Hidup Bintang seketika hancur setelah sahabatnya mengambil kekasih hatinya dan dihari yang sama ia juga harus kehilangan kehormatannya oleh orang yang tidak dikenal karena mabuk.
Apakah Bintang akan selamanya memendam rasa benci dan dendam jika akhirnya ia harus menjadi bagian dari keluarga sahabatnya itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon requeen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlaku Adil
Suasana di dalam mobil terdengar hangat oleh suara ocehan Langit dan Cilla, sementara Bintang dan Dipa malah terlihat saling diam.
"Ayah ini apa ?" Langit menemukan sebuah paperbag di kursi yang ia duduki bersama Cilla.
"Oh itu titipan dari Om Leon untuk kamu..buka saja " jawab Dipa.
Bintang membuang wajahnya kearah kaca ketika mendengar Leon memberikan sesuatu untuk Langit. Bintang tidak suka mendengar apapun tentang Leon.
"Leon dan Dina baru pulang berlibur. Dia membelikan oleh-oleh untuk Langit " ujar Dipa. Bintang tidak bergeming.
"Mas, apakah dokter Leon tau jika aku dan Langit pindah ke Bandung ?" tanya Bintang.
"Tidak " jawab Dipa.
"Bagus lah, aku tidak mau keluarga kamu ada yang tau keberadaan aku dan Langit " ujar Bintang.
Dipa melirik kearah Bintang. Dipa tau jika sebetulnya Bintang tidak nyaman dengan statusnya sebagai istri simpanannya.
"Maaf ya aku membuat kamu tidak nyaman dengan status pernikahan kita " ucap Dipa lirih.
"Ya " jawab Bintang pelan nyaris tidak terdengar.
Langit dan Cilla terlihat anteng memainkan mainan dari kayu yang mereka temukan di dalam paperbag itu bersama beberapa buah kaos, mereka tidak menyadari suasana kaku antara Bintang dengan Dipa.
"Mas..kita salah jalan " Bintang mengingatkan Dipa ketika Dipa mengambil jalan yang bukan menuju rumah Shanti.
"Kita jalan-jalan dulu, sejak kita menikah kita tidak pernah jalan-jalan bersama " jawab Dipa santai.
Benarkah ? Bintang sendiri tidak ingat jika mereka belum pernah pergi jalan-jalan bersama sejak menikah. Bagi Bintang kehidupannya yang sekarang saja sudah lebih dari cukup.
"Anak-anak..kalian ingin jalan-jalan kemana ?" tanya Dipa sambil melirik kearah Langit dan Cilla yang masih anteng dengan mainan kayu nya.
"Aku ingin ke tempat bermain Yah " jawab Langit.
"Baiklah " jawab Dipa sambil melajukan mobilnya menuju sebuah Mall atas panduan dari Bintang.
Turun dari mobil Dipa dan Bintang menuntun Langit dan Cilla menuju tempat permainan yang yang ada di lantai tiga gedung itu.
Sesampai disana Langit dan Cilla langsung menarik tangan Dipa mengajak untuk bermain.
"Sebentar Sayang " Dipa melepaskan tangan kedua bocah itu sejenak untuk menggulung lengan bajunya hingga ke siku, setelah selesai Dipa pun mengikuti dengan pasrah kemana kedua bocah itu membawanya.
Dipa dengan sabar menemani Langit dan Cilla mencoba hampir semua permainan. Sementara Bintang memilih pergi untuk membeli minuman untuk mereka.
"Langit..Cilla..jangan lari-larian " Dipa memperingatkan Langit dan Cilla yang berlari kesana kemari dengan riangnya.
Setelah berhasil menangkap dua anak nakal itu Dipa membawanya ke sebuah kursi panjang yang sedang diduduki oleh Bintang. Langit dan Cilla tertawa cekikikan karena telah berhasil mengerjai Dipa.
Bintang memberikan makanan dan minuman kepada Langit dan Cilla agar kedua bocah itu diam dan berhasil. Langit dan Cilla terlihat anteng menikmati kue coklat dan susu kotak pemberian Bintang. Terakhir Bintang memberikan satu botol air mineral dingin kepada Dipa. Melihat wajah tampannya bercucuran keringat Bintang yakin jika suaminya itu sangat kehausan.
"Terimakasih " ucap Dipa sebelum membuka tutup plastiknya kemudian menenggaknya hingga menyisakan setengahnya.
"Aku baru tau kalau Langit seaktif ini " gumam Dipa. Meskipun terlihat lelah namun ada senyum tersungging di sudut bibirnya.
Bintang menunduk berusaha menyangkal jika Dipa sangatlah tampan. Tapi Bintang cukup tau diri, meskipun Dipa berstatus suaminya namun pria itu tidak dapat ia miliki seutuhnya. Dipa terlalu berharga dimata Bintang hingga untuk menyentuhnya saja ia tidak berani.
Setelah lelah bermain dan menghabiskan kue coklatnya, Dipa yang merasa lapar mengajak Bintang dan Langit juga Cilla makan di sebuah restoran cepat saji kesukaan anak-anak.
Selagi Bintang memesan makanan, Dipa menunggu bersama dengan Langit dan Cilla di sebuah meja yang ada disana sambil mendengarkan Cilla dan Langit yang terus berceloteh.
Tidak lama kemudian Bintang datang dengan membawa nampan berisi makanan untuk mereka berempat.
Dipa yang memang sedang lapar makan dengan sangat lahap, sementara Bintang makan sambil menyuapi Cilla dan Langit.
"Ayah..aku senang Ayah sering pulang " ucap Langit dengan mulut penuh nasi dan ayam goreng.
