Teror pemburu kepala semakin merajalela! Beberapa warga kembali ditemukan meninggal dalam kondisi yang sangat mengenaskan.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, ternyata semuanya berkaitan dengan masalalu yang kelam.
Max, selaku detektif yang bertugas, berusaha menguak segala tabir kebenaran. Bahkan, orang tercintanya turut menjadi korban.
Bersama dengan para tim terpercaya, Max berusaha meringkus pelaku. Semua penuh akan misteri, penuh akan teka-teki.
Dapatkah Max dan para anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku? Atau ... mereka justru malah akan menjadi korban selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TPK27
Liam mengaduh, ia mengusap matanya yang perih akibat di semprot dengan air cabai. Ia berusaha membuka sedikit kelopak matanya dengan bersusah payah, demi mengintip di mana Bella berdiri.
Ujung bibirnya terangkat satu kala siluet Bella terlihat. Liam menggapai apapun yang ada di ruangan itu, dan melemparkannya ke arah Bella. Namun, berakhir sia-sia.
Bella mengelak, tubuhnya melesat cepat bak cheetah dan telapak sepatunya langsung menerjang perut Liam.
BUGH!
Pria berwajah pucat itu terjerembab menabrak rak kayu hingga berderak.
"Bajingaaaaaan!" jerit Liam sekuat hati. Hilang sudah sosok tenang yang selalu ia tunjukkan di depan khalayak umum. "Kemari kau wanita lacur angkuh!"
BUGH!
"Aku sudah di depan mata mu, Idiot!" umpat Bella setelah memberi satu tendangan di lengan Liam. Pria dengan wajah merah padam itu kembali menjerit.
Arrrggghhh!
Liam tak menyerah. Ia menyerang ke sembarangan arah, tak ingin terlihat lemah. Meskipun gerakan serampangan itu justru membuat ia terlihat bodoh.
Samar-samar, ia sudah bisa melihat sosok Bella. Pria itu menyeringai, ia tertawa sambil berlari kencang ke arah Bella, menerjang dengan penuh percaya diri. Namun, Berujung ia terhuyung dan tersungkur.
Bella siaga, kedua tangannya sudah mengepal di depan dada. Wajah cantik itu terlihat gusar.
"Pengecut seperti mu, hanya berani dengan orang-orang yang tidak berdaya. Jika berhadapan dengan lawan yang sebanding? Kau hanya bisa menjerit-jerit layaknya orang gila, cuih!" Bella melepehkan ludahnya ke punggung Liam, lalu kembali menerjang.
Liam yang tadinya nyaris berdiri, kembali tersungkur. Kali ini, tepat di depan pintu. Melihat ada celah, pria itu lekas berdiri dan berlari. Menerobos pintu dengan tawa kencang.
Dengan jantung yang berdegup kencang, ia menutup pintu itu dan menguncinya. "Ini seru, hahaha! Kau sangat menyenangkan, Bella. Tapi ... sayang sekali, kau harus mati!"
Liam menyiram cairan petroleum ke dinding-dinding gudang, ia berdiri di tepi jendela sembari mengintip Bella yang tetap berdiri dengan tenang.
"Bahkan menjelang maut mu, kau tetap angkuh ya," seringai nya sangat keji. "Selamat menjadi jalang panggang!"
Liam mengambil korek, bersiap-siap menyalakan api. Namun, sebelum niatnya terwujud ....
KRAAAKK!
ARRRGGGHHH!
Dapat Liam dengar suara patahan tulang dari pergelangan tangannya. Pria itu terjerembab, menjerit-jerit serta meronta-ronta. Tangannya bergetar.
"SIAPA KAU?!" jeritnya parau. Matanya menatap nyalang pada pria bermanik amber yang memiliki sorot mata setajam ujung belati.
"Apa ... aku salah memilih sasaran? Kiri ... atau kanan, tangan yang kau gunakan untuk berbuat mesum pada wanita di dalam sana?" tanya pria itu dingin. Siapa lagi sosok itu, jika bukan Edwin.
"Hahaha!" Liam tertawa keras. "Ternyata, kau menyiksa ku seperti ini karena aku sudah memeras buah dada jalang di dalam itu? Ternyata, dia jalang mu? —Menarik! Wanita seperti itu, memiliki pria yang dari sorot matanya saja sudah terlihat jelas kalau kau bukan orang normal. —Ah, maaf. Tapi, aku nggak menyesal tuh. Jika aku bisa mengulang waktu, aku akan kembali meremas dadanya sampai hancur, lalu memotong-motong dada jalang itu dan akan ku lempar ke kandang hewan peliharaan ku!"
BUGH!
KRAAAKK!
ARRRGGGHHH!
"Yah, aku nggak peduli sih, tangan mana yang kau gunakan untuk melakukan hal kotor itu. Toh, kedua tanganmu memang sangat kotor kan?" Ucap Edwin santai setelah kedua kalinya ia menghantam pergelangan tangan Liam yang lain, dengan sebuah palu godam.
BRAKK!
BRAKK!
Edwin menghantam keras gembok yang mengunci pintu gudang. Bella lekas keluar dari sana dengan wajah santai. Ia meringis melihat kondisi Liam.
"Kamu terlalu brutal, Sayang."
"Aku bahkan sudah memperlakukan nya selembut mungkin, Sayang. Tulangnya saja yang terlalu lemah."
"Tulang mana yang nggak akan patah jika di pukul dengan palu godam sebesar ini?" Ujung jari Bella menunjuk palu yang masih meneteskan darah. "Sekarang, pergilah. Aku akan mengurusnya sampai tim Max datang."
Edwin menggeleng. "Ini belum selesai, Bella. Aku yakin, cecunguk ini hanya predator yang dilepaskan sang tuan. Orang-orangnya yang lain pasti akan bertindak. Entah menyelamatkan sampah ini dari kita, atau juga membereskan sampah ini agar tak membuka mulut. —Sebaiknya, aku berjaga-jaga di sekitaran sini sampai tim Max tiba."
"Sampai kapan kalian akan saling mengobrol di sana? Jika ingin membunuhku, cepat bunuh aku! Jangan bicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti! SIAL!" maki Liam. Dia benar-benar sudah tak tahan lagi menahan sakit di pergelangan tangannya yang sudah remuk.
Kedua pasangan itu memilih abai. Bella mengangguk. Ia menyetujui apa yang Edwin katakan, ia memilih mempercayai insting sang suami.
Edwin pun berlalu dari sana. Namun, sebelum ia bersembunyi, ia menyempatkan diri untuk menjejakkan tapak sepatunya di rahang Liam.
"Mulut mu terlalu berisik," kata Edwin tenang dan datar. Namun, justru di sambut erangan kuat dari Liam yang sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
*
*
*
Thor buat cerita agent agent gitu dunk Thor dgn ruang rahasia dll 🫰
Terima kasih banyak Kak, atas karya luar biasanya ini 🙏🥰🥰