Logan Ruiz, putra tunggal Darius Ruiz, marah besar ketika pria paruh baya yang ia hormati itu memutuskan menikah lagi. Ia bahkan membawa seorang wanita dan anak perempuannya ke Mansion Keluarga Ruiz. Logan berusaha menggagalkan rencana pernikahan itu dan mengajak anak perempuan wanita itu untuk bekerja sama. Namun, anak perempuan itu tak mau mengganggu kebahagiaan wanita yang sangat ia sayangi. Hingga akhirnya Logan menggunakan cara yang menurutnya paling ampuh, yakni menodai gadis itu dan mengaku di hadapan Darius Ruiz. Hal itu akan menggagalkan rencana pernikahan Ayahnya itu. Namun siapa yang menyangka jika Alina, nama gadis itu, memilih pergi agar pernikahan itu tetap berlangsung dan menutup rapat kejadian malam kelam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEBUAH PESAN
Martin diajak berkeliling peternakan milik Keluarga Carlos. Namun, pikirannya masih saja tertuju pada seorang wanita yang tadi ia temui.
“Bagaimana, Tuan?” tanya Carlos.
Seth yang melihat bahwa atasannya hanya melamun pun akhirnya membuka suaranya, “ini sudah bagus, Tuan Carlos. Namun kami ingin anda memastikan bahwa jumlah yang anda kirimkan pada kami sesuai dengan nota kesepakatan kita. Selain itu, kami ingin anda selalu menjaga kualitas dari susu-susu tersebut.”
“Tenang saja, Tuan. Saya akan memastikan semuanya sesuai dengan standard Perusahaan Luca,” kata Carlos.
Setelah menyelesaikan pertemuan itu, Martin dan Seth pun kembali berjalan menuju mobil mereka.
“Kamu ambil mobilnya, aku akan menunggu di sini,” kata Martin yang berdiri tepat di depan rumah yang ditempati oleh Alina.
“Baik, Tuan,” Seth pun segera berlalu untuk mengambil mobil.
Martin yang berdiri tepat di depan rumah tersebut, menatap ke arah dalam. Wanita itu sudah tak ada di depan, membuatnya penasaran ingin kembali melihatnya.
“Apa Dad yang menyewakan rumah ini padanya?” gumam Martin di dalam hati.
Rasa penasaran menyelimuti hati Martin saat ini dan sempat berpikir apakah kedua orang tuanya bertemu dengan Alina saat menyerahkan kunci rumah tersebut. Tapi tak mungkin orang tuanya terbang begitu jauh dari London ke New York hanya untuk menyerahkan kunci.
**
Setelah melakukan perjalanan jauh, sampai-lah Martin di Mansion Luca. Martin langsung masuk ke dalam. Ia ingin menemui kedua orang tuanya, yang ia yakini sedang berada di taman belakang sambil menikmati teh hangat.
“Dad, Mom!” sapa Martin.
“Kamu sudah kembali, Mar? Dad kira kamu akan menginap di sana beberapa hari. Apa kamu tidak lelah melakukan perjalanan begitu jauh hmm?”
“Tidak, aku hanya bertemu dengan Tuan Manuel saja dan memastikan semuanya siap sesuai kebutuhan pabrik di sana,” jawab Martin.
“Apa kamu bertemu dengan Grandma Beatrice?” tanya Mona, Mom Martin.
“Tidak, Mom. Dari bandara aku langsung ke peternakan, tidak ke rumah mereka,” jawab Martin.
“Sudah lama sekali ya Dad kita tidak ke sana. Aku kangen dengan rumah mommy,” kata Mona.
“Apa Dad dan Mom menyewakan rumah itu?” tanya Martin.
“Hmm … Dad rasa lebih baik ada yang menempati, daripada kosong. Nanti malah akan cepat.”
“Apa kamu melihat siapa penyewanya, Mar? Apa ia menjaga rumah itu dengan baik?” tanya Mona.
“Dad dan Mom belum bertemu dengan penyewanya?” tanya Martin dan kedua orang tuanya pun menggelengkan kepalanya.
Apa yang akan mereka katakan kalau melihat wanita itu? Tapi aku tak bisa mengatakannya kalau aku belum memiliki informasi yang valid. - batin Martin.
“Dad meminta seorang agent yang menyewakan rumah itu untuk menyerahkannya. Tak mungkin Dad pergi ke sana hanya untuk menyerahkan kunci.”
“Jadi Dad tidak bertemu sama sekali dengan penyewanya?” tanya Martin dan Dad Morgan kembali menggelengkan kepalanya.
“Apa Dad menyimpan surat sewanya?” tanya Martin.
“Tentu saja, tapi belum Dad lihat sejak agent memberikannya. Mereka mengirimkannya ke sini setelah transaksi sewa-menyewa itu terjadi.”
“Boleh aku lihat, Dad?”
Dad Morgan menautkan kedua alisnya karena putranya itu begitu tertarik dengan penyewa rumah orang tuanya.
