Siapa sangka menjalin hubungan selama tiga tahun namun tiba tiba menikah dengan orang lain, tidak mudah untuk melalui semuanya namun harus di jalani. Apakah ikatan itu akan kuat atau akan berakhir begitu saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Aneh Ivan
Tiga hari berlalu Andin lalui tanpa kabar dari Ivan, Ia mulai siap menerima baik maupun buruknya keputusan Pria itu saat kembali nanti, hal yang membuatnya sangat bersyukur adalah rasa mual nya yang tidak kembali Ia rasakan lagi.
" Alhamdulillah Nak, makasih ya kamu adem adem di dalam sini. Hari ini kita harus kerja lagi, kamu bantu Mama ya sayang, jangan rewel. Semangat sayang, kita kuat dan kita pasti bisa " Andin menyemangati dirinya sendiri.
Dengan mengucapkan Bismillah Andin berangkat bekerja, Ia mengemudi mobilnya dengan hati hati. Bagaimana pun juga sekarang Ia tidak sendiri lagi, ada nyawa lain yang Ia pertaruhkan.
Andin memutuskan untuk bekerja di butik miliknya saja dan sang Ayah sama sekali tidak keberatan dengan keputusan Putrinya, mengenai pertanyaan Orang tuanya tentang keberadaan Ivan, Andin hanya menjawab kalau Ivan ada kerjaan di luar kota dan belum kembali.
Tentu saja sebagai orang tua, Haris dan Diana pasti menanyakan keberadaan menantunya karena anak semata wayangnya berkunjung seorang diri.
Butik semakin ramai semenjak Andin kembali bekerja, pesanan pelanggan membludak sehingga para pekerja kewalahan begitu juga dengan Andin. Mereka bahkan menambahkan dua pekerja yang siap siaga bekerja disana.
Berangkat pagi pulang sore itu yang selalu menjadi rutinitas Andin selama beberapa hari ini. Sudah seminggu Ia tidak memasak di rumah, makan di butik ketika kembali Ia hanya minum susu dan makan buah buahan kalau perutnya tiba-tiba terasa lapar. Tidak ada tempat untuk bermanja-manja seperti wanita hamil pada umumnya.
Malam hari Ia tertidur dengan tenang, sebelum nya Ia selalu sempatkan mengecek ponselnya namun tidak ada kabar sama sekali.
...----------------...
Pagi pagi Andin terbangun, Ia merasa perutnya terasa berat seakan ada benda berat yang menindih nya. Ada aroma tidak asing menyeruak di indra penciuman nya, perlahan Ia membuka mata dan terkejut melihat tangan kekar berotot memeluknya.
Andin berteriak ketika menyadari ada orang lain di kamarnya. Dari tangannya yang banyak di tumbuhi bulu bulu halus Ia tahu kalau itu tangan seorang Pria, bagaimana mungkin Ia tidur dengan seorang Pria saat suaminya tidak di rumah.
" Siapa kau, pergi kau dari sini " Teriak Andin, Ia mendorong pemilik tangan kokoh itu menggunakan kakinya sendiri sekuat tenaga
Andin menutup mulutnya ketika berbalik dan melihat siapa yang baru saja Ia tendang.
" Mas I--- van " Seru Andin gagap.
Ivan meringis kesakitan, bahkan dorongan Kaki Andin mengenai barang pusaka nya, belum lagi Ia harus merasakan sakit karena jatuh dari ranjang.
" Aduh sayang, kamu kenapa menendang ku. Ini sakit sekali " Ivan mengelus perkakas nya yang terasa kebas.
Andin mendorongnya dengan sekuat tenaga yang Ia punya, tentu itu akan terasa sakit.
" Mas, ngapain Mas ada disini "
Ivan melongo mendengar pertanyaan bodoh Istrinya, belum lagi area intimnya yang berdenyut membuat kepalanya terasa sakit.
" Sayang, aku ini suami mu tentu saja aku ada disini, kamu kenapa sih " Ivan mulai parno.
Ia takut Istrinya itu lupa ingatan semenjak Ia tinggalkan dan tidak mengingatnya lagi.
" Oh Mas Ivan masih suaminya Andin ya, Andin pikir Mas sudah melupakan Andin karena meninggalkan Andin tanpa ada kabar selama satu minggu " Jawab Andin sesuai fakta.
Ivan duduk kembali di sisi ranjang Ia tidak berani terlalu dekat. Ia takut Istrinya itu tiba-tiba menendangnya lagi, kalau hanya dirinya sih tidak apa apa, tapi yang menjadi sasaran nya adalah perabot nya.
" Maaf sayang, sebenarnya aku "
Ponsel Ivan berdering Ia meraih ponsel nya dan melihat nama siapa yang tertera disana, raut wajahnya langsung berubah. Ia segera menjauh dan menerima panggilan itu.
" Baik aku akan segera kesana, tunggulah disana jangan kemana-mana " Ucapan itu masih jelas terdengar di telinga Andin.
Ivan segera masuk dan segera berganti pakaian, Ia terkesan terburu-buru. Andin mengamati setiap gerakan Ivan, ingin bertanya tapi enggan, akhirnya Ia biarkan saja.
" Sayang ! Aku pergi dulu ya, ada urusan mendadak. Aku akan kembali nanti sebelum isya "
Ivan sempat mencium kening Andin dan kemudian berlari secepat kilat membuat Andin bertanya-tanya, ada apa dengan Ivan. Apa ada masalah yang genting atau ada sesuatu yang di sembunyikan suaminya itu.
Ingin rasanya Andin membuntuti aktivitas Ivan namun di urungkan nya, dia bahkan belum mandi dan berganti pakaian.
" Ah sudahlah, terseralah apa yang akan Ia lakukan "
Bibirnya berkata lain namun hatinya menolak, Andin memutuskan melanjutkan aktivitas nya.
Andin kembali ke butik, Ia mencoba berkonsentrasi dengan pekerjaannya namun pikirannya terganggu dengan tingkah Ivan yang menurut nya aneh.
" Ada apa Ndin, sejak tadi seperti nya kamu gelisah " Tanya Raisha.
Ia membawakan secangkir teh hangat untuk Andin.
" Em makasih Sha, aku baik baik saja tidak ada yang perlu di khawatirkan " Andin meneguk teh buatan Raisha.
Sore hari sepulang kerja Andin memutuskan pulang ke rumah tapi bukan ke rumahnya, Ia ingat hari ini Ia sudah janji akan menemani sang Bunda di rumah karena Ayahnya harus ke luar kota.
Mereka sibuk membuat kue dan juga cemilan, Diana yang tidak tahu akan ke pulangan Ivan merasa santai. Ia juga tidak bertanya perkara itu pada Andin.
" Ah paling juga dia sibuk dengan urusannya "
Andin berpikir Ivan akan mencari nya namun kemudian Ia berusaha berpikir realistis, tidak mungkin suaminya itu akan mencari nya melihat sikapnya sebelum nya dan juga pagi tadi, Ia di tinggalkan begitu saja tanpa penjelasan.
Benar saja apa yang Andin pikirkan, suaminya itu tidak pernah mencarinya. Dia tidak merasa kehilangan sama sekali, seandainya Ia sedikit berarti di hati Pria itu mungkin Ivan akan menghubungi nya atau setidaknya mengirim pesan untuknya.
Perubahan sikap Ivan yang aneh perlahan mulai di terima Andin, memang pernikahan mereka tidak di dasari pondasi yang kuat dan Andin tidak menyalahkan itu.