Ini adalah kisah perjalanan seorang mafia italia yang bernama Ken dari keluarga Gatto salah satu keluarga mafia kelas kakap yang ada di italia,lika liku kehidupan gelap mafia ia jalani menjadi mesin pembunuh terbaik di keluarga Gatto,awal mula ketika ia diculik oleh sindikat perdagangan manusia di korea dan ia dibawa ke italia untuk dijadikan pekerja paksa namun siapa sangka ketika ia mencoba kabur dari sindikat tersebut ia bertemu dengan bos mafia di sana.Ken pun menjadi anak angkat bos mafia yang bernama Emilio itu.ia disekolahkan dan didik menjadi mesin pembunuh yang kejam hingga tidak ada satupun di dunia mereka yang tidak mengenal seorang Ken,orang yang kejam,berdarah dingin,diskriminatif dan berani itu menjadi pembunuh nomor satu di italia,bahkan namanya tidak hanya terkenal di keluarga mafia yang ada di italia saja,keluarga keluarga mafia dari berbagai belahan dunia mengenal baik nama seorang Ken
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gatto Pieno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Pasukan tentara bayaran itu telah memasuki dataran Eropa. Mereka mulai mempersiapkan persenjataan mereka. Misi kali ini cukup membakar adrenalin mereka, bagaimanapun juga mereka pernah melawan targetnya itu, terutama sang kapten yang pernah dibuat tak berkutik di hadapan targetnya itu.
"Kapten, apa kita harus terang-terangan memburu target kita itu?" tanya salah satu anggota tentara bayaran itu.
"Kali ini kita harus berhati-hati, target kita kali ini bukan orang yang mudah disepelekan," sang kapten memberi arahan kepada anak buahnya.
"Jadi bagaimana rencana kita, Kapten?" anggota itu menatap sang kapten yang sedang berpikir.
"Kita kan menyerang mereka malam ini, dimulai dari gedung utama mereka. Menurut informan yang menyewa kita, hanya ada dua orang yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, dan sisanya hanya para bawahan biasa," sang kapten menunjukkan denah gedung utama markas keluarga Gatto.
Ketika malam hari tiba, tentara bayaran itu mulai melancarkan aksi mereka. Tapi betapa terkejutnya mereka ketika sampai di sana, ternyata gedung yang begitu megah itu tampak kosong tanpa ada penjagaan sedikitpun.
"Jangan-jangan kita dijebak, Kapten," pasukan tentara itu sedikit panik.
"Kita jangan gentar sedikit pun. Bagaimanapun juga, kita adalah pasukan terbaik yang pernah ada," sang kapten mencoba mengembalikan lagi mental juang anak buahnya itu.
Mereka mulai berpencar dan masuk ke gedung utama dari berbagai arah. Dua anggota tentara bayaran itu masuk dari gerbang barat, dua orang anggota lainnya masuk dari gerbang timur, dan sang kapten beserta satu anggotanya masuk dari gerbang utama gedung itu. Seluruh gedung telah mereka susuri namun tidak menemukan satu pun orang di dalamnya. Seluruh keadaan gedung gelap gulita, sunyi tak ada pergerakan manusia sedikit pun.
"Seluruh gedung ini kosong, Kapten. Tapi aku melihat hanya ada satu ruangan yang lampunya menyala," lapor salah satu anggota tentara bayaran itu.
"Kita ke sana sekarang," jawab sang kapten.
Mereka langsung menuju ke ruangan itu. Dalam keadaan gelap gulita itu, perlahan mereka mulai membuka pintu satu persatu. Satu pintu telah mereka lewati, tiba-tiba saja...
"Kapten, 004 menghilang," lapor salah satu anggota itu sedikit panik.
"Kita lanjutkan penyergapan, mungkin saja ia tersasar karena kondisi gelap ini," jawab sang kapten.
Mereka tetap melanjutkan pergi ke ruangan itu. Sang kapten yang memimpin di depan tampak berhati-hati melewati lorong-lorong yang gelap itu. Ketika mereka melewati pintu lain...
"Apa kondisi di belakang aman?" sang kapten bertanya.
Tidak ada jawaban sama sekali dari anggotanya. Ia lalu menengok ke belakang dan terkejut saat melihat seluruh anggotanya itu menghilang.
"Sial, sepertinya aku dijebak. Tapi aku tidak bisa berhenti di sini, aku harus melanjutkannya sendiri," sang kapten bergumam di dalam hatinya.
Ketika ia sampai di depan ruangan itu, ia perlahan membuka pintu, dan melihat di sana Ken sedang duduk membelakanginya. Ia pun langsung mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke Ken.
"Rupanya kau sudah datang, Kapten," Ken menyapa masih membelakangi sang kapten.
Mendengar dirinya disapa, sang kapten sedikit terkejut. Ia mulai merasakan ada yang tidak beres di sini.
