Awalnya, aku kira dunia baruku, adalah tempat yang biasa-biasa saja. karena baik 15 tahun hidupku, tidak ada hal aneh yang terjadi dan aku hidup biasa-biasa saja.
Tapi, Setelah Keluarga baruku pindah ke Jepang. Entah kenapa, aku akhirnya bertemu pecinta oppai di samping rumahku, seorang berambut pirang mirip ninja tertentu, seorang pecinta coffe maxxx dengan mata ikan tertentu, dan seorang maniak SCP berkacamata tertentu.
Dan entah kenapa, aku merasa kehidupan damaiku selama 15 tahun ini akan hilang cepat atau lambat.
Karya dalam Crossover saat ini : [To Love Ru], [Highschool DXD], [Dandadan], [Oregairu], [Naruto], [Nisekoi]
Jika kalian ingin menambah karakter dari anime tertentu, silahkan beri komentar..
Terimakasih...
* Disclaimer *
[*] Selain OC, karakter dan gambar yang digunakan dalam Fanfic ini bukan milik saya, melainkan milik penulis asli, dan pihak yang bersangkutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aga A. Aditama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekolah dan Lingkungan Baru - Bagian 1
Dalam hidup, terkadang seseorang pernah merasakan dirinya adalah tokoh utama di cerita. Namun saat beranjak dewasa, mereka pasti akan dihadapkan dengan sebuah realita yang menghilangkan delusi masa mudanya.
Itulah yang membedakan fiksi dan kehidupan nyata, dimana dunia tidak mengenal istilah karakter utama. Saat kecil, banyak anak bermimpi, namun dalam proses menuju kedewasaan, mereka akan menghadapi tantangan yang menyadarkan mereka bahwa "kamu hanya orang biasa." itulah dunia orang dewasa.
Mungkin karena itu, banyak orang diluar sana sangat menyukai karya fiksi. Entah sebagai pelarian mereka saat menghadapi realita dunia nyata, atau hanya sekedar pelampiasan para pecundang yang tenggelam dalam dunia orang dewasa.
Karena itu, masa muda adalah area paling membahagiakan dalam sejarah seseorang sebelum masuk ke dunia orang dewasa. Ironisnya, banyak remaja malah meminta masuk ke dunia orang dewasa sebelum waktunya.
Entah karena kesombongan, atau kebodohan masa muda mereka. Mereka mengira menjadi dewasa adalah masa dimana mereka bisa hidup bebas, dari Cengkraman otoriter orang tua mereka.
Namun saat mereka sudah beranjak dewasa, mereka sadar bagaimana betapa salahnya pikiran mereka. Mereka sadar bahwa rantai yang di ikat oleh orang tua mereka, sebenarnya bukan rantai namun sebuah pelindung untuk menjaga mereka dari dunia yang kejam bernama dunia orang dewasa.
Harus mereka merasa bersyukur, karena diluar sana, banyak anak yang bahkan tidak memiliki perlindungan tersebut. Banyak anak yang harus merasakan kehidupan orang dewasa sebelum waktunya, membuat mereka lebih dewasa daripada usianya.
Menurutku, kedewasaan bukan soal usia, namun soal pola pikir seseorang. Seseorang bisa bertambah usia, namun mental mereka masih kekanak-kanakan. Sedangkan seseorang bisa sangat dewasa, bahkan di usia yang masih belia.
Jadi hargailah, apa yang kamu miliki saat ini, sebelum kamu kehilangannya. Hargailah bagaimana semua kebodohan masa mudamu, hanya akan dianggap sebagai kenakalan remaja. Dan bukan sebuah tindakan yang membuatmu menanggung apa yang disebut tanggungjawab.
Nah, kembali ke topik, sebenarnya apa alasanku melontarkan pertanyaan seperti itu? Jawabannya simpel, karena topiknya sebenarnya mengarah pada apa yang aku alami saat ini.
Mundur beberapa saat yang lalu, saat dimana aku menghadapi kecelakaan unik ala anime yang sering aku tonton dulu.
Serius, dulu aku akan mengatakan itu lucu dan menghibur untuk di tonton. Tapi hay... Saat aku mengalaminya sendiri aku sadar betapa absurdnya situasiku saat ini.
Katakanlah, aku menabrak seseorang secara tidak sengaja dijalan. Akibatnya, orang yang aku tabrak menumpahkan ramen orang yang berjalan di dekatnya, kebetulan yang aneh memang.
