Novel ini merupakan lanjutan dari "susuk nyironggeng"
"Ampun Sari jangan,"Juragan Karta berlari keluar dari kamar,sedangkan perempuan yang bersama nya mengigil ketakutan,terlihat sosok penari ronggeng melayang mengejar Juragan Karta.
Sudah 10 tahun sejak peristiwa pembakaran yang menyebabkan kematian seorang penari ronggeng,kini desa itu sudah maju dan berganti nama menjadi desa sukamulya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror
Pagi itu matahari masih belum bersinar terang,kabut masih menyelimuti desa,warga desa masih belum beraktivitas kesawah atau keladang,terlihat seorang perempuan setengah baya duduk disamping makam sambil mengelus nisannya.
"Neng Sari,Azam ada didesa ini,Emak sedih,seharusnya kamu yang bersamanya,seharusnya dia anakmu bukan anaknya Dewi,seharusnya kamu bahagia bersamanya,kenapa kamu lakukan itu,kenapa kamu tidak mau bicara sama Emak,Emak akan cari cara untuk mendapatkannya,Sari...."Emaknya Sari menangis tersedu-sedu disamping makam Sari.
"Habisi mereka semua yang telah menganiaya kamu,Emak tidak rela mereka bahagia,buat mereka merasakan apa yang kamu rasakan,buat mereka merasakan kehilangan seperti Emak kehilangan kamu,Emak tidak rela kamu mati dengan jalan seperti ini,Emak tidak rela Sari."Emaknya Sari menangis sambil berteriak-teriak.
Di tempat pak kades Jana,pak kades sedang duduk didepan bersama pak komar sambil menikmati kopi.
"Pak jadi kita harus bagaimana,apa kita cuma diam saja,dan kalau benar apa yang diceritakan,arwahnya pasti akan mendatangi yang lain."
"Bapak juga heran Jana,kenapa baru sekarang,kalau mau membalas dendam kenapa tidak dari dulu."
"Iya sih pak,kenapa baru sekarang,apa Bapak punya solusinya."
"Entahlah dulu ada Nek Ipah,kyai Basir,Bapak bisa minta tolong pada mereka,sekarang kemana Bapak harus minta tolong,mereka sudah tidak ada Jana,"pak komar menghisap rokoknya dalam-dalam.
"Kita tanya pak ustadz Salim aja,mungkin ia punya solusi nya,"sahut Jana.
"Betul juga,ya udah nanti sore Bapak kesana."
Sorenya pak Komar mendatangi mushola tempat ustadz Salim dan Imran mengajar ngaji.
Terdengar suara anak-anak sedang belajar mengaji,pak komar memarkirkan motornya di depan mushola,ia menghampiri pak ustadz Salim.
"Assalamualaikum pak ustadz,"Pak komar berdiri di depan pintu mushola.
"Waalaikum salam,wah tumben ada angin apa nih kesini pak komar?"Sapa ustadz Salim.
"Pak ustadz bisa kita bicara berdua saja,"sahut pak komar.
"Oh boleh,"pak ustadz menyuruh anak-anak belajar dengan Imran dulu,"kita didepan saja pak,kalau disini ramai anak-anak,"ujar ustadz Salim.
"Iya,ayo,"Pak komar mengikuti pak ustadz duduk dibawah pohon mangga,disitu ada bangku dari bambu.
"Ya gimana nih,tumben kesini?"
"ustadz,tadi malam aku dan Jana didatangi arwahnya Sari,dia mencekik leherku dengan selendang,aku mau tanya apa arwah yang sudah meninggal itu akan bangkit lagi?"
"Setehuku tidak pak,tapi kita kan didampingi jin qorin,nah jin qorin itu yang biasanya menyerupai kita ketika kita sudah meninggal,"sahut pak ustadz.
"Tapi apakah jin qorin bisa balas dendam pak ustadz?"
"Aku tidak tahu pak,kalau itu aku tidak mengerti,kita tanya sama Imran saja,dia mungkin lebih mengerti hal-hal begitu."
