NovelToon NovelToon
Menikahi Sepupuku

Menikahi Sepupuku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Cinta setelah menikah
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian cintai, yang selalu kalian jaga malah berjodoh dengan orang lain?
Ini kisah tentang Jean Arsa Anggasta seorang calon CEO muda yang ditinggal nikah oleh kekasihnya. Ia menjadi depresi dan memutuskan untuk tidak mau menikah namun karena budaya keluarganya apabila seorang anak laki-laki sudah berumur 25 tahun maka mereka harus segera menikah. Maka mau tidak mau ia harus menikahi Ashana Daryan Fazaira sepupunya. Seorang gadis yang juga telah dibohongi oleh kekasihnya yang telah berselingkuh dengan sahabatnya.
Lalu apa yang terjadi jika pernikahan tanpa cinta ini dilakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Draft

Langit di luar klinik tampak kelabu, seolah menandakan beban yang tengah dirasakan Mila. Di dalam ruangan bercat putih itu, suara dokter terdengar begitu jelas, tetapi berat untuk dicerna.

"Usia kandungannya sudah 15 minggu ya, Ibu," ujar dokter dengan nada tenang.

Mila hanya mengangguk pelan. Wajahnya terlihat lelah, bukan hanya karena kehamilan, tapi juga tekanan yang ia rasakan selama berminggu-minggu terakhir. Di sampingnya, Raka duduk dengan pandangan kosong. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, seolah kehadirannya di ruangan itu adalah sebuah beban.

"Tes DNA-nya sudah bisa dimulai. Silakan ikuti saya ke ruangan," ujar dokter sambil berdiri dari kursinya.

Mila menarik napas dalam-dalam. Ada kegelisahan di matanya, tapi ia menahannya. Ia mengikuti langkah dokter ke ruangan lain dengan bantuan seorang suster, meninggalkan Raka di belakang. Pandangan Raka mengikuti Mila sejenak sebelum akhirnya ia memalingkan wajah, tatapannya penuh keraguan dan kekacauan batin yang tak terucapkan.

Dalam ruangan yang lebih kecil, Mila duduk di atas ranjang pemeriksaan. Suara mesin dan alat-alat medis menggema samar di telinganya, membuat suasana terasa semakin dingin. Suster membantunya bersiap, sementara dokter mengatur peralatan dengan teliti. Mila memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu, apapun hasil tes ini, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

"Dokter sebentar, saya mau tanya"

"Iya silahkan mau tanya apa?"

"Bayi nya gapapa kalau misalnya dilakukan tes DNA? Maksud saya..."

"Saya mengerti ke khawatiran anda, tidak apa-apa kok"

Dokter itu masuk ke ruangan dan segera menangani Mila.

Setelah cukup lama Raka menunggu di ruang tunggu, ia cukup cemas juga sebenarnya.

Tak lama setelah itu dokter keluar bersama Mila.

"Hasil tes memerlukan waktu sekitar 1 sampai 2 Minggu, jika sudah keluar akan langsung kami kabari"

"Terimakasih ya dokter" ucap Mila

Dokter itu hanya tersenyum "Dijaga baik-baik kandungannya yah ibu"

Mila hanya tersenyum, Raka menatapnya malas dan langsung pergi mendahului nya.

"Raka..." Panggil Mila, namun Raka tidak menoleh sedikitpun.

Mila hanya mengikuti nya dari belakang dan berjalan pelan-pelan.

"Raka setelah hasil tes keluar, dan jika bener ini anak kamu. Kamu janji kan bakal nikahin aku?" Tanya Mila.

"Gue gak bisa janji"

Mila terlihat kecewa dengan jawaban Raka, kemudian Raka kembali menoleh kebelakang.

"Lo pulang naik taxi, gue ada urusan"

Mila berdiri mematung di depan klinik, menatap punggung Raka yang semakin menjauh. Tangannya secara refleks mengelus perutnya, mencari kekuatan dari kehidupan kecil yang tumbuh di dalamnya. Langit mendung di atasnya seolah mencerminkan perasaannya yang kacau balau.

Mata Mila memerah, tapi dia berusaha menahan air matanya. Dia tahu dirinya tak boleh terlihat lemah, setidaknya di depan orang-orang yang melewatinya. Namun, di dalam hatinya, pertanyaan-pertanyaan terus menghantui. Apakah Raka benar-benar akan bertanggung jawab? Ataukah ia hanya berharap pada sesuatu yang tak pernah nyata?

