Entah sebuah kesialan atau keberuntungan karna Audrey mengandung anak dari seorang mafia besar dan pebisnis paling berpengaruh di Kanada. Sosok Lucas tidak tersentuh, bahkan tak seorangpun bisa mencampuri bisnis gelapnya. Dia pria yang memiliki wajah sempurna, namun tak sesempurna hatinya.
Kehidupan Audrey mungkin tak akan baik-baik saja jika berkaitan dengan Lucas. Lalu bagaimana Audrey akan menyembunyikan keturunan Lucas? Agar hidupnya tak bersinggungan dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Ini adalah hari ke 5 Audrey dirawat karna mengharuskannya agar bed rest selama 1 minggu. Selama itu Lucas yang selalu menemani dan merawat Audrey di rumah sakit. Meski tak jarang Lucas bicara dan bersikap kasar, tapi semua keburukan dan keinginan Audrey dipenuhi. Pria itu jadi terlihat memiliki 2 kepribadian. Tapi Audrey meyakini sikap baik Lucas ketika merawatnya semata-mata hanya karna anak didalam kandungannya. Lagipula kondisinya jadi seperti ini karna perbuatan Lucas. Memang sudah sepantasnya Lucas bertanggung jawab merawatnya.
Audrey memalingkan wajah ketika Lucas memergokinya sedang menatapnya. Pria itu sedang memakai kemeja untuk bersiap pergi ke perusahaan. Tapi pagi Audrey tidak sengaja mendengar Lucas bicara dengan Felix melalui sambungan telfon. Siang ini Lucas akan meeting.
“Dua perawat akan berjaga di kamar ini selama aku pergi. Jika membutuhkan sesuatu, katakan saja pada mereka.” Ujar Lucas sembari menyambar jas yang tergantung. Baju kerjanya sudah disiapkan Felix tadi malam dan kirim ke rumah sakit.
Audrey terdiam untuk berfikir. Lucas akan pergi tapi tidak mengirim bodyguardnya ke rumah sakit untuk berjaga, dan hanya meminta perawat saja yang menjaganya. Artinya tidak ada pengawasan ketat. Tiba-tiba saja muncul dibenak Audrey untuk melarikan diri dari Lucas. jika orang-orang lengah, bisa dipastikan mudah bagi Audrey meninggalkan rumah sakit ini dan pergi sejauh mungkin dari Lucas.
Audrey pikir kabur dari Lucas adalah pilihan terbaik untuk menyelamatkan diri dan anaknya. Dia tidak akan membiarkan Lucas mengambil anaknya untuk dimiliki sendiri.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Lucas menatap Audrey dengan dahi yang dipenuhi kerutan. Ekspresi dan sorot mata Audrey cukup mencurigakan. Lucas bukan orang bodoh, dia menghadapi banyak orang selama bertahun-tahun. Ekspresi apapun bisa terbaca oleh Lucas.
Audrey menggeleng cepat. "Tidak ada. Terimakasih sudah merawat ku." Audrey membuang pandangan ke arah lain agar Lucas tidak menyadari kegugupannya. Sebab Lucas terlihat curiga padanya
Lucas tersenyum miring. Dia yakin Audrey baru saja merencanakan sesuatu, gerak geriknya juga mencurigakan. Tapi bukan Lucas namanya jika Audrey bisa lepas darinya begitu saja.
"Jika kamu berfikir untuk kabur, lupakan saja karna itu tidak akan mungkin terjadi." Ujar Lucas penuh penekanan.
Audrey tercengang. Apakah Lucas bisa membaca pikiran seseorang. Lucas selalu berhasil menebak isi pikirannya.
"Apakah kamu belum puas menyiksa ku? Kamu orang paling buruk yang memperlakukan aku seperti ini." Mata Audrey berkaca-kaca menatap Lucas. Suaranya bergetar menahan tangis. Dia tidak tahan lebih lama lagi tinggal bersama Lucas.
Lucas mendekat dengan langkah lebarnya. Dia menyentuh sebelah pipi Audrey dan sedikit menekannya. "Jika kamu tau setiap orang yang berani berurusan denganku akan berakhir tragis, kamu akan bersyukur karna aku masih membiarkanmu tetap hidup. Jangan Lupa kamu berniat menjebak ku, bahkan kamu sendiri yang datang padaku."
Audrey menepis tangan Lucas. "Lalu kenapa kamu tidak melenyapkan ku saja? Bukankah itu membuatmu puas?"
Sorot mata Lucas semakin tajam. Dia tidak melenyapkan Audrey karna telah menyelidiki asal usulnya. Audrey hanya gadis biasa dari keluarga sederhana yang tidak memiliki pengaruh. Lucas tidak melihat ada potensi bahaya, jadi dia melepaskan Audrey begitu saja.
Sekarang Audrey kedapatan sedang mengandung anaknya, keinginan untuk melenyapkan atau menghukum Audrey semakin tidak terlintas di kepalanya. Sekalipun Lucas terkenal kejam dan pembu nuh berdarah dingin, dia tidak mungkin mencelakai anaknya sendiri.
