NovelToon NovelToon
Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Bertahan Tanpa Nafkah Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ida Nuraeni

Sudah sepantasnya kalau seorang istri menuntut nafkah pada suaminya. Namun bagaimana jika si suami sendiri yang tidak ada keinginan untuk menunaikan kewajibannya dalam menafkahi keluarga? Inilah yang dialami Hanum Pratiwi, istri dari Faisal Damiri selama 5 tahun terakhir.

Hanum memiliki seorang putra bernama Krisna Permana, yang saat ini masih kuliah di Jurusan Informatika. Tentu saja Hanum masih memerlukan biaya yang cukup banyak untuk biaya pendidikan putranya, ditambah juga untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Hanum harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan seringkali meminjam kepada saudara dan teman-temannya. Beruntung sang anak bersedia membantu menitipkan kue di kantin, yang bisa dijadikan sumber income keluarga. Namun pendapatannya yang tak seberapa itu, hanya cukup untuk transport dan uang saku sang anak, kalaupun ada lebih untuk membeli beras.

Bagaimana Hanum bertahan dalam 5 tahun ini? Apakah kesulitan ini mengharuskannya menyerah? Lalu bagaimana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 Keberangkatan Faisal

Sejak percakapan antara Faisal dan Hanum tentang rencana kerja kembali di Linggau dilakukan, selama seminggu ini Hanum tidak membahasnya dan juga tidak mendesak menanyakan keputusannya. Hanum tidak ingin Faisal merasa terpaksa melakukannya, tanpa ada dorongan dari hati kecilnya. Inginnya keinginan itu murni dari keputusan Faisal sendiri tanpa ada campur tangan orang lain. Hanum sadar akibat psikologis dari keputusan yang terpaksa karena desakan orang lain dan yang timbul sepenuhnya dari hati. Jadi mereka tetap menjalani hari-hari sebagaimana biasanya, fokus dengan rutinitas masing-masing.

Ide untuk menambah varian kue baru selalu ada, tapi karena Hanum tidak ada waktu lagi untuk mengerjakannya jadi tidak bisa dieksekusi, maklum tenaga kerjanya hanya Hanum seorang. Meskipun keuangan mereka minim, namun Hanum tidak ngoyo dan tetap berusaha menjaga kegiatannya agar seimbang, harus tetap bisa bersosialisasi di masyarakat dengan menghadiri pengajian, tetap menambah ilmu walau hanya via zoom dan menyediakan waktu istirahat yang cukup. Jadi tidak harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari uang. Setiap orang memiliki takaran rezeki yang berbeda-beda, namun Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk di muka bumi ini. Rezeki sudah diatur oleh Allah SWT dengan kadar yang berbeda, tapi kerja keras juga diperlukan untuk membuka pintu rezeki disertai dengan amalan-amalan lainnya.

Keberangkatan Faisal memang perlu waktu juga,karena Hanum harus menyiapkan bekal untuk dia selama nanti belum ada penghasilan. Meskipun ongkos keberangkatan dibayar oleh temannya, tapi biaya hidup di sana kan harus difikirkan juga. Mungkin ini petunjuk dari Allah kenapa tidak langsung berangkat. Setelah memikirkannya berulang kali, Hanum memutuskan untuk meminjam uang pada koperasi sebesar Rp 1.500.000 untuk bekal suaminya nanti di rantau. Konsekuensi dari pinjaman itu, Hanum harus menyisihkan Rp 150.000 setiap minggunya untuk membayar cicilan selama 11 minggu. Hanum yakin dia bisa membayarnya dari hasil penjualan kue setiap hari, yang penting suaminya sudah bersedia untuk menjalankan tanggungjawabnya mencari nafkah.

"Bu, rupanya Dang Iyan ini ngobrol dengan Erwin juga, karena yang transfer untuk ongkos ke sana dari Erwin. Dia juga bilang untuk tinggal di rumahnya, di bedeng yang dulu tempat ngumpul karyawan Erwin waktu masih jadi kontraktor." beritahu Faisal saat membaca pesan yang baru diterimanya.

