NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Secretary

Bukan Sekedar Secretary

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Chicklit
Popularitas:17.2k
Nilai: 5
Nama Author: nenah adja

Bunga itu telah layu sejak lama, menyisakan kelopak hitam yang berjatuhan, seperti itulah hidup Hanna Alaya Zahira saat ini, layu dan gelap.Hanna adalah seorang sekretaris yang merangkap menjadi pemuas nafsu bosnya, mengantungi pundi-pundi uang dalam rekeningnya, namun bukan tanpa tujuan dia melakukan itu. Sebuah rahasia besar di simpan bertahun-tahun. Pembalasan dendam.. Edgar Emilio Bastian bos yang dia anggap sebagai jembatan mencapai tujuannya menjadikannya simpanan dibalik name tag sekretarisnya, membuat jalannya semakin mulus. Namun, di detik-detik terakhir pembalasan dendam itu dia justru terjerat semakin dalam pada pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekasihku

"Edgar! Edgar!" Siska berteriak saat Edgar mematikan teleponnya.

"Sial beraninya dia mematikan teleponku." Siska melempar ponselnya dengan kesal.

"Benarkah dia berselingkuh?" Mira, asisten Siska bertanya.

Bibir Siska tersenyum. "Entahlah, aku tak peduli," ucapnya acuh. "Lagi pula Edgar hanya pecundang, entah dia memiliki simpanan atau tidak, dia tidak akan berani meninggalkan aku."

"Jadi, kenapa aku harus peduli dengan seberapa banyak simpannya?"

"Karena dia terlalu mencintaimu?" Siska tertawa terbahak-bahak. Tidak, bukan karena cinta. Tapi, sesuatu yang lebih berharga dari itu, dan Siska tahu Edgar tak akan mau kehilangan hal tersebut.

"Baiklah, anggap begitu. Tapi, Siska, aku yakin kamu sedang di ejek di belakang, apalagi oleh wanita itu."

Siska menatap Mira dengan tajam. "Aku yakin 100 persen kalau dia mungkin merasa bangga pada dirinya sebab bisa menjadi simpanan Edgar. Bagaimana pun kamu model terkenal, bukankah akan memalukan kamu kalah dari dia."

Siska mengepalkan tangannya. Benar, tapi dia juga tak bisa melakukan apapun, sebab ternyata Edgar tahu tentang kebiasaannya di luar rumah.

Anggap saja mereka memang satu sama.

"Jadi, kalau gitu kenapa kamu tetep suruh sekretaris Edgar buat mengawasi dia?" Lagi Siska tertawa, kali ini lebih terbahak.

"Aku yakin sekarang Edgar sedang mencari siapa mata- mata itu. Dan saat dia menemukannya sekretaris itu akan di tendang oleh Edgar sendiri."

Mira mengangguk tertawa, saat memahami siasat Siska. "Baiklah kamu memang licik.”

"Aku tidak suka, dia terlalu menunjukkan diri kalau menginginkan sesuatu."

"Bukannya kamu bilang suka dia? Kamu bilang dia tulus."

Siska hanya menyeringai. Tak ada dalam sejarahnya dia menyukai seseorang. Apalagi seorang wanita. Dan baginya Hanna hanya semut kecil yang mencoba mencuri makanan di rumahnya.

Siska menatap Mira, asistennya ini tak tahu apapun tentangnya. lalu Siska menatap kembali pada ponselnya dimana dia kembali melihat vidio Edgar.

....

Hanna tersenyum puas saat mendapat pesan dari Dani yang mengatakan kalau Edgar akan datang.

Baiklah sekarang dia akan melihat seberapa cemburunya pria itu. Jadi dia turun ke kolam renang umum di lantai satu dan duduk di atas kursi untuk berjemur. Dengan tubuh yang berbalut pakaian renang yang baru dia beli Hanna membaringkan tubuhnya dan menutupi matanya dengan kaca mata hitam.