Pak ustadz kemudian memangil Imran dan mereka duduk bersama membicarakan tentang kejadian yang dialami pak komar dan kades semalam.
"Jadi gimana nih,apa itu arwahnya Sari,atau qorin Imran?"
"Aku belum bisa memastikan,tapi biasanya kalau qorin itu paling hanya mewujudkan saja ketika ada suatu hal yang belum selesai atau ada pesan,kalau arwah juga ada,tapi biasanya itu bagi arwah yang tidak sempurna dan biasanya itu diambil atau dibangkitkan oleh seseorang buat dimanfaatkan atau Dukun buat santet,atau untuk pengasihan,atau lain hal lah,itu Setehuku pak,kalau tidak salah."
"Oh,kalau itu qorinnya,kenapa baru muncul sekarang Imran?biasanya orang yang meninggal dia akan memberi pesan dalam 7 hari atau 40 hari kematiannya,"ujar pak Komar lagi.
"Yah,kita harus cari tahu pak,aku juga tidak mengerti soal itu,"Sahut Imran.
Menjelang magrib pak Komar baru pulang dari mushola,ia menyusuri jalan desa yang sepi,walaupun sekarang listrik sudah masuk tapi ditepi jalan masih belum ada penerangan.
Semua warga desa sudah masuk kerumah masing-masing,mereka tidak ada yang diluar rumah ketika waktu menjelang magrib.
"Kenapa tadi aku tidak cepat pulang ya,tadi-tadi aku sholat magrib disana saja,biar enggak kemagriban dijalan,"sepanjang jalan pak komar terus bergumam.
Hari sudah berganti gelap adzan magrib sudah berkumandang,pak komar memacu motornya dengan kencang,sisi kanan kiri masih banyak kebun,disitu jarang rumah warga.
"Grosak,grosak...."terdengar suara arah kiri kebun.
"Ya Allah,jangan sampai ketemu jurig,sien (setan,takut),"pak komar celigukan mendengar suara berisik kebun sebelah kiri.
Karena pandangan matanya selalu tertuju ke kiri,ia tidak melihat kalau ada sesuatu didepannya.
"Hah....cittttt,Brukhhh,"motor pak komar jatuh ketanah,ia terkejut ketika pandangan beralih kedepan sesosok pocong sedang berdiri menghadang jalannya.
"Akhhh....,"pak komar cepat-cepat bangun,ia segera membangunkan motornya dan melihat sekeliling,"kok tidak ada,apa itu nyata hanyalah ketakutanku saja."
Pak komar bernafas lega ketika ia tidak melihat sosok itu lagi,dia kemudian melanjutkan perjalanan.
"Loh,kenapa berat ya,"pak komar bingung kenapa sekarang motornya sangat berat.
Ketika pak komar sudah sampai didepan rumah,terlihat Mumun dan Jana sudah menunggu dengan khawatir,tapi Mumun ketakutan begitu motor bapaknya diparkir.
"Po po pocong,"Mumun ketakutan bersembunyi dibalik punggung suaminya.
"Jana kenapa dia,"pak komar bingung melihat Mumun ketakutan.
"Itu pak,itu..."Jana menunjuk ke arah belakang pak komar.
Pak komar melihat kebelakang dan dia terkejut melihat sosok pocong yang tadi dilihatnya, malah ikut pulang.
"po po pocong....,Brukhhh,"pak Komar jatuh beserta motornya,lalu pocong itu menghilang.
Jana berlari menghampiri mertuanya setelah sosok pocong itu hilang,"ayo pak bangun,"Jana mengangkat tubuh pak komar dan menuntunnya kedalam rumah.
Malam mulai merayapi desa,suasana semakin mencekam terlihat seorang perempuan berjalan menuju rumah seseorang,ia melihat kearah rumah,setelah dirasa aman ia pergi kebelakang rumah dan meletakkan sesuatu di pekarangan belakang rumah.
Lolongan anjing mulai bersahutan,malam itu tidak ada seorangpun yang mau ronda.
