan dulu ya. Mau keliling kantor, melihat kinerja para pegawai" Ucap Andre dengan beranjak dari duduknya.

"Anta, mau ikut Opa keliling kantor atau mau sama Papa disini?" Tanya Andre kepada cucunya dengan tangan yang mengelus kepalanya pelan.

"Anta mau tini" Ucap Antariksa dengan menyenderkan tubuh mungilnya di dada sang Ayah. Semua orang disana terkekeh gemas melihatnya.

"Ya sudah. Papa keliling dulu, kalian lanjutkan saja meeting nya" Ucap Andre sehingga dianggukki oleh Rafa, Davi dan Tika. Setelahnya Andre menghilang di balik pintu ruangan.

"Maaf Tuan, apakah ini putra Anda?" Tanya Tika dengan hati-hati kepada Rafa, sampai kini wanita itu masih belum percaya akan yang dilihatnya.

"Iya, ini putra pertama saya" Jawab Rafa dengan nada dinginnya. Tika masih belum percaya sepenuhnya jika ternyata seorang Rafa sudah memiliki putra.

Kini ruangan Rafa dipenuhi oleh ocehan dari Antariksa yang sedang duduk di pangkuan Ayahnya. Pintu ruangan kembali terbuka dari luar.

'Ceklek'

...*****...

Ditunggu kelanjutannya ya kak...

Buat kakak-kakak yang minta untuk Rafa bertemu dengan Rindi, sudah Karita up ya...

Terimakasih untuk pembaca yang masih setia di novel pertama Karita dan Terimakasih untuk like serta komennya...

...Gracias...

1
Yuli Yuli
🤣🤣🤣🤣 rindiiiii......🤣🤣🤣🤣
Yuli Yuli
suami tampanmu merajuk tu rindi🥰🥰🥰
Yuli Yuli
ngidam LG 🥰🥰🥰
Yuli Yuli
🥰🥰🥰🥰
Jordin Yanti
lopo lope
Yuli Yuli
apa tu ayam negro
Yuli Yuli
hah pnasaran bget ni spa pria td
Yuli Yuli
bkin pnasaran aja
Nihayatus Solikah
gregeten Karo Linda Ki ngiri trs
Yuli Yuli
🤣🤣🤣🤣🥰🥰🥰🥰
Yuli Yuli
🤣🤣🤣🤣
Yuli Yuli
ini critanya kok malah nglantur kmn" si
Yuli Yuli
🥰🥰🥰🥰
Yuli Yuli
knpa rindi harus mjalani Caesar g lahiran normal aja
Yuli Yuli
ya Allah berikan kslmatan dn klancaran rindi tuk lhiran 🤲🤲🤲
Yuli Yuli
lgsg tancap gas Rafa
Yuli Yuli
galaksi ikut" Tan nyidam🤣🤣
Yuli Yuli
ngilu ngrasain anak" nya Rafa🤣🤣🤣
Yuli Yuli
aduh galaaaaaa......🥰🥰🥰🤣🤣🤣
Yuli Yuli
kirain Linda SM Alvin JD cerai, kok orgtuanya Alvin g ikut dtg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!