MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 2
"Jun kenapa kayak kesal gitu ?" tanya Daddy saat dalam perjalanan pulang. Ia melirik sang cucuk di sebelahnya.
"Jun kesal sama Dadda. Jun minta buat cari bunda, tapi gak mau. Dadda malah marah" jawab Jun dengan bibir manyunnya.
Daddy jadi bingung sendiri mendengar jawaban Jun. Pantas saja Elvin marah.
"Sebenarnya kenapa Jun tidak percaya kalau bunda meninggal? Jun sudah pernah ke kuburan bunda kan?"
"Soalnya bunda selalu panggil-panggil Jun saat tidur"
"Itukan mimpi. Kakek juga pernah seperti itu ketika ibu kakek meninggal. Ibu kakek sering ketemu kakek di mimpi karena kakek rindu. Begitu juga dengan Jun, Jun sedang rindu sama bunda" jelas Daddy.
"Tapi kenapa setiap bunda panggil Jun, bunda selalu minta tolong?"
Daddy diam, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia pun juga bingung. Jun yang melihat kakeknya hanya diam tidak bertanya lagi. Ia sudah tahu kakeknya tidak bisa menjawab.
Setibanya di rumah, Jun langsung turun dan berlari masuk ke dalam rumah. Ia melewati sang nenek yang menyambutnya.
"Kenapa dia?" tanya mommy pada Daddy.
"Biasa. Dia bermimpi bertemu Clara lagi"
"Hahfft.... Jun selalu bermimpi seperti itu. Itu tandanya apa ya dad?"
"Bukan tanda apa-apa. Itu hanya bunga tidur. Jun hanya rindu dengan bundanya "
"Tapi Jun kan tidak mengingat perlakuan Clara padanya. Wajahnya saja dia tidak ingat kalau bukan karena foto yang dia lihat "
"Entahlah mom. Biarkan saja Jun seperti itu, entar juga dia baik sendiri " Daddy berjalan ke kamarnya dan kemudian mommy menyusul.
...----------------...
Sementara itu di rumah makan ayah, terlihat Anggitha membantu ayahnya meladeni pelanggan.
"Mau pesan apa lagi?" tanya Anggitha pada pelanggan.
"Tidak ada, itu saja"
"Baiklah, tunggu sebentar ya mbak" Anggitha memberikan catatan pesanan pada karyawan ayahnya agar membuat pesanan tersebut.
"Gita, istirahatlah dulu nak. Apa kamu tidak lelah baru pulang dari mengajar kamu langsung membantu ayah di sini ?"
"Hanya membantu menulis pesanan, itu tidak melelahkan, ayah"
"Ayah mengerti, tapi jangan di paksakan oke?"
"Iya. Oh ya, Gita mau ketemu Jun nanti. Rencananya Gita mau membawakannya bakso, gak pa-pa ya, Yah"
"Sekarang saja bagaimana ? Ayah antar ya?"
"Gak usah ayah. Gita bisa naik taxi. Kecuali kalau ayah mau ketemu cucu ayah"
"Yaudahlah, ayah jadi rindu cucu ayah. Ayah siapkan bakso dulu buat kita bawa"
"Gita bantu" Gita membantu sang ayah menyiapkan bakso untuk mereka bawa ke rumah Pradipta.
Setelah semuanya siapa, ayah dan Gita pergi ke rumah Pradipta. Setelah menempuh beberapa menit mereka akhirnya sampai.
"Kalian tidak mengabari kalau mau datang" ucap mommy sembari duduk di sofa ruang tamu setelah mendapatkan informasi dari Art jika orang tua dan kakaknya Clara datang.
"Emang gak di rencanain, Tante. Aku mau bertemu Jun, sekalian bawain dia bakso" ucap Gita.
"Jun ada di kamarnya. Kamu ke atas lah, dari tadi dia belum keluar. Marah dia"
"Marah kenapa, tan?"
"Seperti biasa"
"Ouuu... yaudah aku ke atas dulu" Gita bangkit dan pergi ke kamar Jun. Tidak lupa ia membawa semangkuk bakso untuk keponakannya itu.
"Jun, ini aunty Gita. Aunty boleh masuk gak?" ucap Gita di depan pintu.
"Iya" sahut Jun dari dalam.
Gita masuk. Ia melihat Jun sedang duduk menghadap ke jendela kamarnya.
"Jun kenapa? Aunty bawa bakso kakek Joseph loh, Jun mau gak?"
"Jun gak lapar aunty " ucap Jun dengan masih menatap keluar jendela.
Gita berjalan mendekatinya dan berjongkok di hadapannya. Ia bisa melihat ada jejak air mata di mata Jun.
"Jun kenapa? Kok nangis?" tanya Gita pelan.
Jun menggeleng pelan, ia tidak ingin menceritakannya, namun ia tiba-tiba menangis. Anak kecil seperti Jun tentu saja akan mudah emosional ketika ada seseorang yang perhatian dengannya.
"Heii....kok nangis sih? Jun kenapa? Coba cerita sama aunty" Gita berusaha berbicara dengan sangat lembut agar Jun bisa terbuka dengannya.
