Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Dimana biasanya ada jualan seblak?" tanya Alora sembari fokus pada kemudinya.
"Di sana saja, di ujung jalan ini."
Alora mengangguk paham dan kembali fokus pada kemudinya, hingga akhirnya mereka tiba di tempat yang Zahra katakan sebelumnya. Alora turun dari mobil dan melihat bangunan ruko di pinggir jalan yang menyediakan jajanan seblak.
"Kakak Ipar, kau yakin akan makan di sini?"
"Hm, kenapa memangnya?"
"Lihat debunya banyak sekali, tempat makan ini tidak higienis, Kakak Ipar bisa sakit kalau makan di sini."
"Tidak, percaya padaku. Sudahlah, ayo." Zahra menarik tangan Alora untuk masuk.
Saat masuk, berbagai macam topping tersedia dan tinggal pilih apa yang disukai. Zahra mengambil dua mangkok dan memberikan salah satunya pada Alora.
"Ini untuk apa? Kita masak sendiri?" tanya Alora.
"Pilih topping yang ada di sini sesuka hati," ucap Zahra menjelaskan dan langsung mengambil beberapa pilihan topping yang ia mau. Ia kembali melirik Alora, "Kau tidak mau?"
"Tidak, aku yakin tidak akan cocok dengan makanan ini." jawab Alora seadanya, jangan lupakan wajahnya yang terlihat jijik menatap makanan yang menurutnya tidak higienis itu.
Zahra acuh saja, ia terus memilih topping yang ia mau, setelah itu menyerahkan hasil pilihannya pada penjual.
"Level paling pedas level berapa ya, Teh?" tanya Zahra.
"Level 5, Neng."
"Yasudah, buatkan level 5 ya."
Setelah menyelesaikan pesanannya, Zahra mengajak Alora masuk untuk mencari tempat duduk. Selama menunggu pesanan Zahra datang, Alora menatap sekeliling dimana orang-orang menikmati seblak mereka masing-masing, dan jujur melihat mereka menyantap makanan itu membuat Alora berpikir apakah makanan yang ia anggap tidak higienis itu seenak itu.
"Pesanannya, Neng."
"Terima kasih, Teh." Zahra menatap seblak di depannya yang kuahnya terlihat sangat merah. Ia mengambil sendok dan garpu, lalu berpura-pura akan memakannya, tetapi belum saja makanan itu sampai ke mulutnya, ia kembali meletakkan sendok dan garpunya, lalu menatap Alora.
"Al," panggilnya.
"Hm?"
"Aku tidak ingin makan ini lagi."
"Apa? Bukankah kau yang bilang tadi kalau ingin memakannya?" tanya Alora tak habis pikir.
"Iya tadi, tapi sekarang tidak lagi."
Alora tak habis pikir pada Zahra, "Lalu, kau mau apa sekarang?"
Zahra menggeser mangkok seblaknya ke hadapan Alora, lalu mengelus perutnya sendiri seakan meminta simpati pada Alora.
"Kau kenapa?" tanya Alora hati-hati. Sebab, ini pertama kalinya ia melihat wajah Zahra terlihat melas.
"Aku ingin kau yang memakan makananku."
"What?" Alora tak bisa berkata-kata mendengar ucapan Zahra. "A-aku yang memakan ini? Tidak tidak tidak, aku tidak mau."
"Ya sudah kalau tidak mau," Zahra mengusap air mata yang menggenang di kedua bola matanya, membuat Alora dibuat semakin bingung.
"Kakak Ipar, kau menangis?"
"Tidak apa-apa, mungkin ini pengaruh hormon kehamilanku saja."
"Hamil?" tanya Alora tak percaya.
"Kenapa kau terkejut begitu? Kau dengar sendiri 'kan apa yang Dokter Kinan katakan kemarin kalau aku sedang hamil muda." tanya Zahra menjebak.
"I-iya, aku lupa, Kakak Ipar."
Zahra mengelus perutnya lagi dan kembali memasang wajah melas. "Kata orang, kalau ngidamnya ibu hamil tidak dituruti maka saat lahir nanti anaknya akan ileran. Tapi kalau kau tidak mau memakannya juga tidak apa-apa, kita pulang saja."
"Eh eh Kakak Ipar tunggu dulu, baiklah biar aku makan makanan ini." ucap Alora terpaksa.
"Benarkah?" Zahra sampai berbinar mendengar ucaan Alora.
"Hm, meski terpaksa." ucap Alora jujur.
Alora mengambil sendok dan garpu dengan sedikit tidak yakin. Ia kembali melihat Zahra dan tersenyum paksa, lalu mencoba mencicip kuahnya sedikit.
"Kakak Ipar," Alora ikut memasang wajah melas, seakan meminta agar keinginan Zahra ini tidak diteruskan.
"Ini keinginan baby-nya, bukan keinginanku. Ya sudah kalau tidak mau, tidak apa-apa." Zahra menggeser mangkok dari hadapan Alora berniat memindahkannya, tetapi dengan cepat Alora menahannya.
"Kalau Kakak Ipar benar-benar hamil, aku pasti akan dimarah Nenek karena tidak menuruti ngidamnya, tapi..." Alora tengah berperang batin sekarang.
"Sudah, tidak perlu dipaksakan." ucap Zahra lagi.
"Ba-baiklah, aku akan memakannya untuk calon keponakanku tercinta." ucap Alora akhirnya, membuat senyuman Zahra kembali mengembang.
"Terima kasih, Aunty bule," batin Zahra menertawakan Alora.
...****************...
Bayangin kuah panas seblak yng pedes, dimakan siang bolong pas bulan puasa begini, apa ngga menyala tuh😈😂
double up