Seumur-umur aku belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Bukan bermaksud sombong, tapi kelima indraku sangat sensitif dan peka, membuatku saat mawas dengan kondisi sekitarku.
Aku bangga mengatakan bahwa dengan kepekaan indraku, aku sering keluar dari semua kesulitanku dalam mempertahankan kehidupan damaiku loh.
Tapi disini, aku bahkan tidak bisa merasakan keberadaan sosok yang tiba-tiba muncul, dan membuatku menabraknya (kemampuan kamuflase Hachiman berlevel MAXXX.)
Lebih buruk, bahkan aku tidak bisa merasakan pendekatan sosok yang di tabrak korbanku(ngomong-ngomong dia ninja, apa sulitnya menyelinap tanpa di dasari?)
Mungkin karena itu, aku sebagai pelaku utama kecelakaan tersebut hanya bisa berdiri tercengang dibuatnya. Lebih-lebih karena ledakan pengetahuan dan ingatanku, tentang sosok apa saja yang telah aku celakai(dia melebih-lebihkan, yah kecuali ramen yang tumpah tentunya.)
Jadi, hal pertama yang aku lakukan adalah minta maaf benar? Dan karena didikan orang tua baruku dan pengalaman kehidupan pertamaku, aku merasa bertanggungjawab terhadapnya.
Jadi, entah bagaimana caranya, aku berhasil menyakinkan para korban. Dan membawa (menculik?) ke restoran terdekat dari taman, akhirnya semua sampai titik ini.
Dan saat aku sadar kembali, aku dibuat bingung dengan tindakanku sendiri. Aku yang ingin mempertahankan kehidupan damaiku, baru saja mengundang calon sumber bencanaku.
Namun aku tidak menyesalinya, setidaknya belum. Bagiku tindakanku sekarang adalah kompensasi, juga guna memberikan kesan yang baik pada para tokoh besar di depanku.
Tapi tetap saja....
‘Wah... Canggung banget, seseorang tolong berbicaralah...' keluhku dalam hati, melihat bagaimana sepinya meja kami saat ini, yang satu adalah seorang remaja antisosial, membuatnya jelas menjadi seorang introvert. Yang satu lagi bukannya memperdulikan kecanggungan teman mejanya, malah sibuk melihat papan menu dengan cahaya bintang di matanya.
Dan untukku, aku tidak pernah memproklamirkan bahwa aku seorang ekstrover. Pada dasarnya aku juga introvert, aku hanya banyak omong dengan orang dekatku saja, yang mungkin jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Namun karena ini tanggungjawab aku, walaupun terasa canggung aku memaksa memulai percakapan, “J-jangan su—," “Boleh aku pesan parfait dalam ukuran besar?” “Terimakasih atas tra—," ucap kami bertiga bersamaan membuatnya tumpang tindih, dan di telan oleh suara keras si rambut pirang.
'Ah... Momen keberanianku... .' keluhku dalam hati, sambil mempertahankan senyum ramahku, “Ha–hahah, tidak masalah kok. Lagipula ini adalah kompensasi untuk ramenmu, jadi jangan sungkan," ucapku cepat-cepat tidak ingin berakhir disela kembali.
Melihat si pirang mengangguk tanda mengerti, dan tentu saja dengan cahaya bintang kelap-kelip di matanya. Mataku kemudian menoleh ke korban keduaku, yang secara kebetulan juga sedang menatapku sekarang ini.
Menatap mata ikan matinya, membuatku sedikit meringis, sebelum memperbaiki ekspresi wajahku. Walaupun aku sering melihat wajahnya di depan layar, melihatnya secara langsung benar-benar dua hal yang berbeda.
Menangani rambut pirang cukup mudah, karena korban sudah teralihkan ke makanan penutup. Namun lawanku yang satu ini cukup tangguh, membuat apa yang dinamakan momen canggung kembali ke meja (tentunya kecuali ninja pirang tertentu).
Namun, mau secanggung apapun situasiku, peluru sudah di tembakan. Sebagai pelaku, aku harus ambil tanggungjawab, “Emm, sebelumnya aku mau minta maaf atas kecerobohanku," ucapku pelan, sambil mencoba mengalihkan fokus mereka padaku, “Dan mungkin cukup terlambat, tapi perkenalan sekali lagi. Namaku Kirisaki Kenma, aku baru saja pindah ke Sainan belum lama ini, mohon bantuannya. Dan mohon maaf sekali lagi, atas kecelakaan sebelumnya," Lanjutku sambil menundukkan kepalaku, gestur khas orang jepang untuk menunjukkan postur meminta maaf yang benar(mungkin?).
