Seorang Agen Rahasia terbunuh oleh orang kepercayaannya hingga rohnya masuk ke dalam tubuh seorang gadis malang.
Di mana gadis malang tersebut sejak lahir di buang orang tuanya karena cacat. Setelah dewasa mereka dipertemukan kembali namun gadis angkatnya yang tidak ingin kasih sayangnya di bagi melakukan berbagai cara agar keluarga angkatnya membencinya.
Hingga suatu ketika rencana jahatnya berhasil di mana putri kandung mereka di siksa oleh keluarga kandungnya dan di bunuh oleh kekasihnya.
Roh kedua gadis tersebut bertemu di mana gadis malang tersebut sangat lelah dan meminta roh Agen Rahasia membalaskan dendamnya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah rencananya berhasil? Silahkan baca di novelku ini.
Tolong jangan boom like/lompat baca/nabung bab/bintang 1. Diusahakan baca setiap kali update agar dapat bab terbaik. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yakasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Kevin dan Rahel
"Hari ini Ayah akan membawamu ke sini untuk memperluas wawasan kamu. Karena di masa depan kamu akan mewarisi semua bisnis barang antik milik keluarga kita yang diturunkan secara turun temurun." Ucap pria paruh baya tersebut yang bernama Ayah Kevin.
"Ayah jangan kuatir karena Aku akan menerima warisan yang diturunkan secara turun temurun dengan menjalankan bisnis ini dengan baik." Ucap gadis cantik tersebut yang bernama Rahel.
Ayah Kevin hanya menganggukkan kepalanya hingga beberapa saat ponsel miliknya berdering sekali tanda ada pesan masuk.
Ayah Kevin kemudian mengambil ponselnya dari saku jasnya lalu membaca isi pesan tersebut sedangkan Rahel menatap ke arah orang-orang yang sedang lalu lalang mencari barang yang mereka butuhkan.
"Ayah ingin bertemu dengan rekan bisnis Ayah jadi silahkan kamu kembali ke toko dulu karena hari ini Ayah lumayan sibuk." Ucap Ayah Kevin sambil menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya.
"Baik." Jawab Rahel dengan singkat.
Kemudian Ayah Kevin pergi meninggalkan tempat tersebut sedangkan Ayah Kevin kembali menatap orang-orang yang berlalu lalang.
Hingga tanpa sengaja Rahel menatap ke arah Roberto dan Alesandra yang sedang melihat barang-barang antik yang di jual di toko milik orang tuanya.
'Bukankah itu Kak Roberto?' Tanya Rahel sambil berjalan ke arah Roberto.
"Kak Roberto." Panggil Rahel sambil tersenyum manis.
Roberto yang namanya di panggil langsung membalikkan badannya sedangkan Alesandra yang penasaran ikut membalikkan badannya.
"Kak Roberto datang ke sini untuk berjalan-jalan juga?" Tanya Rahel dengan nada lembut.
"Aku datang ke sini menemani istriku jalan-jalan." Jawab Roberto sambil memeluk pinggang istrinya.
"Alesandra, kamu juga tertarik dengan barang-barang antik?" Tanya gadis cantik tersebut sambil menahan amarahnya.
"Ya, memangnya kenapa?" Tanya Alesandra balik bertanya.
"Menurut rumor yang beredar kalau kamu ... (menjeda kalimatnya) ... Jadi mana mungkin kamu mengerti tentang barang antik?" Tanya Rahel sambil menatap Alesandra dengan wajah merendahkan.
Sebenarnya Rahel ingin mengatakan kalau Alesandra sangat bodoh namun mengingat ada Roberto membuat dirinya tidak mengatakan hal itu.
Namun Alesandra dan Roberto bukanlah orang bodoh karena mereka tahu kalimat yang tidak diucapkan oleh Rahel.
Rahel dan Roberto adalah teman masa kecil, di mana sejak kecil hingga sekarang Rahel sangat menyukai Roberto. Namun Roberto hanya menganggap Rahel sebagai Adik karena dirinya anak tunggal.
Karena itulah Rahel sangat sedih dan marah ketika mendengar orang yang dicintainya dengan setulus hati menikah dengan Alesandra.
Ketika Alesandra ingin menjawab tiba-tiba datang seorang pria paruh baya sambil membawa kertas yang berisi lukisan tangan dan di gulung.
Pria paruh tersebut berjalan melewati mereka membuat Alesandra menatap dan mendengarkan apa yang akan dikatakan pria paruh baya tersebut.
"Tuan, Saya ingin menjual lukisan ini." Ucap pria paruh baya tersebut sambil memberikan lukisan yang di gulung dengan rapi.
Pelayan toko yang merupakan orang kepercayaan orang tua Rahel mengambil gulungan tersebut lalu melihat lukisan tersebut.
"Lukisan jelek kayak gini mau di jual." Ucap pelayan toko tersebut dengan nada ketus.
Sambil berbicara pelayan toko tersebut memberikan lukisan tersebut dengan kasar dan tidak di gulung lagi seperti semula.