Disepajang jalan terlihat satu sosok melayang sambil menyanyikan kidung,suaranya terdengar lirih,sosok itu masuk kesalah satu rumah.
"Tolong,tolong....,"terdengar suara teriakan dari dalam rumah.
"Ampun,ampun....Akhhhh,"tidak lama kemudian terlihat api membubung dari rumah tersebut.
"Akhhhh...tolong,tolongggg." seketika suara itu hilang hanya api yang berkobar.
Ketika api sudah membumbung tinggi,terdengar suara teriakan,"api,api..,tolong,tolong," dari rumah tetangganya,yang memang rumahnya agak jauh.
Warga itu keluar dan membunyikan kentongan,"tong tong tong tong....,api kebakaran, api."
Seketika suara kentongan saling bersahutan dan orang-orang datang berbondong-bodong berusaha memadamkan api.
Setelah subuh api baru bisa dipadamkan,warga yang kelelahan duduk ditanah,dan beberapa lainnya masuk kerumah mencari penghuni rumah dan setelah beberapa saat para warga berteriak,"disini, disini ada mayat."
Para warga segera menghampiri,ikut mengangkat mayat-mayat yang sudah gosong itu keluar dari puing-puing kebakaran.
Paginya dua jasad sepasang suami istri dimakamkan,dan setelah pemakaman selesai para warga berkumpul dibalai Desa.
Suara mereka riuh saling bersahutan,mereka saling bersuara ingin mengeluarkan aspirasinya,mereka berteriak-teriak meminta diperhatikan.
Pak kades,aparat desa,pak Komar bingung cara menenangkan warga,tiba-tiba terdengar suara kentongan dari belakang warga.
"Tong tong tong tong.....,"diam."terdengar teriakkan lantang suara perempuan.
Semua orang seketika terdiam dan melihat kearah belakang,terlihat seorang perempuan setengah baya baju kedepan,pandangannya tajam,menatap semua orang.
Semua orang terkejut,ia adalah Emaknya Sari,beberapa warga mengkerut dan mundur.
"Dengar,apa kalian tidak sadar,kejadian-kejadian ini dimulai ketika Azam dan Dewi kembali kedesa,jangan-jangan mereka membawa sesuatu."
Semua orang terkejut, termasuk pak kades Jana dan pak Komar, pak Komar begitu marah mendengar ucapan Emaknya Sari.
"Ceceu(kakak perempuan)berhenti!!"pak Komar membentak Emaknya Sari.
"Kenapa,memang benar kan,jangan-jangan mereka kesini mau cari suatu,siapa tahu mereka sedang mencari tumbal."Ucapan Emaknya Sari semakin menjadi,berusaha memanasi warga.
Ada beberapa warga yang mulaib termakan omongan Emaknya Sari.
"Iya betul,apa yang diomongin bener,semenjak Dewi dan Azam datang,keadaan desa menjadi kacau,"ucap salah seorang warga.
"Iya,"ucap yang lain.
"Kalau begitu usir saja.
"Iya betul suruh keluar dari desa ini."
"Berhenti,berhenti,apa yang kalian bicarakan, jangan asal bicara, itu bisa jadi fitnah,"pak komar berteriak marah.
"Sekarang lebih baik kalian pulang,tunggu kabar dari kami kami udah laporkan masalah ini pihak kepolisian, jangan bertindak sendiri,bubar,bubar sekarang."Dengan sedikit membentak pak komar berhasil membubarkan warga yang berkumpul.
Kemudian menatap Emaknya Sari"Ceceu,kalau ceceu cuma mau bikin rusuh didesa ini lebih baik pulang kedesa ceceu,"pak komar juga mengusir Emaknya Sari.
awal aku ngebayangin daerah karawang, kan daerah penari.
lalu kalau jalur tempuh tengah malam bisa nyampe Banten, berarti deket, antara Bogor atau Sukabumi.
ah jadi lieur kumaha othor wae lah hehehe
up
up
up