FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Novel perdana author.
Berawal dari gadis biasa yang menghadapi diskriminasi dan hinaan orang banyak di sekitarnya, Clara membuktikan kemampuannya dengan bekerja sebagai ahli keuangan yang mengesankan bagi seorang bos konglomerat. Di satu sisi, Clara menjadi salah seorang kepercayaan bagi atasannya. Namun, di sisi lain ia menyadari bahwa pekerjaannya berkaitan dengan hal-hal berbahaya yang tidak manusiawi. Pertemuan kembali dengan Kent, sahabat pada masa remajanya, memberikan Clara keberanian untuk menguak kejahatan orang-orang kelas atas yang berkaitan dengan berbagai kasus misterius. Akankah Kent tergerak untuk menolong Clara seperti sedia kala?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembunuhan
Setelah menyelidiki lebih banyak mengenai perusahaan L-Group, Kent menemukan fakta bahwa dulunya perusahaan itu adalah firma hukum. L-Group awalnya didirikan melalui kerja sama dua orang pengacara terkenal; yaitu Jeofri Linardi dan seorang lagi yang bernama Sebastian Tang.
Jeofri adalah keturunan Tionghua yang lahir dan dibesarkan di kota Medan, Indonesia. Sedangkan Sebastian adalah pengusaha dan pengacara asal Tiongkok yang berminat untuk menanamkan investasi di kota-kota Indonesia yang sedang berkembang.
Kabarnya, akibat suatu proyek pembangunan infrastruktur yang menguras biaya hingga sebesar 1 triliun rupiah pada tahun 1997, Sebastian dinyatakan bangkrut dan melakukan aksi bunuh diri di unit apartemennya. Secara otomatis, seluruh saham dan kepemilikan L-Group jatuh ke tangan Jeofri Linardi, yang saat itu berusia 63 tahun.
Jeofri Linardi menjadi salah seorang terkaya di Indonesia mulai tahun 2000 berkat kemajuan perusahaan L-Group. Sekitar 6 tahun kemudian, Jeofri meninggal dunia dikarenakan sakit keras, dan diikuti dengan pelantikan putra ke-duanya sebagai Presdir L-Group. Jeofri memiliki 3 orang anak; yakni 2 orang anak lelaki dan 1 orang anak perempuan.
Putra pertama Jeofri bernama Carlson Linardi, putra ke-duanya bernama Heinrich Linardi, dan putri bungsunya bernama Sharon Linardi. Kakak tertua dari 3 bersaudara Linardi adalah seorang penggila judi, sehingga hampir tidak mendapatkan bagian hak kekayaan dari mendiang ayahnya. Karena hubungan putra sulung dan Heinrich Linardi memburuk setelah pembagian warisan, pria bernama Carlson itu dinyatakan cacat mental dan dirawat di rumah sakit jiwa hingga bertahun-tahun lamanya. Sedangkan, adik perempuan bernama Sharon yang menjalani hidup super mewah dengan menghabiskan harta warisan pun berakhir di penjara dikarenakan menjadi pelaku kejadian tabrak lari yang menewaskan warga setempat saat mabuk.
"Wah.. Benar-benar keluarga yang kacau. Namun, sekarang aku paham darimana kekayaan besar yang diturunkan dalam beberapa generasi ini berasal. Kalau begitu, Presdir Heinrich saat itu masih sangat muda ketika bertemu dengan ayahku," simak Kent.
Kent terus mengutak-atik laptop yang tersedia di ruang kantor khususnya, kemudian berhenti sejenak ketika menemukan data seorang karyawan baru, yang tak lain adalah Clara.
Clara Sabina Raharja. Lahir tahun 1995. Posisi : Asisten Keuangan Presdir Linardi.
"Ternyata, dia benar-benar menjadi asisten orang ini. Beruntung sekali nasibnya," kata Kent acuh, kemudian menutup laptop dan beranjak dari ruangannya.
Kantor Kent berada di lantai 8, yaitu lantai yang sama dengan Wakil Direktur Debry Linardi. Sedangkan, kantor Clara berada di lantai 22, yang tak lain adalah kantor Presdir Linardi. Karena selisih lantai yang besar ini, Kent cukup yakin dirinya tidak akan berpapasan dengan Clara.
Siang harinya pada pukul 1:30, sesuai shift kerja, Kent sudah berada di lobby untuk makan siang di luar seorang diri.
Baru melangkah keluar melalui pintu lobby, mendadak terdengar suara gesekan pintu dari hadapannya.
"Astaga!" pekik seorang gadis yang hampir bertabrakan dengan Kent.
"Lagi-lagi kau. Minggir."
Belum melihat ke depan, Kent telah menyindir gadis itu dengan sikap dinginnya.