"Alhamdulillah. Tempat itu permanen meskipun disebut bedeng, seluruhnya berkeramik, sudah lengkap dengan kamar tidur dan kamar mandi, jadi cukup nyaman Yah. Ada tempat masak juga kan meskipun kecil? Kalau mau masak sendiri juga bisa."

"Iya, ya seperti rumah kontrakan yang sepetak gitu. Masih lebih bagus daripada bedeng di proyek."

"Betul. Lagian Ayah juga cuma numpang tidur doang kalau proyeknya sudah berjalan. Jadi disyukuri saja Yah"

"Iya juga sih. Bu, Insya Allah Ayah berangkat besok. Mau naik travel saja biar lebih cepat sampainya."

"Baik Yah, nanti Ibu siapkan pakaian yang mau dibawa sama kebutuhan lainnya" beritahu Hanum.

Setelah mempersiapkan untuk keperluan dagangannya, Hanum mulai mempersiapkan koper kecil untuk baju-baju yang akan dibawa suaminya. Tak lupa juga memasukkan perlengkapan sholat dan perlengkapan mandi. Setelah dirasa beres dan masuk semua apa yang akan dibutukan suaminya nanti, baru Hanum menutup rapat koper tersebut.

Malam harinya mereka berkumpul sambil menemani Hanum yang sibuk dengan adonan cireng.

"Faras, karena besok Ayah harus berangkat ke Linggau, jadi kamu yang betugas menjaga dan melindungi Ibu. Sepertinya Ayah akan pulang sebulan sekali, tapi nanti lihat kondisi pekerjaan juga" beritahu Faisal kepada Faras.

"Baik Ayah, Faras akan selalu ingat pesannya. Faras janji akan selalu menjaga dan melindungi Ibu. Ayah fokus saja dengan pekerjaan Ayah, insya Allah kami berdua baik-baik saja." janji Faras memahami pesan ayahnya.

"Kalau kamu pergi jangan pulang malam-malam atau malah nggak pulang. Kasihan Ibu nanti nggak ada temannya di rumah" lanjut Faisal lagi mengingatkan Faras.

"Iya Ayah, Faras usahakan untuk selalu pulang lebih cepat dan menemani Ibu."

Baru kali ini Hanum melihat keakraban ayah dan anak. Sudah lama sekali mereka tidak ngobrol akrab seperti itu, karena biasanya Faisal yang terlalu sensitif dan Faras yang egonya juga tinggi. Tak hentinya Hanum bersyukur atas pertolongan Allah, yang telah membukakan dan melembutkan hati suaminya. Meskipun keakraban ini baru muncul semalam, tapi Hanum yakin Allah akan memberikan mereka waktu untuk bisa kembali berinteraksi selayaknya ayah dan anak.

...🎀🎀🎀🎀🎀🎀...

Hanum sengaja menyiapkan bekal roti isi dan cireng untuk di perjalanan nanti. Menurut informasi pihak travel penjemputan dilakukan jam 08:00 dan langsung berangkat ke Linggau. Kalau melihat jarak tempuh ke Linggau, diperkirakan sekitar 6-7 jam perjalanan normal. Belum sampai jam delapan, mobil travel sudah datang. Faisal segera pamitan pada anak dan istrinya. Faras dan Hanum bergantian mencium tangan Faisal dan mendoakan keselamatan di perjalanannya. Setelah mobil berjalan hingga ke ujung gang, Hanum dan Faras kembali masuk rumah. Rumah langsung terasa sepi, padahal selama ini Faisal juga jarang ikut nimbrung kegiatan Hanum. Mungkin karena tahu orangnya ada di kamar, jadi masih terasa kehadirannya. Sedangkan sekarang memang tidak ada raganya.