"Kalau ada waktu Ayah janji akan sering-sering pulang ke Bandung " janji Dipa.
Selama ia sedang mengerjakan proyek pembangunan rumah sakit Dipa punya banyak waktu untuk menengok Bintang dan Langit di Bandung. Itu pun harus pintar-pintar mencuri waktu dari Elsa dan Bunga yang memilih mengikuti Dipa ke Jakarta.
"Bi.. sepertinya sudah waktunya kamu memiliki kendaraan sendiri untuk mobilitas kamu ke kampus dan keperluan Langit " ucap Dipa setelah menghabiskan makannya dan menunggu Bintang menyuapi Langit dan Cilla.
"Sepertinya belum terlalu butuh Mas " jawab Bintang.
"Aku harus berlaku adil sama kamu. Elsa aku belikan mobil jadi sudah sepantasnya kamu pun mendapatkan hak yang sama " ada nada tidak mau dibantah dalam ucapan Dipa.
"Terserah Mas saja " jawab Bintang akhirnya.
"Aku akan membelikan yang sama persis seperti milik Elsa. Nanti aku akan urus agar surat kepemilikan nya atas nama kamu " ujar Dipa. Bintang mengangguk.
"Ayah mau membelikan Bunda mobil ?" mata bening Langit langsung membola.
"Iya, biar nanti kalau Langit dan Cilla mau jalan-jalan tidak usah pesan taksi lagi " jawab Dipa.
"Aku mau mobilnya yang berwarna hitam Yah..biar terlihat gagah " pinta Langit.
"Baiklah..Ayah akan belikan yang warna hitam. Kamu tidak keberatan kan dengan warna pilihan putra kita ?" tanya Dipa.
Nyesss..hati Bintang serasa disiram satu ember air es ketika mendengar Dipa mengatakan putra kita. Bintang benar-benar sangat terharu karena Dipa menganggap langit seperti putranya sendiri.
Setelah selesai makan mereka pun keluar dari restoran cepat saji tersebut. Langit yang mulai merasa lelah dan mengantuk mulai merengek tidak mau jalan dan dengan sigap Dipa pun menggendong bocah tampan itu dan membawanya menuju parkiran.
Dipa dan Bintang mendudukkan kedua bocah itu di kursi belakang dalam balutan seatbelt nya.
Tidak sampai sepuluh menit kedua bocah itu pun tertidur dengan pulasnya.
"Mas.. terimakasih ya sudah membawa anak-anak main. Mereka sangat senang main sama kamu..dan maaf jika Langit terlalu membebani kamu. Langit terlalu kecil untuk memahami jika Mas Dipa sebetulnya bukan ayah kandungnya. dia belum mengerti arti Ayah kandung dan Ayah sambung " ucap Bintang.
Mendengar ucapan Bintang serasa ada sembilu yang menyayat hatinya. Jika saja berani Dipa ingin sekali mengakui sejujurnya kepada Bintang jika ia adalah Ayah kandung Langit..dan ia adalah pria brengsek yang sudah merenggut kehormatan Bintang tiga tahun yang lalu.
"Aku tidak suka kamu bicara seperti itu " ucap Dipa setelah berhasil berjuang menenangkan hatinya yang kacau balau mendengar ucapan terimakasih Bintang.
Waktu hampir jam delapan malam ketika mobil yang Dipa kendarai memasuki halaman rumah Shanti. Setelah mobil berhenti sempurna Bintang dan Dipa pun turun sambil menggendong Cilla dan Langit yang sama-sama tertidur.
Bintang dan Dipa menurunkan kedua bocah itu di kamar Cilla sesuai perintah Shanti. Setelah Bintang dan Langit kembali dari Jakarta Langit memang selalu tidur dengan Cilla. Jika mereka dipisahkan mereka akan saling mencari satu sama lain.
Setelah menurunkan kedua bocah itu di kamar Cilla, Dipa dan Bintang pun keluar dari kamar Cilla.
"Kalian sudah makan belum ? kalau belum Mbak akan suruh Bibik buatkan makan malam.untuk kalian " tanya Shanti.
"Kita sudah makan Mbak tadi sama anak-anak" jawab Bintang.
"Iya Mbak, kita tadi makan diluar " tambah Dipa.
"Oh ya sudah kalau begitu " jawab Shanti.
Setelah Bintang dan Dipa berada di kamar, Dipa langsung mandi dan bersiap untuk pulang ke Jakarta.
"Aku pikir Mas Dipa akan menginap " ucap Bintang sambil menyiapkan pakaian ganti untuk Dipa.
"Maaf Bi..selama aku ada kerjaan di Jakarta mungkin bisa sering kesini tapi tidak bisa menginap karena Elsa dan Bunga ikut ke Jakarta" jawab Dipa.
"Mbak Elsa dan Bunga ikut ? kalau begitu kamu harus cepat pulang Mas !" ucap Bintang seperti ketakutan.
"Ya makanya aku tidak bisa menginap...kamu tolong cari alasan buat Langit ya takutnya besok dia nyariin aku " pinta Dipa sambil memakai pakaiannya.
"Kamu tenang saja Mas, Langit pasti mengerti kok " jawab Bintang.
Setelah merasakan tubuhnya segar, Dipa pun pamit pulang ke Jakarta kepada Bintang dan Shanti.
"Ini biar tidak mengantuk " Bintang memberikan satu buah termos kecil berisi kopi panas untuk bekal Dipa di jalan.
"Iya " jawab Dipa.
Malam.itu juga Dipa pulang ke Jakarta. Ia tidak bisa menginap di Bandung karena ia takut keluarganya curiga. Terlebih Bunga yang selalu rewel mencarinya.