Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hideen Baby 17
Arga mengerjap saat pantulan cahaya matahari menembus celah jendela kamarnya. Saat menoleh kesamping, Arga segera melipat keduanya tangannya didepan dada seraya mengerucutkan bibirnya.
Sepasang orang dewasa tengah tidur saling berpelukan dalam satu selimut. Dengan kesal Arga menarik selimut yang membungkus tubuh Vie dan Dirga.
"Bunda jahat …..!" teriak Arga.
Suara Arga mampu membangunkan Vie yang masih terlelap. Setelah membuka mata, Vie segera melempar asal tangan kekar yang sedang melingkar di perutnya.
"Kenapa, Sayang?" tanya Vie yang sudah mendapati Arga menangis.
"Bunda jahat! Hiks … hiks."
Vie yang baru saja mengumpulkan sebagian nyawanya segera memeluk tubuh Arga. Mungkinkah anaknya sedang bermimpi buruk.
"Tenang, Sayang. Kamu mimpi apa kok sampai nangis seperti ini?"
Mendengar tangisan Arga membuat Dirga terbangun dengan wajah heran karena melihat ibu dan anak saling berpelukan di pagi buta bak Teletubbies.
"Kamu kenapa bangun, Ga? Mimpi buruk ya?" tanya Dirga sambil merenggangkan otot-otot. Tidurnya malam ini terasa sangat nyenyak.
"Om Bos jahat!" teriak Arga dengan kuat.
Vie dan Dirga saling berpandangan setelah mendengar ucapan dari Arga. Jika tadi yang dikatakan jahat adalah Vie, maka saat ini Dirga juga dikatakan jahat juga oleh Arga.
"Lho, om salah apa Ga?" Dirga mengernyitkan dahinya.
"Om Bos kenapa ambil bundanya Alga? Kenapa om Bos peluk bundanya Alga? Bunda juga, kenapa bunda juga peluk dia, anak bunda itu Alga bukan dia!"
Seketika tubuh kedua orang dewasa itu membeku akan ucapan anaknya. Vie benar-benar malu atas apa yang telah terjadi, itu semua diluar kesadaran. Namun, tidak dengan Dirga yang tersenyum bahagia mendengar kejujuran Arga bahwa Vie juga memeluk dirinya. Pantas saja tidur malam ini terasa sangat nyenyak. Ternyata guling yang ia peluk hampir satu malaman juga memeluk dirinya.
Kemarahan Arga masih berlanjut. Saat sarapan Arga tak menyentuh sedikitpun makanan, padahal Vie telah menggoreng kan nugget dan ayam kesukaan Arga tetapi, nyatanya Arga tak menyentuhnya.
"Sayang, kenapa gak di makan? Kita mau berangkat lho, nanti telat," tanya Vie.
"Alga gak mau makan. Bunda jahat!"
Vie membuang nafasnya beratnya. Jika sedang marah, Arga memang sulit untuk di bujuk. Harus butuh waktu untuk mengambil hatinya lagi.
"Iya maaf ya, bunda udah jahat tadi. Udah salah peluk orang. Tadi bunda pikir itu Arga, eh ternyata bukan. Semua ini salah om Dirga yang bobok di samping bunda," kilah Vie sambil menunjuk ke arah Dirga.
Mata Arga mengikuti telunjuk yang sedang menunjuk Dirga.
"Kalau gitu Alga lapolin om Bos sama pak LT kalena udah ngambil bundanya Alga," ketus Arga.
Ingin tertawa namun takut Arga semakin ngambek, akhirnya Dirga hanya diam saja saat dihakimi oleh anaknya sendiri yang tak jelas setiap kata yang terucap.
"Om Bos, kenapa culi bundanya Alga?"
"Om gak nyuri bunda Arga. Sini deh Om mau kasih tau sesuatu." Dirga memberi isyarat supaya Arga duduk di sampingnya.
"Gak mau!" ketus Arga lagi.
"Ya udah om ngaku salah, oke?"
"Arga sayang gak sama ayah Arga? Rindu gak sama ayah Arga? Sekarang ayah Arga udah pulang lho, masa Arga masih mau marah?" rayu Dirga sambil melirik Vie yang tengah menatap sarapan.
Wajah Arga berbinar seketika saat mendengar bahwa ayahnya sudah pulang, berarti sekarang Arga sudah punya ayah dan tak perlu menjadi Dirga sebagai ayahnya.
"Selius Om?" Arga antusias.
Dirga mengangguk. "Iya dong, tapi sarapan dulu, ya."
Arga yang sejatinya anak yang patuh pun segera menuruti ucapan Dirga untuk sarapan. Rasanya ia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan ayah yang selama ini ia rindukan.
Setelah siap dengan seragam sekolah, Arga harus menunggu Dirga yang masih mandi. Pagi tadi ada seseorang yang mengantarkan pakaian ganti untuk Dirga.
"Lama banget sih dia mandinya," gerutu Arga.
Vie juga sudah menunggu Dirga. Ia tidak tahu jika Dirga akan numpang mandi di rumahnya.
"Emang benel ya Bun, kalau ayah Alga udah pulang?"
Vie menelan kasar ludahnya. Meskipun berat, ia harus segera memberitahukan kepada Arga bahwa Dirga adalah ayahnya.
"Iya Sayang, ayah Arga udah pulang," jawab Vie.
"Hore … ayah Alga udah pulang. Alga punya ayah," teriak Arga dengan wajah bahagia.
Sesaat kemudian Dirga telah menyempil di antara ibu dan anak yang tengah berbincang santai.
"Om, Ayo antalkan Alga ketemu dengan ayah Alga. Alga mau peluk ayah." Arga langsung menahan kaki Dirga.
Dirga jongkok untuk menyamankan tinggi badannya dengan Arga. Apapun yang terjadi, Dirga harus mengatakan semua kepada Arga. Tak baik bermain kucing-kucingan, sementara Arga sudah berharap lebih.
"Denger ya Ga. Ayah kamu ada disini, kamu bisa langsung peluk."
"Mana?" tanya Arga bingung.
"Ini ayah kamu, Ga. Arga mau kan punya ayah seperti ini?"
Arga terdiam untuk sejenak dan menatap bundanya, memastikan bahwa tak ada kebohongan dengan ucapan Dirga. Vie mengangguk pelan, seolah itu adalah jawabannya.
"Telpaksa mau ajalah Om, kan udah dicetak. Mana mungkin bisa dikembalikan lagi," celoteh Arga.
🌼 Bersambung 🌼
Halo-halo absen kembang dan kopi!
( Author nodong )
Dukung novel ini biar bisa nangkring di beranda dong 😊😊 kalau kalian baca ada typo, colek othor ya, biar segera di revisi, jangan di abaikan 😊😊