"Ini aku, Clara. Apa kamu lupa? Dulu kita berteman akrab. Kamu mau kemana jam segini? Bukannya jam makan siang sudah lewat? Kalau masih lapar, beli kue saja di kantin sebelah sana," ucap Clara, sambil melambaikan tangannya di depan wajah Kent.
"Minggir."
Jawaban Kent yang ketus malah membuat Clara semakin bersemangat untuk berbicara.
"Kenapa kamu dingin sekali? Mau kutemani ke kantin?" tanyanya lugu.
Karena kesal, Kent mendesahkan nafasnya kemudian memelototi Clara. Uniknya, gadis berambut pirang itu malah tersipu.
"Apa rambutku sebagus itu? Aku senang kau menyadarinya. Kemarin aku sempat ke salon untuk meluruskan rambutku yang ikal alami," kata Clara berbelit-belit, sambil menyentuh rambutnya dengan canggung.
Tanpa berkata apapun lagi, Kent menarik kedua sisi pundak Clara ke samping hingga tubuh gadis itu hampir terpelanting, lalu melangkah keluar dari pintu begitu saja.
Terkejut oleh perlakuan sahabat lamanya, Clara masih bengong selama beberapa detik.
"Luar biasa... Dia benar-benar berbeda," gumam gadis itu takjub, seraya berpaling ke arah Kent yang telah berjalan jauh menuju tempat parkir.
Bagi Clara, Kent masih tetap sama, walau sikapnya sangat tidak terduga. Gadis itu jelas-jelas ingin lebih mengenal Kent yang telah dewasa ini.
Sementara itu, suasana UGD di sebuah rumah sakit kota Jakarta sangat sibuk, hingga nampak beberapa staf dan tim medis yang berlalu-lalang dengan cepat untuk menangani pasien.
Di antara orang banyak yang mengunjungi atau mengantarkan pasien, Adi termasuk salah satunya.
"Bertahanlah, Kris. Aku akan segera menelepon Kent," kata Adi tergesa-gesa dan sedikit panik.
Di kasur pasien yang belum tertangani, Kris terbaring lemah dengan tubuhnya yang bersimbah darah. Walau ingin mengatakan sesuatu, suaranya amat pelan hingga tak terdengar.
"Jangan membuang-buang tenagamu dengan berbicara. Beristirahatlah semampumu, hingga rumah sakit menyatakan ada kamar rawat inap yang siap digunakan. Yang penting, kau harus selamat. Setelah itu, kau harus memberitahukan semuanya kepada kami. Aku dan Kent pasti akan membalas perbuatan bajingan yang membuatmu begini!" pinta Adi kepada Kris, dengan iba.
"Permisi, Pak," sapa dokter yang telah muncul untuk melihat kondisi Kris.
Lima menit setelah memeriksa, dokter itu berkata kepada Adi; "Sepertinya, teman Bapak terluka parah akibat suatu perkelahian. Lalu, di sebelah kanan perutnya yang sedang ditahan oleh tangan kanannya ini terdapat luka tusukan pisau yang cukup dalam. Oleh karena itu, saya sarankan untuk melakukan operasi demi menjamin keselamatannya."
Mendengar hasil pemeriksaan dokter, Adi terperangah dan langsung menghubungi Kent.
"Halo?" sebut Kent, seketika menerima panggilan.
"Kent, kamu dimana?" respon Adi secepat kilat.
"Aku masih berada di sekitar perusahaan L-Group, karena baru selesai makan siang. Kenapa?" tanya Kent.
"Kris! Dia... Pokoknya, cepat kemari! Aku sedang berada di rumah sakit. Kata dokter, dia harus dioperasi secepatnya. Tapi, aku uangku ga cukup--"
"Tunggu dulu. Rumah sakit? Kris dioperasi? Apa maksudmu? Bicaralah perlahan," sanggah Kent, karena mendengar suara Adi yang patah-patah dan tidak sabaran.
"Akan kuberitahukan secara lengkap melalui pesan whatsapp. Selesaikan semua urusanmu dan segeralah kemari," ujar Adi.
"Ok," jawab Kent singkat, sebelum Adi menutup panggilan ponselnya.
Kris terluka parah saat menyelidiki sebuah bar di pusat kota. Aku diberitahu saat ada orang yang menemukannya terkapar di jalanan. Alamat rumah sakitnya...
Seusai membaca pesan, Kent segera berangkat dengan motornya menuju rumah sakit yang disebutkan, sembari menyalakan GPS pada ponselnya.
Dua jam setelah itu, setiap media mulai menayangkan berita mengenai kasus penyerangan dini hari di suatu tempat bernama Eve's Bar & Lounge, yang menewaskan setidaknya 3 orang pria dan seorang wanita korban pelecehan seksual. Selain target yang diutamakan, terdapat beberapa orang yang terluka ringan hingga berat, tidak terkecuali Kris.
- Bersambung -