Ditaklukkan Gadis Tengil

Zafa langsung mengajak Star pulang saat ponselnya bergetar. Dia melihat pesan dari ibunya yang mengatakan semuanya sudah siap.

Zafa tersenyum tipis. Dia berpamitan pada kelima temannya, meski ke lima orang temannya merasa keberatan, karena Zafa memang jarang sekali bisa ikut berkumpul.

Selama dalam perjalanan Star memejamkan matanya, Dia sangat lapar dan mengantuk. Dia tak mau menagih makan pada Zafa karena tak ingin dikira tak tahu malu.

Setibanya di depan mansionnya, Zafa menepuk paha Star dengan pelan.

"Hai putri tidur. Bangunlah," bisik Zafa di telinga Star. Star membuka matanya dengan malas.

"Dongeng putri tidur itu dibangunkan dengan sebuah ciuman bukan bisikan, Sayang," protes Star.

Tanpa banyak bicara, Zafa langsung melu*mat bibir Star yang terbuka. Star langsung membelalak. Zafa menekan tengkuk Star untuk memperdalam ciuman mereka.

Zafa mulai merasa bibir Star seperti candu untuknya. Dia melepas ciumannya dan lalu tersenyum tipis.

"Aku suka bibirmu. Manis." Zafa mengusap bibir Star yang sedikit membengkak karena ulahnya.

Keduanya lalu turun dari mobil. Star menjadi malu-malu karena ucapan Zafa barusan. Sikap tengil dan barbarnya seketika hilang. Dia termakan dengan gombalan receh Zafa.

"Apa ada tamu? Kenapa banyak mobil di sini?"

"Kau akan tahu setelah masuk ke dalam."

Zafa kembali menggandeng tangan Star melewati samping rumah. Star takjub melihat lampu berkerlip di taman belakang, tanpa sadar Star tersenyum.

"Ini indah sekali," ucap Star. Lalu tanpa dia duga tiba-tiba ....

"SURPRISE!!" Star seketika menoleh, dia kaget melihat keluarga Zafa semua ada di sana dan mata Star langsung berkaca-kaca saat melihat pamannya.

"Uncle." Star berlari dan memeluk pamannya.

"Oh gadis nakalku. Kau benar-benar membuat uncle kehabisan kata-kata. Jangan nakal lagi dan menurutlah pada Zafa."

"Itu pasti uncle. Aku harap uncle akan terus di sini. Aku khawatir terjadi hal yang buruk pada uncle. Aku hampir gila saat mendengar uncle kecelakaan dan kondisi uncle sangat parah. Beruntung Zafa langsung mencaritahu ke rumah sakit."

"Semalam uncle didatangi sekawanan perampok, tapi mereka hanya memukuli uncle dan mengambil ponsel uncle saja."

Zafa mendekat ke arah Lionel. Dia menyalami pria itu dengan sopan. "Terima kasih sudah menyelamatkan aku dan keponakanku."

"Sama-sama."

Zafa lalu mengajak Star berkenalan dengan semua anggota keluarganya. Gerry bahkan mengajak mamanya ke sana karena pernikahan Zafa akan diadakan di sana. Sementara di Indonesia, tidak mungkin jika Gerry menitipkan mamanya pada Dino dan Sasa.

"Ini nenekku."

"Halo o_ma." Star tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Arini. Dia memakai bahasa Indonesia untuk menyapa nenek Zafa itu.

"Halo sayang, Kau sangat cantik." Arini menyentuh wajah Star dan membelai pipi gadis itu.

Setelah saling menyapa dan berkenalan, Mereka semua langsung menduduki tempat yang sudah di siapkan oleh Dian tadi.

"Kenapa kita seperti di restoran? Konsep apa yang sebenarnya kau ambil?" tanya Star berbisik, Dia sedikit heran dengan penataan tempat itu. Di mana keluarga Zafa dan Lionel duduk di satu kelompok meja besar. Sedangkan Zafa dan Star sendiri duduk di kursi terpisah.

Zafa menghela napas panjang. Sebenarnya memang bukan begini konsep yang dia inginkan, tapi saudaranya semua sepertinya memang ingin mengerjainya.

"Lain kali akan aku siapkan sendiri. Ini juga di luar ekspektasiku," kata Zafa tertegun menatap keluarganya berkumpul.

Adik-adiknya semua tersenyum menyebalkan ke arah Zafa. Zafa mengambil air putih yang ada di meja dan meneguknya. Dia merasa sedikit canggung ketika harus berbicara di depan semuanya.

"EHEM ... " Zafa sejenak berdiri dan menarik napas. "Aku tidak menyangka setelah sekian lama kita akhirnya bisa berkumpul lagi di sini. Hari ini, aku ingin mengutarakan niatku untuk menjadikan Star sebagai istriku. Ku harap kalian semua mau mendoakanku."

...****************...