Hal itu membuat pria paruh baya tersebut merapikan kembali lukisannya dengan cara di gulung seperti semula.
"Istriku sedang sakit parah dan perlu biaya operasi karena itu Aku mohon agar Tuan bersedia membeli lukisan peninggalan nenek moyang kami." Mohon pria paruh baya tersebut.
"Aku bersedia kalau lukisan ini di jual dengan harga lebih rendah asalkan bisa untuk membayar biaya operasi istriku." Sambung pria paruh baya tersebut.
"Anda pikir toko kami badan amal? Lebih baik kamu pergi dari sini!" Bentak pelayan toko tersebut.
Alesandra yang melihat hal itu langsung berjalan ke arah pria paruh baya dan diikuti oleh Roberto dan Rahel.
"Tuan, Aku mo ..." Ucapan pria paruh baya tersebut terpotong oleh Alesandra.
"Aku yang akan membeli lukisan itu." Ucap Alesandra.
"Paman, berapa harga lukisannya?" Tanya Alesandra.
"Lima puluh lima juta. Memang lukisan ini tidak sebanding harganya tapi Aku terpaksa menjualnya untuk biaya operasi istriku." Jawab pria paruh baya tersebut.
"Pfftttt .... Hahahahahahaha ..." Tawa Rahel dan pelayan toko.
"Hei semuanya! Datang dan lihatlah!" Teriak pelayan toko.
Tidak membutuhkan waktu lama orang-orang pada berkumpul untuk melihat apa yang terjadi. Hal itu membuat Alesandra dan Roberto tidak suka dengan perbuatan pelayan toko.
"Wanita ini sangat bodoh karena ingin membeli lukisan jelek itu dengan harga lima puluh lima juta!" Teriak pelayan toko lagi agar semua orang mendengarnya.
"Alesandra, lukisan itu hanyalah sebuah sampah. Apakah kamu tidak berpikir terlebih dulu sebelum mengeluarkan uang lima puluh lima juta?" Tanya Rahel yang ingin menjatuhkan Alesandra di depan Roberto.
"Kamu mengatakan kalau lukisan itu hanya sampah. Tapi menurutku lukisan itu adalah harta karun yang bisa menghasilkan banyak uang." Jawab Alesandra.
"Kamu itu sangat lucu dengan mengatakan kalau lukisan itu adalah harta karun. Terkadang Aku sangat mengagumi keberanianmu dan memiliki keyakinan yang sangat besar tapi sayangnya kamu tidak mengerti apa-apa." Ucap Rahel dengan wajah sinis.
"Tapi Aku percaya dengan penilaian Alesandra." Ucap Roberto dengan nada penuh keyakinan.
"Kak Roberto, keluarga kami bergerak dalam bidang bisnis barang antik dan kami memiliki kemampuan dan pengalaman untuk menilai barang itu antik atau tidak selama tiga puluh lima tahun." Ucap Rahel.
"Sedangkan Alesandra hanyalah seorang wanita bodoh yang tidak mengerti apa-apa." Sambung Rahel.
"Kak Roberto, bagaimanapun uang yang dikeluarkan Alesandra adalah uangmu. Apakah Kak Roberto tidak berpikir terlebih dahulu?" Tanya Rahel.
"Bagaimana kalau kita buat taruhan?" Tanya Alesandra tanpa mempedulikan ucapan Rahel.
"Maksudnya?" Tanya Rahel balik bertanya.
"Mari kita bertaruh kalau lukisan ini bernilai lebih dari dua ratus juta karena ini adalah lukisan kuno. Jika Aku menang maka kamu harus memberikan Aku uang sebanyak dua ratus juta dan jika seandainya Aku kalah maka kamu yang menentukan persyaratannya." Jawab Alesandra.
"Bagaimana kalau syaratnya kamu bercerai dengan Kak Roberto? Karena bagaimanapun juga seseorang yang tidak memiliki penglihatan karya seni maka Dia tidak layak menjadi istri Kak Roberto." Ucap Rahel yang ingin sekali bisa menikah dengan Roberto.
"Tidak ... Tidak ... Tidak ... Jangan Nyonya Muda, lebih baik Nyonya Muda jangan bertaruh hingga Nyonya Muda bercerai dengan Tuan Muda." Ucap pria paruh baya tersebut.
Walau pria paruh baya tersebut membutuhkan uang namun dirinya tidak ingin egois karena itulah dirinya tidak ingin mereka berdua bercerai.
"Aku mohon jangan biarkan kehadiranku menyebabkan kalian berdua bercerai." Mohon pria paruh baya tersebut.
"Rahel, kamu jangan keterlaluan." Ucap Roberto yang tidak mungkin menceraikan wanita yang sangat dicintainya sepenuh hati.
"Kak Roberto, Aku hanya bercanda. Jika Alesandra kalah maka Aku akan tinggal di rumahmu selama dua bulan selain itu Alesandra harus memposting di media sosial tentang taruhan dan mengatakan kalau Alesandra kalah dalam taruhan." Ucap Rahel.