“Hahhah, jangan terlalu di pikiran, Kirisaki-san, itu hanya kecelakaan saja, kok. Ohh ... Ngomong-ngomong namaku Ichijou Uzumaki Naruto," balas si rambut pirang Naruto dengan nada cerianya, membuatku lupa sejenak dengan ekspresi tertekan yang dibuatnya saat melihat bungkus ramennya yang jatuh tadi.
“Ngomong-ngomong, pria dengan tatapan menakutkan ini, adalah senpaiku. Namanya Hikigaya Hachiman-senpai. Heheh..." lanjutnya sambil memperkenalkan si mata ikan mati Hachiman, yang membuat Naruto mendapatkan tatapan jengkel darinya. Sebelum Hachiman menoleh padaku, dan angkat bicara, “Huft... Jangan terlalu merasa bersalah Kirisaki-san, benar kata Ichijou-san. Itu benar-benar kecelakaan, dan terimakasih atas traktirannya," ucap Hachiman dengan nada tenang menunjukkan sisi kalem dan dewasanya(mungkin?).
Aku hanya bisa tersenyum canggung sebagai balasannya, sebelum memanggil pelayan untuk mencatat pesanan kami. Walaupun wajahku terkesan biasa-biasa saja di permukaan, sebenarnya hatiku sedang dilanda gempa bumi hebat saat ini.
‘Ichijou? Senpai? Ada apa ini, kenapa banyak sekali perbedaan dengan informasi yang aku tahu?' renungku dalam hati, mencoba memilah-milah informasi yang ada. Membuatku sedikit kehilangan nafsu makan dibuatnya.
Di masa awal hidupku di dunia ini, aku beranggapan bahwa duniaku hanya bumi paralel biasa saja. Namun hal itupun langsung berubah saat aku sadar siapa keluargaku, walaupun awalnya sedikit terkejut, faktanya aku tidak terlalu ambil pusing dengannya.
Namun, sejak aku bertemu Hyoudou Issei, aku sedikit panik dan harus memetakan kembali pandanganku tentang dunia. mendikte diriku sendiri, bahwa dunia ini bukan dunia biasa, melainkan dunia dengan sentuhan supernatural di dalamnya.
Lebih jauh, dengan miripnya nama kota tempatku tinggal sekarang ini. Fakta bahwa Tuan Putri Kekaisaran galaksi, mungkin akan muncul membuatku sedikit gelisah. Karena dengan fakta itu, makhluk alien juga pasti akan muncul kemudian.
Tapi kejutannya tidak berakhir disana, karena setelah berniat menjernihkan pikiranku, aku malah bertemu dua sosok besar di hadapanku. Naruto dan Hachiman, satu adalah seorang ninja dan juru selamat dunianya, yang lain adalah Lord masa mudaku.
Yang satu seharusnya tidak ada didunia ini, notabenenya Naruto adalah ninja di dunia anime, yang dengan setting dunianya berbeda dengan dunia ini. Jadi aneh rasanya melihat sosoknya disini, terlebih melihatnya akrab dengan Hachiman dan memanggilnya senpai adalah masalah tersendiri.
Lebih buruk...
‘Ichijou, katanya. Entah kenapa, mendengar namanya sama dengan keluarga, tempat tokoh utama yang akan menjadi kakak iparku, cukup meresahkan.'
Sekali lagi, sebuah kejutan datang padaku tanpa diminta. Baik atau buruknya, aku sendiri tidak tahu, namun entah kenapa instingku condong ke firasat buruk.
‘Namun ayo kita kesampingkan dulu, saat ini bukan saat yang tepat,' klaimku, saat menunggu pesanan kami tiba. Sambil menyaksikan interaksi antara Naruto dan Hachiman yang nampaknya cukup akrab.
Mungkin merasakan tatapanku, atau merasa tidak enak karena mengabaikan aku di antara mereka berdua. mereka mulai memasukkan aku dalam obrolan, “Kirisaki-san bilang dia baru pindah, bukan?" tanya Hachiman, yang membuatku merasa aneh karena seorang sekelas Hachiman memulai pembicaraan denganku.