Satu hal yang dia syukuri saat ini, dia memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang seksi, hingga kemanapun dia pergi dia akan menjadi pusat perhatian.

Jadi saat ini baru saja lima menit dia duduk seorang pria menghampiri. "Hallo, kamu turis?"

Hanna menurunkan sedikit kacamatanya. "Aku orang Indonesia," ucapnya dengan tersenyum. Pasalnya pria di depannya menggunakan bahasa Inggris.

"Oh, maaf, itu karena kamu terlihat berbeda. Aku juga .... aku dari Jakarta." Pria itu terkekeh, sambil menggosok pahanya dengan telapak tangan. "Apa kamu sendiri?"

Hanna menatap pria di sebelahnya, sepertinya bukan pria hidung belang, sebab dari yang Hanna lihat, pria ini terlalu gugup hanya untuk mendekati wanita. Jelas saja, pria hidung belang akan cenderung percaya diri dan langsung pada intinya tanpa ba bi bu.

Hanna tersenyum. "Aku juga dari Jakarta."

"Sungguh? Oh, bo- bolehkah suatu saat jika kita bertemu aku menyapamu?"

"Tentu. Jadi kenapa kamu datang kesini?" Hanna mendudukan dirinya lalu menatap pria di depannya.

"Oh, apa nampak kentara?"

"Kamu terus melirik pada sekumpulan pria di meja itu." Hanna menunjuk dengan dagunya ke arah tiga orang pria yang duduk di meja melingkar tak jauh dari mereka.

Dia terkekeh lagi, lalu menatap Hanna masih dengan gugup. "Begini ... mereka bilang aku memiliki kepercayaan diri yang rendah, padahal aku cukup tampan."

Hanna tertawa saat melihat pria di depannya semakin gugup.

"Jadi, karena itu, mereka mengejekku habis- habisan kalau aku payah. Dan kalau aku tak bisa berkenalan dengan wanita hari ini mereka tidak akan membiarkan aku masuk kamar malam ini."

Hanna mengeryit.

"Oh ya?"

Pria di depan Hanna menggaruk tengkuknya. "Ya, begitulah."

"Kamu di bully?"

"Tidak- tidak. Mereka temanku, dan aku tahu mereka melakukannya hanya karena kasihan melihatku selalu seorang diri."

Hanna mengangguk dan tersenyum. "Baiklah." Hanna mengulurkan tangannya, namun pria di depannya hanya diam. "Ayo, aku akan membantumu agar mereka tidak mengejekmu lagi nanti."

"Benarkah?"

"Hanya sampai disini," ucap Hanna. Pria itu mengusapi telapak tanganya di atas pahanya seperti dia takut tangannya kotor, lalu menjabat tangan Hanna.

"Aku Brian."

"Aku Hanna. Dan Brian kamu benar, kamu tampan. Jadi mulai sekarang kamu bisa lebih percaya diri." Brian tertegun, dengan jantung yang tiba-tiba berdebar kencang.

Hanna mencondongkan tubuhnya lalu berbisik. "Mendekatlah sedikit," ucapnya.

Brian mengeryit, namun dia menurut dan mencondongkan tubuhnya ke arah Hanna. Hanna sendiri memiringkan wajahnya sedikit, membuat Brian mengerjapkan matanya. Dia semakin berdebar dan berpikir Hanna akan menciumnya. Namun saat dia melihat Hanna berhenti dengan jarak beberapa centi saja, Brian mengeryit.

"Dalam posisi ini mereka akan mengira aku menciummu." Brian menelan ludahnya kasar, rasanya tubuhnya semakin meremang, bahkan saat Hanna kembali menegakkan tubuhnya Brian masih terpaku.

Melihat Brian terdiam Hanna kembali tertawa. "Kau sangat lucu Brian."

Brian tersenyum salah tingkah. "Maaf."

"Jadi tenang saja mereka tidak akan mengejekmu lagi. Katakan pada mereka aku bahkan menciummu."

"Kamu tidak keberatan?"

