NovelToon NovelToon
Benang Merah Penyihir Kolot

Benang Merah Penyihir Kolot

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain / Pembaca Pikiran
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Gaurika Jolie

Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.

Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.

Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ciuman Maut

Merasa ditantang sekaligus mendapatkan ijin untuk mencium cinta pertama, tanpa berpikir panjang Difiar menarik tengkuknya lalu melumat bibir mungil itu. Difiar rasa sistem memang eror menciptakan manusia baru dengan wajah yang sama, kali ini sifat cinta pertamanya sungguh banyak kejutan.

"Nghhh...."

Safira terkejut mendadak lidah Difiar menerobos ke dalam bibirnya mencari pasangannya sampai bertemu mereka saling menyapa. Suara lidah yang berperang dalam bibirnya meningkatkan gairah untuk menjelajah lebih lama. Difiar mendominasi permainan lidah mereka sampai dirasa Safira berusaha mendorong bahunya.

"Muachh...."

Napas Safira hampir habis, tetapi Difiar tidak menanggapi isyarat darinya. Safira langsung mengigit bibir Difiar sehingga ciuman mereka terlepas.

"Auu!"

Dirasa bisa menghirup udara sebanyak-banyaknya, Safira memanfaatkan kesempatan untuk bernapas karena terlihat Difiar masih menunggunya.

“Aku pikir malam ini kamu kehilangan akal, Safira.”

“Pelan-pelan aja,” pinta Safira disela tarikan napas lalu melingkarkan kedua tangannya ke belakang leher Difiar dengan senyuman menggoda. “Belum dapat yang kamu mau setelah keluar dari diskotik itu atau udah ada penggantiku?”

Jempol Difiar mengusap bibirnya kemudian mengecup bibir Safira berulang kali. “Nggak ada yang bisa menggantikan kamu.”

Ciuman kali ini Difiar lakukan secara perlahan menikmati kehangatan serta sengatan kecil di dalam tubuhnya. Perasaan yang terkubur dalam dirinya perlahan muncul kembali sehingga dirinya tidak mau menyia-nyiakan waktu lagi menunggu gerhana bulan total selanjutnya.

Bibir Difiar perlahan turun menuju lehernya menjelajah setiap inci permukaan leher jenjang itu sehingga desahan Safira lolos begitu saja. Difiar berhenti meninggalkan tanda kepemilikan yang tidak hanya satu melainkan tiga sekaligus.

"Aahhh...." Tangan Safira mengusap rambut kepalanya seraya mengerang menikmati kesakitan yang berujung candu.

Momen yang ditunggu Safira terjadi setelah Difiar menatap manik matanya. Mereka bertatapan sehingga Difiar tersenyum bisa mengambil keputusan yang tepat. Kali ini dia tidak ingin melepaskan cinta pertamanya lagi.

Safira senang bisa melihat senyum Difiar untuk pertama kalinya di bawah sinar bintang-bintang. “Butuh kamar untuk lanjut?”

“Aku pikir nggak perlu. Nanti ujung-ujungnya kamu menyesal. Tidurlah di sini,” suruhnya seraya menepuk paha atasnya lalu Safira merebahkan kepalanya di atas dua kaki Difiar.

Difiar menunduk menatap Safira lalu menciumnya kembali. Lumatan itu awalnya pelan lama-lama Difiar memimpin sehingga Safira mengimbangi dengan brutal. Setelah dirasa kehabisan napas, Difiar mengambil napas sebanyak-banyaknya di dekat pelipis Safira setelah memberikan kecupan penutup.

“Kamu milikku sekarang! Aku nggak akan mengikuti perjanjian kita dulu, sekarang aku ingin sering bertemu kamu dan juga kenal kamu lebih lama lagi. Kalau kamu mencintai orang lain aku nggak peduli karena aku bertemu kamu lebih dulu!” bisiknya disela helaian napas beratnya.