Taxi yang ditunggu akhirnya tiba. Mila masuk dengan langkah pelan. Pandangannya kosong mengarah ke luar jendela, menyaksikan gedung-gedung yang berlalu seperti bayangan. Kepalanya penuh dengan pikiran, namun tak satu pun memberikan jawaban pasti. Ia mencoba menenangkan diri dengan mengingat perkataan dokter bahwa kandungannya baik-baik saja. Tapi rasa cemas tetap menyelimuti, bukan hanya soal kesehatan anaknya, tapi juga masa depan yang terasa kian tak pasti.

Setibanya di rumah, Mila duduk di sudut kamar, memeluk tubuhnya sendiri. Tangannya masih terletak di atas perutnya. "Nak, kita hanya punya satu sama lain sekarang," katanya pelan, suaranya bergetar. "Entah apa yang ada di pikiran ayahmu, tapi ibu akan selalu ada untukmu."

***

"Gimana semalam fitting gaun nya?" Tanya Raka.

"Gak asik ah, gaada kamu" jawab Shan.

"Sorry ya sayang, aku tadi ada urusan di kantor" ucap Raka.

"Iya gapapa aku ngerti kok"

"Aku kangen banget sama kamu Shan"

"Aku juga kangen banget sama kamu"

"Kamu sayang aku kan Shan?" Tanya Raka.

Shan hanya mengangguk.

Raka mengusap rambut Shan, lalu pelan-pelan mendekatkan wajah Shan ke wajahnya. Raka memejamkan matanya dengan maksud ingin mencium Shan, namun bibirnya malah mendarat ke permukaan sebuah buku yang sengaja di sodorkan Jean.

Raka terkejut, ia segera menjauh kan wajahnya.

"Lo apa-apaan sih?" Kesal Shan.

"Blom mahrom, gak usah yang aneh-aneh. Masih mending gue yang lewat kalau papa gue yang lewat gimana?"

"Bukannya malah makin bagus ya?" Tanya Shan.

"Apa nya yang bagus?" Tanya Jean balik.

"Makin cepat dinikahin kan"

Jean menggulung buku yang dipegangnya lalu memukul kannya ke kening Shan.

"Kebanyakan nonton drama ya Lo"

Jean melirik sinis kearah Raka yang sepertinya canggung setelah kepergok ingin mencium Shan.

"Lo juga Raka, belum sah juga main nyosor aja" ucap Jean

"Sorry" ucap Raka.

"Mending Lo pergi sana, gak usah urusin hidup gue" kesal Shan.

"Gue juga gak tertarik sama urusan Lo, gak penting!!"

Jean pergi meninggalkan mereka berdua.

"Maaf yah Raka, aku tau pasti kamu kesal banget kan sama Jean?? Maafin ya" ucap Shan.

"Iyah gapapa kok, santai aja"

"Mau di lanjut lagi?" Tanya Shan.

"Haa? Lanjut apanya?" Tanya Raka lagi.

"Ci... C... Ciuman nya" ucap Shan sepelan mungkin.

Raka hanya tersenyum dan mengusap puncak kepala Shan.

"Bener kata sepupu kamu, maaf ya bukannya ngejaga kamu aku malah mau bertindak yang kayak gitu sama kamu" ucap Raka sedikit menyesal.

"Gapapa Raka, kan bentar lagi kita nikah"

"Kita pasti akan menikah" ucap Raka dengan penuh keyakinan.

Shan tersenyum senang mendengarnya.

"Yaudah ini udah sore aku pulang ya" pamit Raka.

"Iyah hati-hati ya sayang ku, kalau udah sampai kabarin"

"Siap ibu Negara"

"Jangan ngebut ngebut" tegas Shan.

"Iyah cantik, yaudah aku pulang ya"

Raka memeluk Shan dengan erat lalu mencubit gemas pipi pacarnya itu. Lalu ia pun pergi dari kediaman rumah Anggasta.

Shan yang masih kesal karena tingkah laku Jean.

"apa-apaan sih Lo tadi?" Shan menerobos masuk kedalam kamar Jean. Gadis itu bahkan tak perduli ketika Jean baru keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk di atas pinggang.

"Kebiasaan banget sih Lo, nyelonong masuk gak sopan banget jadi cewek"

"Lo kesal kan? Sama gue juga kesal!!"

