Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Pindah Dinas
Keesokan harinya Sekar sedang libur kerja. Sekar mendapat jatah libur dua hari. Namun ini bukan hari Minggu, tepatnya masih di hari Rabu. Jam saat ini tengah menunjukkan waktu pukul tujuh pagi.
Ceklek...
Sekar keluar dari kamarnya dalam kondisi sudah rapi. Saat berjalan ke ruang tamu, ia berpapasan dengan kakak iparnya yang akan berangkat kerja.
"Loh, kamu gak berangkat kerja Kar?" tanya Yuni penuh keheranan dengan pakaian Sekar yang tak seperti biasanya di pagi hari.
Ya, kali ini Sekar tak memakai seragam kerjanya melainkan pakaian santai yakni celana jeans panjang warna biru navy dengan kaos lengan pendek warna senada berbalut jaket ungu.
"Iya, Mbak. Aku libur kerja selama dua hari. Ini mau pergi ke tempat teman sekalian anter barang," jawab Sekar seraya menunjukkan di tangannya ada sebuah tentengan atau bawaan.
"Enak banget kamu kerja di kantor barumu, eh dapat libur dua hari. Aku saja libur cuma sehari dalam seminggu," cibir Yuni.
"Tiap kantor kan aturannya beda-beda, Mbak."
"Cariin lowongan buat Mbak dong di kantormu, siapa tahu ada yang cocok." Pinta Yuni secara tiba-tiba pada Sekar.
"Memangnya di toko roti yang sekarang Mbak Yuni kerja kenapa? Kan tempatnya gak jauh dari sini. Paling naik motor lima menit sudah sampai, jadi hemat bensin. Kalau pas jam istirahat, Mbak Yuni suka pulang ke rumah buat makan siang. Lebih hemat juga kan,"
"Gak enak. Bosnya makin bawel!" jawab Yuni yang terdengar sedang curhat pada Sekar.
"Yang namanya bos, ya di mana-mana suka bawel, Mbak. Kan dia yang punya usaha dan dia yang bayar gaji kita. Pastinya lebih berkuasa daripada karyawan. Selama kita masih perlu gaji dari bos tersebut untuk menyambung hidup, ya sebagai karyawan kita bekerja dengan baik saja dan berusaha mencintai pekerjaan kita. Mau kerja di mana pun juga akan tetap sama,"
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Peribahasa ini juga mengandung pesan untuk mematuhi aturan yang berlaku di mana kita berada baik bekerja maupun tempat tinggal.
Cintailah pekerjaanmu walau itu tidak membuatmu kaya, tapi itu bisa membuatmu dan keluargamu tetap hidup.
"Tolong bantu carikan buat Mbak ya, Kar. Jadi office girl juga enggak apa-apa kok. Lagi pula di toko roti gajiku juga kecil sedangkan tiap tahun kebutuhan terus bertambah,"
"Ya, nanti coba Sekar tanyakan apa ada lowongan yang cocok buat Mbak Yuni atau enggak. Tapi, Sekar gak janji."
"Usahakan ya, Kar.
Lalu, Sekar memilih berpamitan pada Yuni karena ia akan pergi ke suatu tempat. Motor Sekar pun melaju dan berjalan dengan kecepatan sedang membelah jalanan Kota Surabaya. Dikarenakan saat ini adalah jam normal untuk orang bekerja, maka jalanan pasti macet.
☘️☘️
Tak berselang lama, Sekar pun tiba di pos polisi di mana tempat Angga hampir menilangnya.
Tok...tok...tok...
"Permisi," sapa Sekar seraya mengetuk pintu pos polisi tersebut dengan sopan.
Kebetulan pagi ini Eko sudah datang untuk berjaga dinas pagi di sana.
"Eh, Mbak Sekar. Ada apa kok ke sini lagi?" tanya Eko sekaligus menyapanya dengan ramah.
"Pak Angga ada?" tanya Sekar secara to the point.
"Wah, maaf Mbak Sekar. AKP Angga tidak sedang berada di tempat," jawab Eko apa adanya.
"Yah, aku pikir dia dinas pagi di sini." Sekar tertunduk lesu usai mendengar kabar Angga barusan dari Eko.
"Memangnya saat ini ada urusan apa dengan AKP Angga?"
"Mau ngembalikan sepatu," jawab Sekar apa adanya seraya menunjukkan tas berisi sepatu yang dibawanya pada Eko.
"Loh, masalah sepatu ini belum kelar-kelar juga toh Mbak?" Eko tampak terkejut mendengarnya. Sebab, ia sama sekali tak tahu kabar kelanjutan drama per_sepatuan yang terjadi antara Angga dan Sekar.
"Belum, Mas. Makanya aku ingin balikin sepatu ini ke Pak Angga,"
"Onde-mande. Drama sepatu kelamaan dipinjam ini ternyata belum kelar-kelar juga," ujar Eko seraya menggelengkan kepalanya di depan Sekar. Rasanya pengin tep0k jidat sendiri, pikir Eko.
"Apa sudah coba hubungi ponsel AKP Angga?"
"Belum, Mas. Aku pikir mau anter langsung saja ke sini sepatunya,"
"Jadi begini Mbak Sekar, komandan sudah pergi untuk dinas di kota lain tadi pagi jam lima."
"Apa? Dinas di kota lain?"
"Iya, Mbak Sekar."
"Dia pindah dinas ke kota apa? Terus, berapa lama dia pindah?" cecar Sekar tanpa sadar yang mendadak didera rasa penasaran tentang keberadaan Angga saat ini.
"Kalau soal itu, saran saya Mbak Sekar langsung saja hubungi ke nomor pribadi AKP Angga," saran Eko.
Faktanya, sejak semalam Sekar sebetulnya ingin mengontak Angga. Namun perasaannya didera maju mundur. Alhasil ia memutuskan tak jadi melakukannya.
Akan tetapi pagi ini setelah mendengar saran dari Eko, Sekar akhirnya mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya. Lalu, ia menekan tombol dial untuk menghubungi nomor pribadi Angga. Seketika...
Bersambung...
🍁🍁🍁
*jika ada typo, tulis di komen saja. Nanti othor ralat.🙏
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa
dihhh si yuni ga di beliin oleh" ko sewot, dasar ipar ga da ahlak