Siangnya Hanum disibukkan dengan orderan cireng dan roti goreng masing-masing 50 pcs untuk acara keluarga tetangganya malam nanti. Hanum dengan sehati menerimanya, meskipun dia harus dua kali kerja dengan nanti malam. Tak hentinya rasa syukur Hanum panjatkan atas kemudahan rejeki yang Allah berikan. Dengan dibantu oleh Faras, mereka fokus menyelesaikan kerjaannya sebelum Magrib. Sengaja dibuatnya agak mepet, biar bisa dinikmati dalam kondisi masih panas. Selesai Magrib baru Hanum menyiapkan untuk jualan besok. beruntungnya dia membumbui ayam suwirnya 2 kg langsung, jadi tidak perlu repot membuat lagi. Lelah itu pasti, tapi karena Hanum menjalaninya dengan ikhlas, rasa lelah itu seakan sirna.

"Bu, peluang untuk jualan di lingkungan sini agak susah ya. Pasti orang-orang suka dengan kue kita, hanya harganya yang menurut mereka mahal."

"Iya, karena mereka jajan itu standarnya Rp 1000, kalau kita mau ngikut standar mereka dengan tetap kualitas sekarang, pasti mini-mimi kuenya. Dikomplain lagi lah nantinya. Makanya Ibu hanya fokus ke kampus yang sudah jelas pembelinya. Dari sekian ribu mahasiswa, masa iya nggak ada yang jajan."

Tiba-tiba handphone Hanum berbunyi, Faras yang tangannya bersih segera mengambilnya.

"Dari Ayah Bu"

"Angkat saja, mungkin mau ngabarin sudah sampai di tempat Uwa Erwin."

"Halo, Assalamualaikum Yah"

"Wa'alaykumsalam. Lagi apa Nak? Bantuin Ibu bikin cireng ya?"

"Iya bantuin mempanir roti. Tadi kan ada pesanan juga, jadi buatnya 2 kali."

"Alhamdulillah. Semoga yang beli puas ya, biar lain waktu order lagi."

"Aamiin. Ayah sampai rumah Uwa Erwin jam berapa?"

"Tadi jam empat juga sudah sampai, tapi terus diajak Uwa ke tempat kerjanya. Ini baru pulang. Ya sudah bilangin sama Ibu ya Ayah sampai dengan selamat."

"Alhamdulillah. Ini juga di loud speaker kok, jadi Ibu ikut dengerin Ayah bicara."

"Oh begitu. Ya sudah Ayah tutup telponnya,kasihan Ibu lagi kerja nanti kemalaman. Assalamualaikum"

"Wa'alaykumsalam"

"Alhamdulillah Ayah sudah sampai dengan selamat. Kita doakan semoga Ayah bisa langsung dapat kerjaan dan lancar dalam mengerjakannya. Aamiin" ujar Hanum dengan nada yang penuh harapan.

"Faras selalu mendoakan yang terbaik untuk kita semua, dan yang paling penting Faras ingin segera menyelesaikan kuliahnya, agar bisa cepat mencari kerja juga"

"Insya Allah doa Ibu setiap malam juga untuk Faras tak dilupakan. Allah memiliki banyak cara untuk mewujudkan cita-cita Faras, jadi Faras juga jangan lelah terus berdoa. Percayalah pasti ada saatnya kamu bisa berkuliah meskipun uang Ayah dan Ibu belum cukup untuk membiayainya."

Obrolan -obrolan random pun mengisi percakapan keduanya, sampai tak terasa semua adonan cireng sudah selesai dibentuk. Waktu pun sudah mendekati tengah malam, dan mereka berdua memutuskan segera beristirahat, bersiap menyambut esok yang lebih baik lagi.

1
Nancy Nurwezia
ceritanya menarik..
Amelia Quil
Penulis hebat! Ceritanya bikin ketagihan! ❤️
Ida Nuraeni: Terimakasih kakak untuk apresiasinya🙏
total 1 replies
Ida Nuraeni
terima kasih kakak sudah mampir di karya saya
Dr DarkShimo
Gemes banget 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!