From Nobody To Somebody (Agent Contact Center)
"Kamu kenapa, Kar?" tanya Resti pada sahabatnya bernama Sekar yang sedang melamun.
Keduanya saat ini sedang duduk sambil menikmati minuman jus buah di sebuah mall tepatnya di area food court.
"Sudah dua tahun Res aku kerja di kantorku yang sekarang, tapi gajiku kayaknya jauh di bawah standar. Masa gajiku sampai saat ini cuma dua juta doang. Sedangkan kamu yang sama-sama sarjana ekonomi kayak aku, malah digaji kantormu enam juta. Bukannya aku iri sama gajimu, hanya saja terasa menyesakkan kalau lihat nominal gaji." Sekar pun mulai mengeluarkan unek-uneknya pada Resti, sahabat karibnya sejak kuliah hingga saat ini.
Resti berusaha tidak menyela curhatan Sekar. Dengan senang hati ia mendengarkannya.
"Terus kantormu kasih jatah makan siang. Kantorku boro-boro kasih begituan. Uang makan saja gak ada. Gaji enam juta, jam kerjamu cuma 7 jam. Aku gaji dua juta tapi kerja 9 jam. Ditambah kalau lembur cuma dibayar sama kalimat loyalitas tanpa batas. Mana tiap bulan setengah gajiku untuk keperluan orang rumah," keluh Sekar seraya menghela napas beratnya.
"Tapi kamu sudah jadi pegawai tetap di tempat kerjamu. Kalau aku masih karyawan outsourcing alias kontrak," sahut Resti menimpali curhatan Sekar.
"Tapi gajimu kan besar, Res."
"Semua pekerjaan pasti ada plus minusnya, Kar. Di tempatku sangat susah dan jarang sekali buka pengangkatan untuk menjadi karyawan organik alias tetap. Dominan banyak karyawan yang statusnya kontrak. Bahkan sekelas supervisor saja sebagian ada yang masih pegawai kontrak. Apalagi seorang agen call center kayak aku yang menjadi garda paling bawah," ungkap Resti.
"Tetap saja Res, di mana-mana kerja pasti yang dicari gaji gede. Gaji kecil terus keperluan banyak, gimana cara nombokinnya?" curhat Sekar.
"Sabar, Kar. Tuhan pasti tahu rezeki setiap makhluknya. Yakinlah jika rezeki yang sudah ditakar Tuhan untuk kita tidak akan pernah tertukar," ucap Resti.
Dalam hatinya, Sekar pun mengiyakan ucapan Resti. Dirinya juga meyakini jika rezeki miliknya tidak akan pernah tertukar. Hanya saja saat ini hidup yang ia jalani setelah kuliah tak seindah bayangan dan impiannya.
"Apa kamu mau pindah kerja, Kar?" tanya Resti.
"Boleh, Res. Asal gajinya lumayan, aku mau. Di mana?" sahut Sekar penuh antusias.
"Coba saja kamu melamar kerja ke kantorku. Siapa tahu diterima. Cuma, kamu tahu resikonya kalau di tempatku statusnya pegawai kontrak maka siap-siap gak diperpanjang jika memang pusat melakukan pemangkasan atau pergantian karyawan lama dengan baru. Kasarnya didepak alias dile3peh," ujar Resti.
"Aku coba, Res. Siapa tahu rezekiku memang di sana. Aku lagi pusing banget sama uang. Sebentar saja coba kamu hidup jadi aku. Kalau nggak bun_dir, ya seumur hidup bisa-bisa minum obat anti antidepressant," ujar Sekar yang seakan terdengar frustasi.
"Huss!" tegur Resti. "Pamali atuh omong begitu,"
Sekar dan Resti sudah bersahabat sejak lama tepatnya di bangku perkuliahan. Sekar dan keluarganya asli Malang. Namun semenjak Sekar duduk dibangku SMA, keluarganya pindah untuk menetap di Surabaya.
Sedangkan Resti asli dari Bandung, tapi ia dan orang tuanya berdomisili tinggal di Surabaya cukup lama. Dikarenakan ayahnya seorang anggota TNI AL yang mendapat mutasi tugas di Surabaya.