"Kesal kenapa Lo? Ohh... Karena gue gagalin aksi dia mau cium Lo? Iya???"

"Iyaaaa!!!! Lo itu bodoh banget"

Jean menghela nafas.

"Gue bodoh?? Seharusnya Lo berterimakasih sama gue dan Justru Lo yang bodoh!! Jangan sementang dia udah ngelamar Lo terus berjanji mau nikahin lo, dan Lo semudah itu ngelakuin apa yang dia minta?? Kocak Lo totoll"

"Jean Lo yang tolol!! Berhenti ikut campur sama urusan percintaan gue, gak usah ngatur ngatur gue. Lo bukan siapa-siapa bagi gue"

"Oke! Sekarang Keluar Lo dari kamar gue"

"Gue belum selesai!!"

"Apalagi??"

"Awas yah Lo sekali lagi jangan pernah muncul di hadapan gue sama Raka"

"Udah ngomongnya?"

Shan hanya diam menatap sinis Jean, sepertinya pria itu menganggap remeh perkataan dirinya.

"Lo denger gak sih yang gue bilang?"

Jean menghela nafas.

"Iyah gue denger, gue gak tuli. Kalau Lo udah selesai ngasih tau hal bodoh itu ke gue, keluar dari kamar gue"

Ucap Jean dengan kasar.

Shan hanya diam, lalu Jean mendorongnya keluar dari kamarnya dengan sedikit kasar. Ia tidak peduli jika Shan sakit hati dengan perlakuannya.

Jean mengunci pintu kamarnya berharap setelah ini tidak ada yang mengganggunya lagi.

Jean sungguh tidak peduli dengan perkataan Shan. Tapi Dia mengerti bahwa Shan kesal, first kiss nya Shan digagalkan oleh dirinya.

***

"Shan mau kemana??" Tanya Amira.

"Mau pulang Tante"

"Kenapa cepat banget? Sekalian aja makan malam disini"

"Gak usah Tante, Shan pulang aja"

"Yaudah Tante panggil Jean, supaya antar kamu pulang ya?"

Shan menggeleng cepat.

"Nggak usah Tante, Shan bisa pulang sendiri"

"Yaudah lah ma, biarin aja dia pulang. Udah gede kan? Udah bisa ngurus diri sendiri?"

Ucap Jean sambil menuruni anak tangga.

"Kamu ngomong apa sih?" Amira kesal dengan perkataan Jean.

Mata Shan memerah, ia langsung pergi meninggalkan rumah Anggasta.

Amira menghampiri Jean dan memukul bahu putranya.

"Kejar sana" suruh Amira.

"Buat apa dikejar?"

"Mama bilang kejar Shan, antar dia pulang"

"Aku capek"

"Kamu tega banget ya biarin anak perempuan pulang sendirian. Nanti kamu di marahin sama om Adit"

"Udah lah ma, biarin aja. Repot banget sih!"

Jean hendak pergi namun Amira memegang tangannya.

"JEAN ARSA ANGGASTA" ucap Amira.

Kalau sudah menyebut nama lengkap seperti itu Jean mendadak ngerih, itu artinya perintah harus dilaksanakan.

"Sabar lah Ma, Mau ambil kunci"

Pria itu kemudian bergegas keluar rumah dan mengemudikan mobilnya. Hari sudah mulai gelap, ia melihat Shan berjalan kaki di trotoar. Jean membunyikan klakson mobilnya, Shan menoleh ke samping lalu membuang pandangan nya.

"Naikk!!" Ucap Jean.

Namun tidak ada respon dari Shan yang masih terus berjalan.

Jean sangat kesal, ia terus mengklakson namun Shan juga tak kunjung berhenti. Jean dengan sangat terpaksa keluar dari mobil dan mengejar Shan.

"Naik mobil Shan" ucap Shan.

"Gak perlu"

"Keras kepala banget sih!! Udah mau hujan nih"

Shan tetap tidak perduli.

Jean menggusar wajahnya dengan kasar. Ia lalu memegang menarik lengan Shan.

"Lepas gak?"

"Pulang naik mobil bareng gue"

"Gue gak mau"

"Bareng gue Shan"

"Gue gak mau, lepasin sakit tangan gue"

"Pulang bareng gue Shan"

"Gue gak mau" Shan menarik lengannya.