"Berani sekali bicara seperti itu." Geram Lucas dan tiba-tiba membungkam mulut Audrey dengan ciuman.
Audrey langsung memukuli dada Lucas agar melepaskan ciumannya. Lucas ini seperti ingin memakan bibirnya, Audrey sampai kesulitan bernapas.
Begitu pukulan Audrey melemah, Lucas segera melepas ciumannya. Dia tersenyum puas melihat bibir Audrey membengkak akibat ulahnya.
"Bersikaplah patuh padaku jika tidak ingin bibirmu semakin bengkak." Ujar Lucas sembari menepuk-nepuk pucuk kepala Audrey, tapi tangannya segera ditepis oleh Audrey.
Audrey berdecak. "Dasar sinting!" Umpatnya kesal.
Bukannya marah, Lucas malah terkekeh. Pertama kali dia bertemu Audrey, wanita ini sangat takut padanya. Melihat matanya saja tidak berani. Sekarang Audrey malah berani mengumpat dan melawannya.
"Semakin kamu memberontak, akan semakin menantang. Tetap di ranjang mu dan tunggu aku kembali 3 jam lagi."
Audrey menghela nafas kasar melihat pintu ruangan ditutup. Lucas baru saja pergi. Tak berselang lama, 2 orang perawat meminta ijin untuk masuk ke ruangannya. Mereka yang ditugaskan berjaga, sesuai perkataan Lucas.
"Nyonya, jika butuh sesuatu katakan saja pada kami." Ujar perawat dengan name tag Lusy.
Audrey hanya berterima kasih, dia tidak membutuhkan apapun selain ketenangan. Dan itu bisa didapatkan jika dia terlepas dari Lucas.
...******...
Lucas keluar dari ruangannya dan mengantar Mark turun ke lobby perusahaan. Keduanya baru saja membicarakan soal proyek kerja sama yang akan dikerjakan dalam waktu kurang dari 2 bulan.
"Tidak heran jika kamu memiliki banyak perusahaan di usia muda. Seharusnya sejak dulu aku bekerjasama dengan mu." Ujar Mark yang mengagumi sosok Lucas dalam dunia bisnis.
Lucas hanya tersenyum tipis. Dia sudah biasa mendengar pujian seperti itu.
"Tuan Lucas, aku memiliki putri yang sedang menyelesaikan pendidikan S2 dia Amerika. Apakah Anda tidak keberatan jika dikenalkan pada putriku?" Mark menatap Lucas penuh harap. Lucas ini seperti permata yang berkilau, sangat di sayangkan jika tidak dimiliki. Menjadikan Lucas sebagai menantu akan berpengaruh besar pada perusahaannya.
Lucas menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak pernah tertarik dikenalkan dengan wanita manapun sejak dulu. Apalagi anak dari rekan bisnisnya. Sebab Lucas sudah bisa membaca isi kepala mereka.
"Tuan Mark, saya sudah memiliki anak." Ujar Lucas tegas.
Mark terkekeh mendengarnya. Rumor yang beredar, Lucas adalah seorang duda tanpa anak. Bagaimana bisa tiba-tiba mengaku memiliki anak.
"Tuan Lucas, semua orang tau bahwa Anda adalah duda tanpa anak."
"Sayang sekali mereka tidak tau kabar terbaru tentangku. Silahkan Tuan Mark,," Lucas mengukur kan tangan ketika sampai di pintu lobby. Mobil milik Mark terlihat sudah menunggu di luar.
Mark sedikit kecewa karna Lucas terlihat serius. Dia tidak memiliki kesempatan untuk menjadikan Lucas sebagai menantunya.
...*****...
Lucas segera meninggalkan perusahaan dengan diantar oleh Jack. Sebelum tiba di rumah sakit, Lucas menyuruh Jack untuk berhenti di salah satu restoran langganan Audrey selama di rumah sakit. Lucas membeli banyak makanan karna memikirkan anaknya. Sebab Audrey sama sekali tidak mau menyentuh makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit.
Jack segera turun untuk mengambil pesanan Lucas yang dipesan melalui aplikasi. Dia kembali hanya dalam waktu 5 menit dan meletakkan semua makanannya di jok depan.
"Jack, kenapa ada transaksi yang digagalkan?" Tanya Lucas. Pria itu sejak tadi fokus pada laptopnya untuk memeriksa laporan.
"Waktunya bertepatan ketika Nona di bawa ke rumah sakit, kami belum sempat memberitahu Anda. Kami mendengar jika Marko di tangkap, jadi pengiriman ke markasnya terpaksa dibatalkan."
Lucas mengangguk mengerti. "Apakah sudah dibebaskan?"
"Sudah Tuan, orang-orang kita menjamin kebebasan Marco, tapi pihak kepolisian masih terus mengawasi aktivitas Marco selama beberapa bulan kedepan."
"Kalau begitu hentikan sementara transaksi ke markasnya."
"Dimengerti Tuan."
makan itu surat pranikah Luc