Brielle dibuang keluarganya saat masih bayi dan ditemukan kembali setelah bertahun-tahun, namun diperlakukan sangat buruk. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah rahasia besar dibalik alasan dia dibuang sejak bayi. Dia bahkan dibenci oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Mereka lebih menyayangi anak angkat yang licik dan manipulatif.
Untuk meluapkan kebencian mereka, saudara laki-lakinya sengaja menyertakan Brielle dalam sebuah program televisi untuk menyingkirkannya. Dalam variety show yang disiarkan secara langsung, para tamu kehilangan kontak dengan tim program. Perla yang terkenal sebagai selebriti yang baik hati dan lemah lembut mencoba untuk mengisolasi Brielle Camelia.
Saat menghadapi pengganggu, Brielle menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Ia melepaskan diri di dalam hutan, mengaum bak singa, mengguncang akar pohon yang merambat, merangkak, mencuri pisang dari monyet, memukuli setiap hewan yang ditemuinya. Namun dia tidak tahu bahwa hutan itu penuh dengan kamera tersembunyi. Segala sesuatu yang terjadi di hutan direkam oleh kamera dan disiarkan secara langsung.
Brielle membalas semua perlakuan buruk keluarganya dan bahkan menghancurkan mereka dengan cara yang luar biasa. Seorang pria tampan dan kaya, ternyata selalu mendukungnya di balik layar. Bagaimanakah kisah akhir Brielle? Rahasia apa yang ditemukannya? Akankah dia memiliki akhir yang indah dan menemukan cinta sejati setelah dendamnya terbalaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32.
Sementara didalam hutan, Brielle terus berjalan semakin dalam. Dia melihat beberapa ekor ayam dan kelinci tapi dia tidak buru-buru menangkapnya. Dia hanya akan menangkap satu ekor ketika dia keluar dari hutan nanti. Dia ingin mencari buah-buahan liar didalam hutan.
Gerombolan monyet yang menyerangnya biasanya tinggal diatas gunung dan didalam hutan yang lebat. Biasanya monyet-monyet itu tidak tinggal sendirian. Brielle yakin ada gunung dibalik hutan belantara ini.
Dia mengamati gerombolan monyet yang berlari dan mengikuti mereka. Dia ingin mencoba jika dia bisa melewati hutan belantara itu dan menemukan gunung.
Sekitar satu setengah jam kemudian, akhirnya dia berhasil melewati hutan dan melihat gunug dibalik hutan. Brielle menatap kearah gunung dan melihat segerombolan monyet. Ketika gerombolan monyet melihat Brielle, mereka menjerit ketakutan dan bergegas berlari kearah gunung.
“Apa aku menakuti kalian ya?” ujar Brielle menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Kalau mereka tidak menggangguku, aku juga tidak akan memukuli mereka. Kenapa mereka melarikan diri? Apa mereka ketakutan melihatku?”
Brielle mulai mendaki gunung dan dia menemukan buah anggur. Dia mengambil buah anggur dan memakannya sambil menikmati pemandangan dari atas gunung. Pemandangan disana sungguh indah, udaranya segar. Setelah selesai makan anggur, dia melanjutkan perjalanan mengelilingi gunung.
Dia melihat pohon buah persimon. Dia memanjat pohon buah persimon dan memetik beberapa buah. Setelah itu dia menemukan buah liar yang bisa dimakan, dia mengambil beberapa untuk persediaan.
Brielle menghabiskan seharian mengelilingi gunung. Raja monyet mengirim beberapa ekor monyet untuk memata-matai Brielle.
Raja monyet khawatir jika Brielle mengambil alih wilayahnya. Brielle merasa enggan untuk kembali, dia ingin melihat bintang dari atas gunung. Dia masih ingin menjelajahi sekitar gunung itu karena pemandangan dimalam hari lebih indah. Tapi dia tidak menemukan air digunung, dia tidak bisa mandi dan minum.
Setelah mendaki gunung seharian, tubuhnya berkeringat dan terasa lengket. Dia tidak tahan jika tak mandi. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali, dalam perjalan pulang dia menangkap seekor kelinci.
Ketika dia tiba di tempatnya semula, dia melihat Perla dan yang lainnya sedang duduk disana. Mereka tidak punya makanan apapun.
Setelah seharian mereka masih belum menemukan apapun. Mereka terlihat ketakutan, pakaian mereka berantakan dan rambut kusut. Jordan terlihat lebih parah. Kemeja putihnya dipenuhi bercak darah dan wajahnya tergores. Ekspresi wajahnya kosong dan terlihat kehilangan semangat hidup.
Sepertinya mereka baru saja mengalami sesuatu yang buruk. Brielle tidak tahu apa yang terjadi pada mereka dan dia tidak peduli. Dia membawa kelinci ke sungai untuk dibersihkan. Perla mengambil batu lalu melempar Brielle. Untungnya Brielle menunduk dan batu itu terlempar ke sungai.
Brielle mengambil sebuah batu dan melempar Perla. Batu itu tepat mengenai Perla, “Ahhhhhhh!” dia menjerit kesakitan dan lengannya bengkak. Dia menatap Brielle dengan marah dan berteriak, “Brielle, kau sengaja melemparku dengan batu? Jahat sekali kau! Aku bersumpah kau akan mati menderita!”