Dua sahabat itu sama-sama anak bungsu dalam keluarganya. Namun level kehidupannya jauh berbeda. Resti berasal dari keluarga berpunya. Sedangkan Sekar hidup dalam keluarga dengan level ekonomi menengah ke bawah.
Ayah Sekar bernama Pak Tresno sudah pensiun. Di mana seluruh uang pensiunnya sudah diterimanya dan digunakan untuk membiayai awal kuliah Sekar serta kebutuhan hidup lainnya.
Ibu kandung Sekar bernama Nanik. Dahulu ibunya adalah wanita karir. Namun sekarang tak lagi karena terkena PHK. Pabrik tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan. Kejadian itu tepatnya setahun menjelang Sekar lulus kuliah.
Dahulu Sekar diterima kuliah di perguruan tinggi negeri ternama via jalur PMDK prestasi. Uang pembayaran SPP per semester awalnya menggunakan uang pensiunan sang ayah.
Namun Sekar berhasil meraih beasiswa secara rutin sejak semester tiga hingga lulus kuliah. Alhasil sisanya dibayar dengan beasiswa tersebut.
Sekar Nabila Putri adalah lulusan sarjana ekonomi dengan IPK 3,7 dari salah satu universitas negeri ternama di Pulau Jawa. Pekerjaannya saat ini sebagai tenaga admin di salah satu perusahan kontraktor. Bukan perusahaan besar karena jumlah karyawannya tidak begitu banyak.
☘️☘️
Setelah menikmati jalan-jalan bersama sahabatnya, Sekar mengendarai motor maticnya untuk pulang ke rumah. Jalanan gang sempit ia lalui dan akhirnya tibalah di rumah orang tuanya.
Rumah berlantai satu yang tak seberapa besar, namun dihuni keluarganya secara lengkap. Ada ruang tamu, tiga kamar tidur, dapur dan kamar mandi.
Kamar depan adalah kamar tidur Sekar. Kedua orang tua Sekar tidur di kamar belakang. Kamar tengah adalah kamar kakaknya yang berjenis kela_min laki-laki bernama Fajar Salahudin.
Fajar berstatus sudah menikah dan punya satu orang anak. Kakak ipar Sekar bernama Yuni. Keponakan Sekar bernama Dinda berusia dua tahun.
Setelah memarkirkan motor maticnya, Sekar mengucap salam dan memasuki rumahnya.
"Assalammualaikum," sapa Sekar seraya mencium telapak tangan ayah dan ibunya penuh takzim yang sedang duduk di ruang tamu untuk menonton televisi.
"Waalaikumsalam," jawab ayah dan ibunya.
"Kamu sudah makan, Kar?" tanya Pak Tresno.
"Sudah, Yah."
"Banyak duit kamu, Kar. Sekarang kan masih belum tanggal gajianmu," sahut Bu Nanik.
"Tadi ditraktir makan sama Resti, Bu."
"Alesan kamu! Bagi duitnya dong ke ibu buat bayar arisan," todong Bu Nanik.
Faktanya, memang Resti yang mentraktir Sekar di mall sewaktu mereka berdua jalan-jalan. Sekar sama sekali tak berbohong pada ibunya.
"Bu, Sekar kan baru pulang. Kenapa kamu malah mintain duit mulu!" tegur Pak Tresno.
"Bukannya beberapa hari yang lalu ibu sudah minta uang ke Sekar buat bayar arisan PKK?" Sekar mengingatkan ibunya dengan nada yang baik.
"Itu gak jadi bayar arisan, tapi buat bayar yang lain!" jawab Bu Nanik dengan nada terdengar mulai ketus.
"Buat bayar apa, Bu?" tanya Sekar dengan nada sopan dan juga didera penasaran. "Kan tagihan listrik dan air sudah Sekar bayar," sambungnya.
