Segalanya yang telah ia hasilkan dengan susah payah dan kerja keras. lenyap begitu saja. kerja keras dan masa muda yang ia tinggalkan dalam menghasilkan, harus berakhir sia-sia karena orang serakah.borang yang berada di dekatnya dan orang yang ia percayai, malah mengkhianatinya dan mengambil semua hasil jerih payahnya.
Ia pun mulai membentuk sebuah tim untuk menjalankan rencana. dan mengajak beberapa orang yang dipilihnya untuk menjalankan dengan menjanjikan beberapa hal pada mereka. Setelah itu, mengambil paksa harta yng dikumpulkan nya dari mereka.
"Aku akan mengambil semuanya dari mereka, tanpa menyisakan sedikitpun!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vandelist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Selamat membaca
Pada pagi yang cerah, berbagai aktivitas mulai dilakukan oleh orang-orang di sekitar. Rutinitas pagi yang khas terlihat di mana-mana, membuat jalanan di depan rumah mereka menjadi ramai dan penuh kehidupan.
Rumah yang terletak di dekat pemukiman memang akan selalu ramai setiap saatnya, kecuali di hari rutinitas orang berangkat kerja untuk mengais rezeki. Di mana semua orang akan bekerja mati-matian di hari ini untuk mendapat pendapatan yang berguna bagi kehidupan.
Semua orang pasti akan melakukan apapun agar tetap bisa hidup. Namun, sering kali mereka yang berusaha mempertahankan hidup justru menghadapi cobaan yang sulit diatasi. Dan terkadang beberapa orang memilih menyerah dalam menjalani hidup yang penuh siksaan itu. Hingga akhirnya memilih untuk menyakiti diri dengan menghilangkan nyawa agar masalah yang terjadi pergi dari pikiran diri.
“Banyak banget anggota keluarga mbak Erica,”keluh Galuh dengan anggota keluarga Erica yang begitu banyak terlibat dalam bisnis gelap itu.
“Nggak nyangka Erica bakalan banyak banget musuhnya, apalagi ini ngelawan keluarga sendiri,”ucap Sabia dengan menggelengkan kepalanya setelah melihat semua bukti-bukti keterlibatan keluarga Erica dengan bisnis gelap.
Dini hari, ketika semua orang pergi untuk bekerja mereka penghuni rumah ini juga ikut bekerja. Bekerja dari rumah dengan menatap layar komputer dan kertas berisi tulisan biodata beberapa orang yang dicari oleh Galuh tadi malam. Selama semalaman Galuh tidak tidur untuk mencari semua orang yang dimaksud Erica. Galuh ingin pekerjaan ini cepat selesai dan melakukan pekerjaan yang di inginkannya. Dan membalas mantan bos bajingan-nya itu dengan melempari kotoran sapi dari tetangga rumah ini.
“Memangnya target kita ada berapa orang mbak? Kayaknya banyak banget orang yang terlibat dalam hal ini,”ucap Harni yang datang membawa nampan berisi makanan ringan.
Galuh yang melihat Harni membawa makanan ringan pun langsung beranjak dari duduknya dan mengambil makanan itu. Jajanan tradisional yang dibuat oleh tangan ajaib Harni benar-benar membuatnya rindu dengan kakaknya. Lisung.
“Tanganmu hebat banget Har, bisa membuat jajanan kayak gini!” ucapnya sambil terus mengunyah jajanan buatan Harni. Rasanya begitu enak hingga ia tak bisa berhenti menikmati setiap gigitannya. “Belajar dari mana, Har?”
“Ah itu, dulu nenekku sering buat kayak gini terus aku ikut bantuin. Setelah nenek nggak ada kalau lagi kangen makanan ini tinggal buat sendiri, dan nggak beli tentunya,”jelas Harni.
Sabia setuju dengan ucapan Galuh, jajanan buatan tangan Harni memang enak, dan mungkin lebih enak daripada jajanan yang dari pasar. Yang biasa ia beli di pasar. Jajanan ini, seperti mengingatkannya dengan jajanan buatan budhe Erica, yang di mana jajanan tradisional ini sangat jarang disukai oleh anak muda seperti dirinya ini.
“Udah yuk, selesai gibahin makanannya, sekarang waktunya diskusi tentang orang-orang ini,”ucap Sabia setelah selesai memakan jajanannya. Ia pun memberikan biodata orang-orang yang terlibat dalam bisnis gelap itu.
“Mereka adalah orang-orang yang akan kita intai selama beberapa hari ke depan,”ujar Sabia.
“Apa yang bakalan kita lakuin? Posisi kita saat ini jauh dari tempat tinggal mereka, serta aktivitas mereka juga tidak bisa kita lihat secara langsung,”ucap Aurel yang bersuara setelah membaca semua biodata orang-orang di kertas itu.
“Erica bilang kita di sini untuk mengawasi kroni-kroni yang bertempat tidak jauh dari sini. Kita bisa meringkus mereka dengan ancaman yang mungkin sedikit lebih berbahaya,”pungkas Sabia. “Dan hal ini akan membutuhkan keahlian kalian dalam bela diri.”
