Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ku tak akan terjebak dalam rasa sakit
Adiba terbangun tepat saat samar-samar terdengar suara merdu azan subuh di masjid terdekat pinggiran ibukota.
Adiba mencoba mengumpulkan kesadaran nya dan mengerjabkan matanya berusaha menyesuaikan retinanya cahaya temaram lampu tidur,ia merasakan sesuatu menimpa tubuhnya,terasa berat di bagian perutnya.
Adiba melihat ke bagian perutnya,sebuah tangan kekar tengah memeluk nya posesif,hampir saja ia berteriak,namun secepatnya ia tahan dengan cara membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangannya, merasakan hembusan nafas teratur di atas kepalanya membuat ia mendongak.
Adiba terpaku saat menatap wajah tampan Abizar yang berada tepat di puncak kepala nya,seakan tengah mengecup puncak kepalanya, jantung Adiba terasa berdetak diatas batas kewajaran,ia baru menyadari saat ini dirinya tengah tidur sambil berpelukan dengan pria yang berstatus suaminya,namun menganggap nya sebatas wanita simpanan.
' Sadar Diba,bangun lah dari angan mu yang bermimpi berharap dengan pernikahan ini,ku tak akan lagi terjebak dalam rasa sakit ini,segera selesaikan dan akhiri ' batin Adiba berbisik pada diri nya sendiri.
Dengan sangat hati-hati Adiba memindahkan tangan Abi yang melingkar di atas perutnya,lalu ia bergeser secara perlahan dan turun dari ranjang,Adiba meraih tasnya yang ternyata sudah terletak di atas meja sofa,mungkin asisten pribadi Abi yang mengantarkan tas nya ke kamar itu dan menyerahkan nya pada Abi.
Adiba harus segera meninggalkan kamar Abi,ia harus melaksanakan kewajiban dua rakaat nya,tapi ia tak membawa perlengkapan shalat nya, dengan terpaksa Adiba menyusuri villa,mencari bik inem yang dipekerjakan oleh Abi di villa itu.
" Non cantik sudah bangun?" tanya bik inem yang kebetulan baru saja keluar dari kamar nya,membuat Adiba ter lonjak kaget.
" Astaghfirullah... i-ya bu,anu boleh saya pinjam perlengkapan shalat bu? Semalam saya tidak sempat membawanya"
Bik inem mengangguk cepat seraya tersenyum manis" boleh atuh non, tunggu sebentar ya,bibi ambilkan " jawab bik inem sopan dan segera meninggalkan dapur menuju kamar nya dengan langkah cepat.
Adiba mengaguk ,ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan di dapur villa itu, matanya memindai seisi villa,ternyata sangat mewah,indah, elegan,itulah yang ia lihat,dan ia baru menyadarinya pagi ini,setelah puluhan kali ia datang ke villa itu.
" Ini non" bik inem menyerahkan sebuah bungkusan yang berisikan perlengkapan shalat pada Adiba, terlihat masih baru.
" Apa ga ada yang lain aja bu? Ini masih baru,ibu saja belum memakai nya,saya pinjam yang biasa ibu pakai saja" ucap Adiba tak enak,masak ia yang lebih dulu memakai sesuatu milik orang lain, sedangkan orang nya saja belum pernah memakai nya,rasanya begitu sungkan.
Bik inem tersenyum lembut" sebenarnya ini punya non cantik,tuan muda yang menyiapkan nya,baru kemarin di antarkan oleh kurir,tapi bibi lupa belum menata nya di ruang ganti kamar non" ucap bik inem apa adanya.
" Terimakasih bu ,tapi saya hanya akan meminjam nya saja" ucap Adiba yakin,ia tak ingin berhutang Budi pada Abizar,cukup bayaran yang Abizar berikan atas tubuhnya,tidak perlu yang lain lagi.
Bik inem mengangguk patuh,apa lagi yang bisa beliau lakukan,status beliau di villa itu hanyalah seorang pelayan,dan tak punya hak untuk mengatakan apapun selain masalah pekerjaan nya.
Adiba memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu baru melakukan ibadah shalat subuh,ia harus segera kembali ke rumah nya, berganti pakaian segera ke FG hospital,hari ini adalah hari pertama ia bertugas pagi sebagai dokter magang.
Tiga puluh menit kemudian Adiba sudah selesai dan keluar dari kamar,tak lupa ia membawa paperbag yang berisikan perlengkapan shalat untuk ia serahkan kembali pada bik inem.
" Bu.." panggil Adiba lembut seperti biasanya.
"Ia non" jawab bik inem segera membalikkan badannya menatap Adiba yang berdiri di dekat kitchen set, berseberangan dengan bik inem yang terlihat tengah melakukan sesuatu di dapur.
" Ini yang tadi saya pinjam tadi ya Bu, terimakasih banyak,saya akan pulang" Adiba tersenyum lembut.
Bik inem terdiam,beliau bingung apa yang harus beliau katakan pada wanita muda yang sebenarnya berstatus sebagai nyonya rumah itu.