“Kau duluan yang melemparku pakai batu. Siapa yang mulai duluan? Makanya aku balas melemparmu! Kemana otak dungumu, hah?” teriak Brielle mendengus sinis pada Perla.
Perla sangat marah, “Aku tidak berhasil melemparmu tapi kau melemparku dan mengenai tanganku. Tanganku sakit sekali, lihatlah! Aku tidak bisa menggerakkan tanganku!”
“Heh, batu itu tidak mengenaiku karena aku menunduk. Kau yang melemparku duluan, saat aku melemparmu kenapa kau tidak menunduk? Kau memang tidak berguna, kau pantas dilempari batu! Beruntung aku melemparmu pakai batu kecil.” sahut Brielle.
Sekujur tubuh Perla gemetar saking marahnya dan menatap tajam Brielle. “Batu yang kulempar tidak mengenaimu dan kau baik-baik saja. Siapa diantara kita yang menderita sekarang?”
“Kau menggangu gerombolan monyet itu dan mereka datang membalas dendam pada kami. Monyet sialan itu menggaruk wajah kami dan melempari kami. Lihat rambutku sampai berantakan. Semua ini salahmu!” ujar Perla lagi. Meskipun yang lainnya tidak bicara, namun ekspresi mereka cukup buruk.
Brielle terdiam. Jadi mereka dalam kondisi seperti itu gara-gara serangan para monyet? Bagus! Bagus sekali! Brielle tak bisa menahan senyum dan berkata, “Kenapa kau tidak balas memukuli monyet itu? Dasar sampah! Kau pantas dipukuli monyet!”
“Kau……” Perla sangat marah hingga dadanya naik turun.
Brielle menatapnya dingin, “Terus saja kau bicara omong kosong, aku akan memanggil gerombolan monyet itu lagi untuk menghajarmu!”
Mendengar perkataan Brielle sontak membuat Perla terdiam. Gerombolan monyet itu memukuli mereka hingga kesakitan. Mereka diserang habis-habisan, Perla tidak mau bertemu lagi dengan gerombolan monyet sialan itu!
Setelah selesai membersihkan daging kelinci, Brielle mengambil ranting dan menyalakan api lalu dia mulai memanggang daging kelinci. Kelima orang itu menatap daging panggang dengan perut keroncongan. Namun mereka tidak berani mendekati Brielle untuk mencuri makanannya.
Perla menyikut lengan Jordan dan berkata padanya, “Bang Jordan, aku lapar sekali. Pergilah dan bicara dengan Brielle. Minta dia agar memberikan kita sedikit makanan. Aku tidak tahan lagi….”
Jordan tersenyum pahit dan tampak tak berdaya, “Sia-sia saja bicara dengannya. Dia tidak akan memberikan makanan sedikitpun pada kita…..uhukkkk….uhukkkk….”
Perla mencium aroma wangi yang menguar diudara dan menelan ludahnya. “Bang Jordan, seandainya kau bisa menangkap hewan buruan untuk dimakan, kita tidak akan kelaparan….”
Jordan berbaring di tanah dan memandang ke langit dengan tatapan kosong. Ketika mereka bertemu gerombolan monyet di hutan, Perla langsung bersembunyi dibelakangnya dan sengaja mendorong Jordan ke depan. Perla bahkan melepaskan kemeja Jordan untuk menutupi kepala dan wajahnya.
Jordan menjadi bulan-bulanan para monyet itu. Sekujur tubuhnya tergores dan dipenuhi darah. Namun Perla sama sekali tidak peduli padanya. Dia terus saja merutuki Brielle, menyalahkan Brielle karena menggangu gerombolan monyet itu yang mengakibatkan mereka diserang habis-habisan.
Perla tidak menyadari kesalahannya, dia menggunakan Jordan sebagai perisainya untuk melindungi diri dan membiarknnya dihajar monyet. Jordan merasa kepalanya pusing dan tidak tahu apakah dia lapar atau lukanya terinfeksi. Dia sudah tidak mau banyak berpikir lagi dan terlalu lelah.
Perla tidak menyadari sikap Jordan yang tak seperti biasanya. Ketiga orang lainnya juga tidak menyadari perubahan Jordan. Seluruh perhatian mereka terfokus pada Brielle. Ketika Brielle menyantap daging kelinci panggang, Perla melihat Brielle mengunyah dan tanpa sadar dia pun ikut mengunyah.
Perla tak menyadari kalau suara kunyahannya terdengar sehingga membuat Brielle berhenti makan dan menoleh padanya, “Apa aroma udara disini enak?”
Perla merasa malu membuat wajahnya berubah memerah. Dia menggertakkan gigi dan berkata, “Jangan sombong! Setelah kita keluar dari sini, aku akan memberimu pelajaran! Lihat saja nanti!”
Selesai bicara, Perla langsung bangkit berdiri dan hendak pergi dari sana. Dia tidak mau jadi bahan ejekan Brielle. Dia belum makan selama beberapa hari ketika dia bangkit berdiri, matanya langsung menggelap dan dia langsung terjatuh. Dia baru tersadar setelah sekian lama dan membuatnya tambah marah.
apa su tdk ad klanjutanya🤔🤔🤔