“Haha, benar Hikigaya-san, sudah seminggu aku pindah ke Sainan, dan baru tadi pagi aku pindah ke lingkungan ini," balasku sambil menunjuk arah jalan menuju rumahku, saat mencoba menghilangkan rasa aneh dengan perilaku Hachiman, yang berbeda dengan yang ditunjuk di anime.
Namun aku menghipnotis diriku, dengan mengatakan. itu mungkin hanya sebuah efek dari perpaduan dunia aneh ini.
Mungkin jawabanku menggelitik minta Naruto, dia mulai berbicara padaku, “Ohh... Jadi bukan orang sini, yah. Kalau boleh tahu, sebelumnya Kenma tinggal dimana?" tanyanya, seolah tertarik padaku, sebelum matanya melebar sedikit sebelum melanjutkan perkataannya, “Boleh aku panggil dengan namamu? Aku tidak terbiasa memanggil dengan nama belakang mereka, hehe... Kenma juga boleh kok memanggilku Naruto."
Nah, dalam budaya Jepang, memanggil dengan nama depan itu menandakan kedekatan seseorang. Jadi jangan ditemui orang asing, yang langsung memanggil seseorang dengan namanya.
Bahkan saat memanggil Issei dengan nama depannya, dia cukup terkejut sesaat. Terlebih, memanggil nama depan seseorang tanpa persetujuan orangnya, bisa di anggap tidak sopan di Jepang.
Namun bagiku, yang lahir dan besar di luar budaya Jepang. Aku sudah terbiasa dengan bagaimana orang-orang di lingkunganku dulu memanggilku dengan nama depanku. Jadi aku tidak terlalu bermasalah dengan bagaimana sikap Naruto.
Lebih-lebih, aku juga lebih suka seperti itu, “Hmm, untuk pertanyaan pertamamu, aku lahir dan besar di luar Jepang. Karena masalah bisnis keluarga, aku pindah ke Jepang. Juga, tidak apa-apa kok memanggilku dengan namaku, Naruto-san."
“Juga, apakah aku boleh memanggil Hikigaya-san, dengan Hikki-san, saja?" Aku yakin melihat mata Hachiman berkedut sesat, sebelum kembali ke postur tabahnya, “Huh... Aku ingin bilang tidak, tapi aku tidak terlalu memperdulikan penyebutan namaku. Tapi aku kan tetap memanggilmu Kirisaki-san."
Sejujurnya aku terkejut, ini Hachiman, sekelas Lord Hachiman. Memperbolehkan orang asing sepertiku memanggilnya seperti itu. Yah, meskipun dia masih tidak suka memanggil dengan nama mereka, tapi tetap saja rasanya aneh.
“Ngomong-ngomong, Naruto-san bilang Hikki-san, senpai? Apakah kalian bersekolah di tempat yang sama?" Ini adalah pertanyaan penting pertamaku, hal yang memberiku rasa krisis nyata saat mendengarnya. Daripada saat mendengar nama Ichijou, langsung dari mulut Naruto.
Dan benar saja, “Ohh... Benar kok, aku adik kelas Hikki-senpai. Kami sama-sama bersekolah di Academy Sainan, benar; senpai?" ucap Naruto meminta persetujuan Hachiman, yang dibalas anggukan tanda setuju. Matanya kemudian beralih kepadaku.
“Bukankah Kirisaki-san bilang dia baru pindah kesini? Maaf jika terdengar tidak sopan, berapa umur Kirisaki-san?" Tanya Hachiman, sambil tetap menatapku. Yang sepertinya juga menarik minat Naruto padaku.
Mendengar pertanyaannya, aku hanya bisa tersenyum kecut sebelum menjawab, “15 tahun dibulan Mei tahun ini, dan... Sepertinya aku akan menjadi Kohai-mu, Hikki-senpai."
“Ohh... Jadi kamu akan bersekolah di Sainan Academy, Kenma? Wah... Semoga saja kita satu kelas, benar, senpai?!"
“Begitulah, sepertinya."
Entah kenapa, aku sepertinya akan merasakan mual saat melihat bagaimana reaksi penuh semangat Naruto, dan suam-suam kuku dari Hachiman. Terlebih, sepertinya kehidupan SMA keduaku akan benar-benar jauh dari rencana idealku.
‘Chikso.... Kami-sama... .'
gk sabar liat semua makhluk terkuat nya saling muncul, mulai dari hantu yang skala planet, orang tua nya Lala , sama dewa nya dxd 🤣
jadi kayak lucy