"Kau tahu, Kapten, kau salah memilih target. Seorang anak ayam seharusnya tidak boleh menargetkan ular," Ken berbicara dan mulai berdiri menghadap sang kapten.
"Silakan duduk, Kapten. Kau tidak perlu sungkan, anggap saja rumah sendiri," Ken mempersilakan sang kapten duduk di sofa tamu yang ada di ruangannya.
"Tampaknya kau sangat meremehkanku, bocah," sang kapten terlihat kesal pada Ken.
"Aku bukan meremehkanmu, aku hanya kasihan pada dirimu yang sangat polos itu," Ken berbicara sambil menatap tajam ke arah mata sang kapten.
"Apa kau tidak penasaran bagaimana nasib anak buahmu?" Ken tersenyum sinis.
"KAU APAKAN ANAK BUAHKU, BAJINGAN!" sang kapten berteriak terbawa emosi.
"Kau tenang saja, aku hanya menjauhkan mereka darimu, agar tidak mengganggu pembicaraan kita ini," ucap Ken dengan santainya.
"DASAR KAU BAJINGAN BIADAB…" sang kapten berteriak dan mulai menembakkan pistol ke arah Ken. Namun dengan mudah Ken menghindar dari peluru itu.
"Ternyata kau masih sama seperti dulu, Kapten. Kau tidak bisa mengendalikan amarahmu itu," Ken menatap remeh sang kapten.
"Tahu apa kau tentang diriku, bocah sialan?" sang kapten masih terbawa emosinya yang menggebu-gebu itu.
"Aku tahu semuanya tentang dirimu, sang kapten pemarah dari angkatan marinir ke-11 pasukan Rusia. Kau melarikan diri ke Timur Tengah karena berkhianat pada tim marinirmu itu. Kau bahkan diburu oleh pasukanmu hingga saat ini," Ken menjelaskan dengan santainya.
Mendengar penjelasan Ken itu, sang kapten sedikit terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka jika Ken tahu informasi tentang dirinya itu.
"Apa tujuanmu hingga kau mencari informasi tentang diriku?" sang kapten mulai curiga dengan pergerakan Ken.
"Sederhana, aku hanya ingin kau membalikkan kartu yang diberi oleh mereka," jawab Ken.
"Maksudmu?" bingung sang kapten.
"Kau buat laporan palsu pada mereka, katakan pada mereka jika kau berhasil membunuh dan membuang mayatku. Itu saja," jawab Ken.
"Apa keuntunganku jika aku mengikuti perintahmu itu?" sang kapten bertanya.
"Aku akan membebaskanmu dari status buronanmu itu dan juga sedikit uang yang bisa kau pakai," Ken membuat penawaran.
"Lalu bagaimana kau bisa membebaskanku?" tanya sang kapten kembali.
"Apa kau tahu keluarga Bratstvo di Moskow? Mereka adalah kolega bisnis ku. Biar mereka yang mengurus masalahmu dengan corps marinir itu nanti," jelas Ken.
"Baiklah, aku terima tawaranmu. Dan tolong lepaskan seluruh anak buahku," pinta sang kapten.
Ken pun menyuruh anggotanya untuk melepaskan anak buah sang kapten yang mereka tawan di salah satu ruangan. Dan sebagai gantinya, mereka akan bekerja sama dengan keluarga Gatto. Selang beberapa lama setelah kepergian pasukan tentara bayaran itu dari markas keluarga Gatto, Levi masuk ke dalam ruangan Ken.
"Apa yang kau pikirkan, Ken, hingga memalsukan kematian seperti itu?" tanya Levi.
"Aku akan membuat mereka senang terlebih dahulu, biar mereka merasa diri mereka menjadi yang tertinggi saat ini, dan pelan-pelan aku akan menjatuhkan mereka, hingga mereka merasa lebih baik mati daripada hidup dengan kehampaan," jelas Ken.
"Sebenarnya apa rencanamu untuk menghancurkan mereka?" tanya Levi.
"Setelah mendengar informasi tentang kematianku, mereka pasti akan merasa kekuatan untuk menyerang keluarga kita telah cukup. Dan disaat kesombongan itu memuncak, aku akan membungkam kesombongan mereka itu," jelas Ken dengan percaya diri.
"Bagaimana caranya?" tanya Levi kembali.
"Kau lihat saja nanti. Jika aku memberi tahu sekarang, tidak ada kejutan untuk kemenangan kita nanti," Ken tersenyum ke arah Levi.
"Baiklah, jika kau tidak memberi tahu, kupercayakan semuanya padamu," ucap Levi sambil menatap Ken.
Ken adalah pria dengan sejuta kejutan di dalam hidupnya. Bagi mereka yang belum mengenal baik pria itu, pasti akan tidak percaya dengan semua keputusannya. Akan tetapi, di balik keputusannya yang tergolong ekstrem itu, pasti ada kejutan yang menanti, dan itulah yang akan terjadi pada lawannya kali ini.
Saran, lanjut thor, semangatt