" Apa non tidak sarapan dulu? Kasian tuan muda sarapan sendirian" walaupun sangat berat,terpaksa wanita paruh baya itu mengucapkan kata-kata itu,apapun resikonya beliau akan hadapi, karena beliau berharap dengan sangat,wanita di hadapannya inilah yang akan terus menjadi pendamping hidup tuan mudanya.
Adiba tersenyum sangat lembut" Tidak bu, terimakasih atas tawaran nya,dan maaf..ojek pesanan saya sudah menunggu di depan,dan ya.. tolong buatkan perasaan lemon hangat untuk tuan muda ya Bi, sepertinya semalam beliau mengkonsumsi alkohol, perasan lemon bisa sedikit mengurangi pengar karena efek alkohol" masih dengan wajah tersenyum lembut Adiba menyampaikan pesannya pada bik inem.
" Saya permisi.. assalamualaikum" ucap Adiba lembut.
" Waalaikumsalam " jawab bik inem, matanya menatap punggung Adiba yang terus menjauh dan menghilang di balik pembatas dapur dan ruang tengah.
Di kamar Abizar baru saja terbangun dari tidurnya,ia mengerjabkan matanya menggeliat mencoba menyesuaikan retinanya dengan cahaya sekitar,tangan nya memijat pelipisnya yang terasa pusing akibat alkohol.
Sssh...desis nya pelan, setelahnya ia tersadar mencari seseorang,ia ingat semalam tidurnya begitu nyenyak seraya mendekap tubuh ramping Adiba, Matanya memindai mencari sosok yang entah kenapa ia harapkan masih berada di kamar itu,dan menjadi orang pertama yang ia lihat di pagi nya.
Namun ia harus merasa kecewa saat hingga beberapa menit orang yang ia harapkan muncul tapi tak terlihat,Abizar menghembuskan nafasnya dalam-dalam dan mulai turun dari ranjang,menuju kamar mandi, ia segera membersihkan dirinya dan berpakaian rapi dan segera ke kantor,begitu banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan,dan juga ia harus menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kepulangan kedua orang tuanya dari perawatan mereka di luar negeri.
" Tuan sudah bangun,ini perasaan lemon hangat,non cantik bilang ini bisa mengurangi pengaruh alkohol" ucap bik inem saat melihat tuan mudanya datang.
" Siapa bik?" tanya Abizar,ia ingin memastikan pendengaran nya.
" Ini non cantik yang meminta pada bibik untuk membuat perasan lemon untuk tuan,kata non cantik tuan mabuk semalam" bik inem segera menjelaskan pada Abizar.
" Dia dimana bik?" tanya Abizar masih berharap keberadaan Adiba di villa nya.
" Non cantik sudah pergi tuan, pagi-pagi sekali tadi, setelah shalat subuh, katanya di jemput ojek langganan nya" bik Nur menjelaskan lagi.
Abizar tak lagi mengatakan apapun,ia segera meminum perasaan lemon hangat dari bik inem dengan satu kali tegukan.
" Saya sarapan di kantor bik" ucap nya setelah meletakkan gelas di tangan nya ke atas meja makan.
Bik inem yang tengah membereskan perlengkapan memasak,seketika menghentikan kegiatan tangan nya.
Abizar meninggalkan ruang makan yang menyatu dengan dapur itu, sedangkan bik inem lagi-lagi hanya bisa menatap punggung majikan nya itu' suami istri kok bisa sama ya? sama-sama keras kepala, gengsian,jadi apa coba nantinya ' gumamnya heran.
" Siapa yang keras kepala buk?" tanya seseorang membuat bik inem ter lonjak kaget.
" Astaghfirullah..bapak..bikin kaget aja sih" omel bik inem geram.
" Bapak mau ambil sarapan, sekalian untuk yang lain juga" ucap pak Samsul,suami bik inem yang bertugas sebagai supir sekaligus mengurus taman,Abizar mempekerjakan sekitar sepuluh orang di villa nya,sisanya bertugas sebagai keamanan.
" Itu yang di meja makan,bapak bawa aja semua,pindahin dulu ke rantang biar enak bapak bawa nya ke pos depan" para laki-laki menang selalu makan bersama di pos penjagaan depan,agar siapa saja yang bertugas berjaga bisa makan bersama yang lain.
" Loh kok yang itu buk? " tanya mang Samsul heran, karena yang berada di atas meja itu adalah menu yang di sajikan untuk sang majikan.
" Ia ..tuan muda dan non cantik pada ga sarapan,pasangan aneh itu pak" jawab bik inem heran.
" Anak muda jaman sekarang emang aneh-aneh buk,ada yang ga punya malu,ada yang kegedean gengsi,kalau tuan muda sama non cantik itu kurang komunikasi, makanya pada mau bilang suka aja susah " ucap mang Samsul santai.
Bik inem mengangguk menyetujui ucapan suaminya,seraya tangan cekatan memindahkan menu yang tersaji di atas meja ke dalam rantang,dan menambahkan dengan beberapa menu lainnya,menu yang memang sudah ia siapkan untuk suaminya dan para pekerja lainnya, mereka di villa itu layaknya keluarga.
ttp smngat thor buat lnjut critanya.
snenng bnget bacany..
ku sllalu mnunggu upny kak ehehe