"Mau tahu saja kamu! Inget, kamu itu masih anak bau kencur. Belum tahu perkara kehidupan rumah tangga. Jangan perhitungan sama ibumu sendiri yang sudah melahirkanmu! Darahku yang menetes sewaktu melahirkanmu, gak akan bisa dibalas dengan harta sebanyak apapun. Paham kamu!" bentak Bu Nanik.
Seketika hati Sekar perih bagai tersayat sembilu. Terluka namun tak berdarah.
Pemandangan dan bentakan seperti ini hampir setiap hari diterima dan dirasakan oleh Sekar terutama sejak tiga tahun terakhir. Semakin parah pada setahun belakangan ini. Dan hal itu dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri bukan orang lain.
Entahlah, apakah ia akan sanggup terus bertahan hidup di dalam rumah orang tuanya yang kondisinya sebenarnya sudah tak baik-baik saja ?
Bersambung...
🍁🍁🍁
*PMDK adalah singkatan dari Penelusuran Minat dan Kemampuan, yaitu jalur penerimaan mahasiswa baru berdasarkan prestasi dan minat bakat. Jalur ini diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
*food court : tempat makan yang terdiri dari gerai-gerai makanan yang menawarkan aneka menu yang variatif.
*supervisor : jabatan dalam perusahaan yang bertugas mengawasi dan mengelola kinerja karyawan yang berada di bawah naungannya (bawahan).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Yuli a
hai Bu Nanik... Anda ini termasuk orang tua yang perhitungan banget ya sama anak.. kan udah jadi kodrat ibu... melahirkan itu... kenapa harus menuntut ganti rugi atau balas Budi..
kalau nggak mau melahirkan ya jangan kawin dong Bu....
emang anak nggak akan pernah bisa menggantikan jasa seorang ibu melahirkan, tapi kan nggak harus juga anak dituntut sedemikian rupa.....
seberapa pun harta nggak akan sebanding dengan pengorbanan seorang ibu waktu melahirkan...
nanti Sekar juga akan mengalami apa yang ibu alami.. jadi nggak usah ungkit-ungkit pengorbanan ibu...
Sekar juga tau Bu... tapi apa daya... Sekar hanya mampunya segitu... nggak bisa menuruti semua keinginan ibu... tolong bijaklah jadi orang tua...
sekarang aku nanya sama ibu... apakah dulu ibunya Bu Nanik menuntut ibu untuk menggantikan semua pengorbanan beliau saat melahirkan ibu...???
ibu anda melahirkan Anda
anda melahirkan Sekar...
nanti Sekar juga melahirkan anaknya..
jadi semua itu udah hukum alam Bu Nanik...
jujur geram banget ngeliat ibu yang seperti ini...
tapi Alhamdulillah ibuku nggak pernah nuntut apa-apa dariku..
2025-02-19
2
Dwi Winarni Wina
Kasian sekar diperlakukan tidak adil sm ibu kandungnya sendiri,,pdhal sekar itu anak kandungnya ibu nunik sendiri...
Sekar terasa diperlakukan kayak anak tiri aja,,seharusnya ibu nunik tidak membeda2kan sekar dgn kakaknya...
Sekar pasti merasa tertekan sikap ibunya banyak menuntut ini itu dan sekar sudah berusaha terbaik bekerja memenuhi kebutuhan dirumah......
Sabar sekar tetep semangat2 dan suatu saat ibu sadar dan menyesal telah memperlakukanmu tidak adil dan pilih kasih...
lanju thor....
semangat selalu....
sehat selalum.....
2025-02-19
3
Sri Ayuu
Hadiiiiiiiiiir Thor, kisah baru nih Thor, banyak mengandung bawang lagi nih seperti nya, ketidak Adilan sikap ortu pada anak nya yg dibeda bedakan ? jika Sekar udah ga mmpu bertahan di rumah ortu nya sebaiknya pindah jika sudah punya gaji yg cukup dengan alasan kost agar ga jauh dari kantor, darp pada makan hati merusak diri sampe ke tulang tulang..
dibedakan itu emang ga enak karena aku merasakan nya sejak kecil..
tapi Krn didikan Agama dari ortu dan aku suka belajar agama jadi bisa menghadapi semua itu dengan tabah
2025-02-17
3