Safira menutup wajahnya karena malu sebab mulai lebih dulu. Parahnya Difiar terpancing dengan candaannya. Lebih paranya lagi, bukannya memberontak, Safira menyambutnya dan ikut menikmati setiap perbuatan yang Difiar lakukan. Seolah dirinya berbeda dengan Safira sebelumnya, malam ini dia merasa jadi wanita murahan.

Difiar mengusap kepala cinta pertamanya yang masih salah tingkah. “Lihatlah bulannya hampir merah sempurna.”

Safira tidak mau membuka telapak tangannya karena bisa melihat wajah Difiar dari bawah. Lagi pula wajahnya pasti berantakan saat ini.

“Kamu nggak mungkin hidup seratus tahun lagi, Safira,” ucap Difiar begitu lembut.

Namanya dipanggil Difiar seakan menggelitik hatinya. Perlahan telapak tangannya terbuka sehingga dia melihat Difiar menatap ke atas. Sontak Safira mengikuti arah pandangannya. Bulan purnama langka itu hampir mendekati puncaknya.

“Bulannya seperti berdarah.”

Safira memilih duduk di samping Difiar agar bisa fokus melihat warna bulan yang berubah menjadi merah darah. Angin menerpa tubuhnya yang baru sadar jika punggungnya terbuka apalagi rambutnya yang dikuncir. Safira melepas kuncirannya untuk menutupi karya Difiar di lehernya.

“Dinginnya tengah malam,” celetuk Safira yang tidak ada balasan dari pria di sampingnya.

“Ekhemm!!” Berulang kali Safira berdeham biar Difiar paham. “Dingin banget, nih!”

Nyatanya, Difiar sama sekali tidak paham. Badannya menggigil karena dingin, ditambah dirinya memakai dress selutut dengan punggung terbuka. “Aku boleh pinjam jaket kamu? Soalnya dingin banget."

Difiar melirik Safira yang memeluk diri sendiri, terlihat dari suaranya yang menggigil, tanpa basa-basi dirinya langsung melepas jaket lalu membantu Safira memakainya.

“Aku antar pulang sekarang kalau kedinginan.”

Safira menggeleng lalu memeluk tubuhnya lagi. Sementara tangan Difiar menumpu di samping tubuhnya sehingga Safira merasa Difiar tengah menjaganya. Safira bergeser sampai merasa tubuh mereka menempel satu sama lain.

“Nggak papa?”

“Hmm....”

Banyak waktu telah mereka lalui hingga gerhana super blood moon telah melewati puncaknya. Kini tinggal matanya yang terasa berat.

Karena sudah terlalu nyaman dengan posisi saat ini, Safira bersandar pada bahu Difiar yang ada di belakangnya. “Bisa langsung sampai rumah nggak, sih? Aku capek kalau pulang harus jalan kaki terus!”

“Bisa, tidur aja nggak papa nanti aku bangunin."

Tanpa mereka sadari, benang merah muncul mengikat jari kelingking mereka masing-masing.

Benang merah mengikat tanpa permisi seolah tidak melihat siapa dua orang itu yang mungkin bisa menentang takdir.

"Aku nggak masalah sebenarnya kamu siapa. Aku mau, aku harus mendapatkannya!"

1
iyantaritari
meleleh aku bang
iyantaritari
omgg
iyantaritari
tiba tiba banget
iyantaritari
jahat banget mulut mertua
iyantaritari
caranya biar bisa ke sana gimana?
iyantaritari
widih agak laen emang
watix14
kasian juga loh, penyihir butuh bersenang2 juga
watix14
setuju si, tapi untuk rakyat kecil uang memang segalanya
miyantoroo
ada apa denganmu pak penyihir?
cahyaningtyasss
yaampunnn
cahyaningtyasss
tetap aja kamu salah
cahyaningtyasss
sama aku juga mau
miyantoroo
coba dulu
watix14
Rekomendasi novel yang pas untuk dibaca tengah malam buat begadang. Aman dari dosa dan hawa panas. pokoknya kalian harus baca
watix14
keren banget jamu racikan penyihir kolot
watix14
secepat itu?
watix14
sisain setetes aja
watix14
memang aku juga gitu
watix14
samuel si serba bisa
watix14
siapasih safira itu?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!