"Bagaimana pun rumah Keluarga William adalah rumah karya seni arsitektur terkenal di negara ini. Di mana koki yang bekerja di dapur merupakan mantan koki dari Kerajaan S dan mendapatkan gaji yang sangat tinggi. Jadi keahlian dalam hal memasak sangat luar biasa karena itulah Aku ingin menikmatinya selama dua bulan." Sambung Rahel.
'Aku sangat yakin dalam dua bulan Kak Roberto akan menceraikan Alesandra lalu menikah denganku.' Sambung Rahel dalam hati yang tidak mungkin mengatakan hal itu ke mereka berdua.
"Baik." Jawab Alesandra dengan singkat.
"Paman, ijinkan Aku meminta nomer rekening Paman untuk membayar lukisan Paman." Ucap Alesandra dengan nada lembut.
"Baik ... Baik ..." Jawab pria paruh baya tersebut.
Pria paruh baya tersebut kemudian mengambil ponselnya lalu mencari nomer rekening yang di simpannya di dalam kotak pesan wa.
Pria paruh baya tersebut menyebutkan nomer rekeningnya sedangkan Alesandra mengetik di ponselnya hingga beberapa saat Alesandra sudah mentransfer uangnya.
Pria paruh baya tersebut sangat terkejut dan membulatkan matanya dengan sempurna ketika menatap di layar ponselnya pasalnya Alesandra mentransfer uang sejumlah dua ratus juta.
"Nyonya Muda, ini ..." Ucap Pria paruh baya tersebut menggantungkan kalimatnya.
"Tidak apa-apa. Pergunakan uang itu sebaik mungkin dan kalau bisa sebagian di tabung atau di beli barang berharga yang sewaktu-waktu bisa di jual." Jawab Alesandra dengan bijak.
"Terima kasih banyak, Nyonya Muda dan Tuan Muda. Semoga Nyonya Muda dan Tuan Muda selalu bahagia dan diberikan momongan." Ucap Pria paruh baya tersebut dengan tulus.
"Amin." Jawab Alesandra dan Roberto dengan serempak sambil tersenyum.
"Atas nama seluruh keluarga Aku, Aku mengucapkan banyak terima kasih." Ucap Pria paruh baya tersebut sambil memberikan lukisan ke Alesandra.
Alesandra langsung menerima lukisan tersebut sedangkan Pria paruh baya tersebut tersenyum bahagia sambil berjalan meninggalkan mereka menuju ke rumah sakit namun sebelumnya berpamitan dengan mereka.
"Memangnya kamu kasih berapa ke pria itu?" Tanya Rahel penasaran.
"Ingin tahu saja." Jawab Alesandra.
"Kamu ..." Ucap Rahel menggantungkan kalimatnya dengan wajah yang terlihat kesal.
"Wanita ini mempunyai masalah dengan kepalanya karena membeli lukisan sampah itu dengan harga yang sangat mahal." Celetuk pelayan toko dengan tatapan merendahkan.
"Lihat, Tuan Arnold datang ke sini. Tuan Arnold adalah penilai terkenal di dunia barang antik jadi biarkan Tuan Arnold yang menilai lukisan ini." Ucap Rahel yang tidak sengaja melihat Tuan Arnold.
"Aku ingin tahu apakah benar yang dikatakan Alesandra kalau lukisan kuno ini benar-benar harta karun atau tidak." Sambung Rahel.
Tanpa menjawab Alesandra membuka gulungan lukisan tersebut sedangkan Tuan Arnold mengecek apakah lukisan tersebut asli atau palsu.
"Lukisan kuno ini bukan barang antik." Jawab Tuan Arnold setelah dirinya selesai mengecek lukisan kuno tersebut.
"Pffffttttt .... Hahahahahahaha .... Aku sudah bilang kalau lukisan sampah ini sama sekali tidak berharga dan tidak diinginkan siapa pun. Kamu masih muda tapi sayangnya kamu mudah tertipu dengan membeli lukisan sampah ini." Ucap pelayan toko sambil tertawa jahat.
"Alesandra, kamu kalah taruhan." Ucap Rahel sambil tersenyum penuh kemenangan.
'Akhirnya Alesandra kalah dan sebentar lagi mereka akan bercerai kemudian Roberto menikah denganku.' Sambung Rahel dalam hati sambil membayangkan dirinya menikah dengan Roberto.
"Lukisan ini memang lukisan biasa tapi ..." Ucap Alesandra menggantungkan kalimatnya.
"Tapi apa?" Tanya Roberto penasaran begitu pula dengan yang lainnya.
"Hubby, tolong pegang lukisannya." Pinta Alesandra tanpa menjawab pertanyaan Roberto.
Tanpa menjawab Roberto memegang lukisan tersebut kemudian Alesandra menarik kertas yang menempel di lukisan tersebut.
"Aduh Alesandra, mentang-mentang kamu marah dan sangat malu langsung merusak lukisan itu." Ledek Rahel sambil menertawakan kebodohan Alesandra.
Tuan Arnold memperhatikan Alesandra yang menarik kertas yang menempel di lukisan tersebut hingga dirinya melihat sebuah lukisan kuno peninggalan kerajaan jaman dahulu kala.