Morgan memberikan sebuah map yang diberikan oleh agent properti yang mengurus penyewaan rumah. Ia memang tak membukanya karena merasa tak perlu tahu siapa penyewanya. Dengan cepat Martin langsung membuka map tersebut dan melihat data diri sang penyewa.
“Alina?” gumam Martin pelan.
“Ada apa sebenarnya, Mar? Apa penyewa itu merusak rumah Grandma Noa?” tanya Morgan.
“Ah tidak Dad, aku hanya ingin tahu saja siapa penyewanya,” jawab Martin.
“Ya sudah kalau begitu, Dad keluar dulu. Kalau kamu sudah selesai dengan surat itu, letakkan saja kembali di atas meja.”
“Baik, Dad.”
Dad Morgan dan Mom Mona memang pindah ke London setelah kematian Grandma Noa. Mona yang berasal dari New York mengikuti Morgan yang berasal dari Inggris.
Martin terus saja memikirkan wanita yang tadi ia lihat. Wajahnya selalu terbayang di dalam hati dan pikirannya.
“Mirip sekali, ia sangat mirip sekali,” karena tak sabar, Martin kembali menghubungi Seth.
“Iya, Tuan.”
“Di mana kamu?” tanya Martin.
“Baru saja saya sampai di rumah, Tuan.”
“Apa kamu sudah mendapat informasi tentang wanita itu?”
Seth mendesaah pelan. Ia masih ada di depan pintu rumahnya, bahkan memasukkan kunci untuk membuka pintu saja belum, eh sudah dimintai informasi.
“Seth, bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan informasinya?” tanya Martin.
“Saya belum mendapatkan informasi apapun, Tuan. Saya baru saja sampai di rumah,” jawab Seth lagi.
Seth bahkan harus mampir ke Perusahaan Luca terlebih dahulu untuk mengambil laptopnya, tempat di mana biasa ia mencari informasi yang dibutuhkam oleh atasannya itu.
“Cepat kerjakan, Seth! Aku membutuhkan informasi itu segera,” perintah Martin, kemudian memutus sambungan ponselnya.
Sementara Seth berdecak dan mendengus kesal. Padahal ia mau beristirahat dulu sebentar setelah perjalanan jauh mereka. Bahkan Seth awalnya mengira atasannya itu sudah melupakan perintahnya itu.
Ada apa sebenarnya dengan wanita itu? Apa Tuan Martin menyukainya? Apa dia jatuh cinta pada pandangan pertama? - batin Seth.
**
Sunny tahu bahwa Keluarga Ruiz kehilangan seorang putri. Ia tak sengaja mendengar pembicaraan antara Darius dan Flo. Ia kembali memikirkan keluarganya, dan membuatnya sangat amat rindu, terutama pada Daddynya, Dad Axel.
Ia ingin sekali menyatukan keluarga itu, terutama untuk mendekatkan antara Logan dengan keluarganya. Sunny jarang melihat Logan pulang. Oleh karena itulah ia ingin membuat pria itu pulang agar Dad Darius dan Mom Flo tidak merasa kesepian.
“Mommy!” teriak Sunny.
“Sunny sayang, ada apa kamu memanggil Mommy?” tanya Flo.
“Mommy, aku ingin bertemu dengan Kak Logan. Bolehkah?”
“Logan? Ia sedang bekerja, sayang.”
“Tapi aku tak pernah melihatnya pulang, Mom. Apa Kak Logan menginap di perusahaan?”
Flo tertawa saat mendengar ucapan Sunny yang terdengar begitu polos, “Bagaimana kalau kita pergi ke perusahaan Ruiz?”
“Bolehkah?”
“Tentu saja, sayang.”
Mom Flo menyiapkan makan siang dan akan membawanya ke perusahaan. Kebetulan hari ini Darius juga berada di sana, jadi mereka bisa makan bersama.
Saat waktu makan siang, Flo dan Sunny tiba di perusahaan. Mereka langsung naik ke lantai atas di mana ruang kerja Darius dan Logan berada.
“Sayang, kamu ke sini?” tanya Darius.
“Hmm … aku membawakan kalian makan siang. Bagaimana kalau kita makan bersama?”
“Baiklah, ayo!”
Darius mengajak Flo dan Sunny menuju ke ruangan Logan. Ternyata di dalam ada Vin, sehingga mereka turut mengajaknya juga.
“Ah senangnya kalau tiap jam makan siang ada yang membawakan seperti ini,” ujar Vin.
“Kakak mau? Aku bisa membawakannya,” kata Sunny.
“Wah mau donk! Kita tidak boleh menolak kan?”
Logan berdecak saat melihat kelakuan Vin. Logan kbali teringat pada Alina saat melihat Sunny. Namun di sisi lain ia merasa senang karena Mom Flo bisa kembali tersenyum, bahkan tertawa bersama dengan Sunny.
Ponsel Vin berbunyi dan tampak sebuah pesan di layar. Vin yang melihatnya pun langsung memberikannya pada Logan.
“Log.”
Mata Logan membulat saat membacanya, “Kita pergi sekarang, Vin!”
🌹🌹🌹
Karyanya bagus alurnya thorr💞🙏🏻