"Tidak. Jun tidak pa-pa, ty" ia memaksa air matanya untuk berhenti. Ia menghapus air matanya menggunakan bajunya.
"Emm ...Jun mau makan baksonya" Jun sengaja mengalihkan pertanyaan sang Aunty.
"Ohh..iya" Gita mengambil mangkuk baksonya yng ada di meja belajar Jun.
"Mau aunty suapi ?"
"Tidak. Jun bisa sendiri " ia mengambil mangkuk itu dan menaruhnya di atas pahanya, lalu memakan baksonya.
Gita diam memperhatikan Jun yang sedang makan. Ia tahu ada sesuatu yang Jun sembunyikan. Walaupun Tante sudah mengatakan jika Jun marah sebab mencari Bundanya, tapi ia yakin ada hal lain yang Jun pikirkan hingga dia sampai menangis seperti itu. Jun bahkan tidak ingin memberitahunya.
"Kalau Jun ada masalah biar itu di sekolah, Jun harus berbagi agar hati Jun merasa lebih baik" ucap Gita.
"Jun gak punya masalah apapun kok, ty. Jun hanya rindu bunda" ucap Jun.
Gita sebenarnya heran kenapa Jun bisa merasakan rindu pada bundanya padahal dia tidak pernah bertemu dengan bundanya. Jun seakan baru di tinggal oleh Clara, padahal Clara meninggalkan sudah 10 tahun yang lalu, yang mana Jun masih berumur satu tahun.
Jun belum tentu ingat seperti apa wajah Clara dan ketika bermain dengannya.
"Jun rindu perhatian bunda. Hanya bunda yang mengerti Jun. Dadda tidak mengerti Jun sama sekali. Dadda suka marah-marah. Gak ada yang perhatian sama Jun " ucap Jun. Matanya terlihat berkaca-kaca.
Gita semakin dibuat bingung dengan perkataan Jun. Perhatian Clara saat itu bahkan Jun belum mengerti apa-apa.
"Apa Jun masih mengingat saat bersama bunda dulu ?" tanya Gita
"Iya. Jun ingat ketika bunda suapi, temani bermain. Jun lebih rindu senyuman bunda. Senyuman bunda sangat membuat hati Jun tenang"
Mendengar perkataan Jun sebenarnya tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin anak umur satu tahun mengingat semua itu.
"Aunty tidak percaya ya?" ucap Jun. Ia melihat raut wajah sang aunty mengerut.
"Ahh..tidak. Aunty percaya "
Melihat Jun kembali melanjutkan makannya, ia menatap sekeliling kamar Jun yang terdapat foto Clara dan Elvin yang sedang menggendong Jun kecil.
Saat keduanya tengah diam, Elvin tiba-tiba masuk dan memanggil Jun.
"Jun"
Jun menoleh sekilas, kemudian kembali memakan baksonya.
"Baru pulang ya, El?" tanya Gita basa-basi.
"Ya" jawab Elvin dengan raut wajah tak suka. Ia tidak suka ada orang lain yang memanggilnya El, hanya sang istri yang boleh memanggilnya seperti itu.
"Bisa tinggalkan aku dengan Jun, kak?" ucap Elvin.
"Eh...iya" Gita bangkit dan keluar dari kamar.
"Kenapa ayah pulang ke sini ? " tanya Jun cuek. Selama ini Elvin memang tidak tinggal di rumah orang tuanya selama 1 tahun terakhir. Ia tinggal di apartment yang ada di dekat kantor.
Mendengar perkataan putranya, Elvin menghela nafas. "Maafin Dadda. Dadda gak bermaksud marahin Jun tadi. Dadda sedang lelah dan Jun tiba-tiba meminta hal yang tidak bisa Dadda berikan___
"Jun boleh minta apapun pada Dadda, tapi jangan meminta untuk mencari bunda. Dadda sedih, Dadda gak bisa apa-apa. Dadda juga udah berusaha mencari bunda, Jun, tapi kenyataan seperti itu. Bunda udah meninggal. Wanita yang Dadda kuburkan 10 tahun yang lalu adalah bunda" ucap Elvin dengan mata yang berkaca-kaca.
Jun yang melihat Dadda-nya menangis ikut nangis. Ia menyimpan mangkuk baksonya di lantai dan langsung memeluk Dadda-nya.
"Maaf, Jun buat Dadda sedih"
"Dadda juga rindu bunda, Jun. Sangat rindu, tapi Dadda tidak bisa apa-apa "
Jun tidak lagi membalas perkataan Dadda-nya. Ia diam dengan menenggelamkan wajahnya di bahu Dadda. Kedua pria berbeda usia itu saling memeluk dengan perasaan sedih mereka. Sama-sama rindu wanita yang sangat mereka cintai.
"Dadda menginap disini kan?" tanya Jun.
"Iya, Dadda menginap. Kita tidur bersama oke?"
"Iya. Jun rindu tidur sama Dadda "
Elvin tersenyum kecil mendengarnya. Ia merasa bersalah karena mengabaikan Jun . Ia terlalu fokus dengan kerjaannya dan menganggap Jun aman bersama kedua orang tuanya dan juga adiknya.
.
.
NEXT
smga Elvin menolak perjodohan nya.