"Udah gue bilang kan jangan atur-atur gue"

Jean menghela nafas, ia sangat lelah.

"Siapa sih yang ngatur Lo?? Siapa gue tanya??" Jean kesal

"Gue cuman ngelaksanain perintah nyokap gue buat ngantar Lo pulang"

"Dan gue gak mau diantar pulang sama Lo!!!"

Shan tetap berjalan kaki, Jean tidak punya pilihan lain. Ia mengambil batu kecil didekatnya dan melemparkannya kepada seekor anjing besar berwarna hitam yang sedang tidur. Alhasil anjing itu terbangun dan menatap kearah mereka. Jean berjalan mundur dan masuk ke dalam mobilnya dan Shan masih belum menyadari bahwa seekor anjing ganas telah bangun dari tidurnya.

Anjing hitam itu menggonggong dan membuat Shan sangat terkejut, terlebih lagi saat anjing itu hendak berlari kearahnya. Shan sangat takut hingga akhirnya ia memilih untuk masuk ke dalam mobil bersama Jean.

Nafas Shan tidak beraturan, ia sangat terkejut. Jean menyodorkan botol minuman pada Shan. Gadis itu meliriknya dengan sinis lalu mengambil botol minuman tersebut.

Jean tersenyum kecil melihat ekspresi Shan.

"Katanya gak mau pulang bareng gue" ledek Jean.

Shan enggan merespon ledekan Jean.

***

Mereka pun sampai dirumah Shan.

"Lo gak turun?" Tanya Jean.

Shan hanya diam.

"Hehh Lo kesambet ya?"

Jean lalu berinisiatif melambaikan tangannya kehadapan Shan namun Shan menoleh dengan cepat kearahnya dan menurunkan tangan Jean dari hadapannya.

"Kenapa Lo gak nikah sih?" Tanya Shan.

Jean mengernyitkan dahinya.

"Aneh, tiba-tiba Lo nanya gitu" Jean malas menjawabnya.

"Je... Lo suka sama gue?"

"Haa?? Astaga Shan" Jean menggusar wajahnya.

"Lo yang kaya gini buat gue overthinking tau gak?" Ucap Shan.

"Overthinking gimana maksud Lo?"

"Kalau Lo emang udah move on dari Luna kenapa Lo gak cari cewek lain? Dan kalau emang Lo gak suka sama gue, kenapa Lo gak mau di jodohin sama yang lain?"

"Harus gue jawab pertanyaan Lo itu?"

"Iya"

"Kalian para cewek terlalu lebay tau gak sih, rumit!!! Itu yang buat gue gak mau nikah" Jean menggantung Kalimatnya.

"Jadi Lo jangan berasumsi bahwa gue gak mau nikah bukan karena Luna atau pun Lo!! Kalian gak se berarti itu bagi gue, gak penting!! Ucap Jean.

"Atau jangan-jangan Lo yang baperan sama sikap baik gue ke Lo? Yang gue lakuin ke Lo hanya semata-mata karena kita selalu sama sejak kecil. just that, nothing more! Dan selebihnya gue gak peduli" sambung Jean.

"Gue gak baper!!! Enak aja Lo bilang gitu... Tapi bagus deh kalau gitu, so Lo gak akan ganggu gue lagi kan? Secara gue udah punya tunangan dan kami akan segera menikah. Jadi sebisa mungkin kita harus jaga jarak iya kan?"

"Iya" jawab Jean malas.

Shan pun kembali tersenyum dan keluar dari mobil.

"Semua itu bener, Lo emang gak berarti bagi gue. Dan gue Bohong kalau bilang Luna gak penting, karena sampai sekarang pun gue masih cinta sama dia"

"Kalau aja Lo gak mergokin gue sama Luna kemarin, itu bakalan jadi hari yang terindah bagi gue. Meski gue gak sadar"

1
Nurul Fitria
Keren author semangat terus dalam berkarya 🌹❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Sasya
Seruuu banget Thor 😭😭 lanjut kan Thor 😭
audyasfiya
Author ada ajaa yaa idee lu Thor 😭😭
Lorenza82
Wahhh wahhh author the best 👍👍👍😭😭❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Rossa
Semangat author 👍👍👍❤️❤️❤️
Moon Syifaardila
Author sekali update langsung 20 bab 😭😭😭👍 mantap betullllllllk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!