Semua orang yang ada di ruangan itu menatap Sabia. Mata mereka melebar dengan alis terangkat seolah ucapan Sabia seperti sambaran petir yang siap untuk melemahkan otot.
“Serius!”ujar Galuh yang lemas mendengar ucapan Sabia.
“Kalian... bisa bela diri kan?”tanya Sabia ragu-ragu.
Semua orang yang ada di ruangan itu menghela napas mendengar pertanyaan itu, kecuali Sabia. Terutama Harni, yang wajahnya sudah memerah sejak tadi. Di antara mereka, tak satu pun bisa dikatakan mahir dalam menggunakan kekuatan fisik untuk melawan orang-orang itu. Dari keempatnya, hanya Sabia yang menguasai bela diri. Wanita itu rutin berlatih untuk menjaga kelenturan ototnya agar tidak kaku.
“Yang bener aja mbak kita disuruh bela diri, nggak nggak gue nggak bisa,”tolak Galuh dengan ucapan Sabia.
“Aku juga nggak bisa,”saut Harni yang ikut menolak ucapan Sabia.
Sabia mengalihkan pandangannya ke arah Aurel, menaruh seluruh harapannya pada wanita itu. “Kamu bisa, kan?” tanyanya dengan penuh keyakinan.
Aurel menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Terlalu mustahil jika ia bisa bela diri dalam melawan orang-orang itu. Meskipun orang-orang itu tidak memiliki kekuasaan, namun mereka memiliki otot yang tangguh untuk melumpuhkan musuh-musuhnya.
“Jadi di antara kalian tidak ada yang bisa bela diri?”
µµ
Kenangan yang ingin sekali dilupakan serta dihilangkan dari kehidupan untuk selamanya. Namun nyatanya, hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan. Kenangan jahat itu akan selalu menghantui dirinya sampai kapanpun, dan tak akan bisa hilang dari kehidupannya.
Kenangan pahit dan jahat yang selalu mendera, seakan menjadi parasit dalam hidup untuk tidak dihilangkan sampai kapanpun. Semua itu, seolah mengatakan pada dirinya sendiri untuk tetap berada dalam hidupnya hingga ia mati. Jika pun ia mati, mungkin kenangan itu akan terus menghantui beberapa orang yang terlibat dalam kehidupan peliknya.
Dan ia berharap kenangan pahit itu hanya ada pada mereka, tidak pada dirinya atau kehidupannya. Ia hanya ingin hidup tenang tanpa di bayang-bayangin kenangan pahit dan jahat itu.
“Selamat datang kembali bos,”sambut orang yang setia padanya selama ini dengan merentangkan kedua tangannya lebar serta senyum merekahnya. Orang itu yang selalu ada ketika ia mengalami hal pahit dalam hidupnya.
Ia melepaskan kacamata yang bertengger dan menatap orang itu. Asistennya yang ia percayai dan dipunyai dalam menjalankan misinya.
“Anterin gue langsung ke tempat orang itu,”suruh Erica pada Fyneen.
Fyneen mengambil tas bosnya dan menentengnya ke dalam mobil. “Jangan terburu-buru kali bos, ada yang pengen ketemu sama bos sekarang.”
“Fyn gue nggak punya waktu banyak buat ngurusin orang-orang yang nggak berkepentingan buat sekarang. Anterin gue buat ketemu orang itu sekarang!”perintah Erica yang mengikuti jalan asistennya dan masuk ke dalam mobil itu.
Fyneen memutar bola matanya mendengar perintah mantan bosnya itu. Ralat, bosnya sampai sekarang. Meskipun beda company.
“Udah sih bos nggak usah terlalu buru-buru, kita bakalan ketemu orang ini dulu sebelum ketemu target kita. Orang ini lebih penting daripada target yang bos cari itu.” Final Fyneen dengan ucapannya agar bos-nya mau menurut. Meskipun mustahil.
Mobil pun berjalan ke tempat pertama yang dituju. Fyneen tetap pada pendiriannya untuk menemui orang itu tanpa mendengarkan ocehan Erica yang terus menggerutu. Ia tidak peduli dengan ucapan serapah bosnya itu, yang jelas tujuannya harus tercapai untuk sekarang.
Kota besar ini bukan hanya tempat kelahirannya, tetapi juga menjadi saksi dari luka terdalam dalam hidupnya. Kenangan terakhir di sini masih sering membuat Erica merasa perih. Ia tak pernah menyangka bahwa bencana itu akan datang tepat setelah orang yang paling sering menyakitinya pergi.
Seharusnya, ia merasa lega dengan kepergian mereka berdua. Namun, tak disangka, takdir justru memaksanya menelan pil pahit yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Meski begitu, kenyataan pahit itu justru membawanya menuju kehidupan yang lebih damai—sebuah impian yang selama ini ia nantikan.
narasi nya panjang banget thor.. salut/Rose/
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