"Itu kan hanya bohongan. Hanya saja hanya kita yang tahu." Hanna menepuk pundak Brian. Baru saja akan menarik tangannya Hanna merasakan cengkraman di pergelangan tangannya.

"Edgar?"

"Siapa yang bilang kamu boleh berdekatan dengan pria?"

"Eh, tidak. Dia Brian-" tak mendengar ucapan Hanna, Edgar langsung menarik Hanna berdiri, dan berjalan menjauh. Namun baru beberapa langkah Brian menghadang dan menahan Edgar.

"Sebentar Pak, kamu jangan terlalu kasar pada wanita."

"Dia kekasihku, mau apa kamu?" Hanna tertegun lalu melihat wajah Edgar, yang mengeras dan menatap Brian dengan tajam. Edgar sedang cemburu, jadi bolehkah Hanna simpulkan Edgar mulai mencintainya. Dan apa tadi dia bilang? Kekasih?

"Maafkan aku Hanna, aku hanya takut dia menyakitimu," ucap Brian.

Edgar berdecak sementara Hanna tersenyum. "Tidak Brian, dia mencintaiku, jadi dia tidak akan menyakitiku." Hanna memeluk pinggang Edgar, dan dia bisa melihat rahang Edgar sedikit melunak.

Brian terdiam beberapa saat lalu tersenyum canggung. "Baiklah, maafkan aku kalau begitu." Brian menyingkir, dan membiarkan mereka pergi, sekilas Hanna menatap wajah Brian nampak kecewa, namun saat akan memastikan lagi Edgar menarik wajahnya agar melihat ke arahnya.

"Siapa bilang kamu boleh melihatnya."

Hanna tersenyum dengan wajah mendongak menatap Edgar. "Jadi aku hanya harus melihat kamu? Seperti ini?" Hanna berjinjit mendekatkan wajahnya pada wajah Edgar, dia bahkan mengedipkan matanya dengan cepat hingga Edgar mendenguskan senyuman.

"Tutupi tubuhmu," ucapnya sambil melebarkan coat-nya ke tubuh Hanna yang semakin merapatkan tubuh mereka.

Hanna tersenyum. "Baiklah, kekasihku." Edgar memalingkan wajahnya saat melihat Hanna tersenyum manis.

....

Jadi apa Edgar benar-benar cemburu?

Cus komen👇

1
mbu ne
mungkin cemburu...
tapi mungkin juga ego, ngga mau klo "milik" sendiri diganggu sama orang lain..
yuning
entahlah cemburu, atau rasa memiliki atau obsesi , yang pasti Edgar belum bisa untuk memiliki Hanna sepenuhnya
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
wahh ada rahasia apa antara mereka 🙄
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
makin seruu neh ceritanya 😆
Rahmawati
Hanna jgn terlalu memperlihatkan kl km suka sm edgar
yuning
Hanna , salah strategi
Ar Rasyha
untung urep no ndeso gk kenal diskotek yo gk kenal lc /Facepalm//Facepalm/
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
LC memang meresahkan.. gak didunia novel gak didunia nyata
Rahmawati
ini malah Hanna yg jatuh cinta duluan sm edgar
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Bo Ra
wkwk mba2 LC lg viral ya kk thor😁
yuning
Edgar pemain Hanna
Erna Wati
ya Hanna,kau cemburu..kau mulai jatuh cinta pd Edgar.
mbu ne
nah kan...Hanna mulai terjebak permainan sendiri...
Rahmawati
Hanna iseng bgt sih, Edgar beneran khawatir
Rabiatul Addawiyah
Edgar pasti sdh mencintai Hanna neh...bukan krn nafsu utk bercinta diatas kasur sj tp hatinya jg
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
datang bulan kok berenang thor
Ceu Nah: udah dari kemarin kak, masa banyak terus😅
total 1 replies
yuning
jangan main main sama nyawa
Rahmawati
Siska mulai curiga kayaknya
Rahmawati
naomi hanya butuh perhatian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!