NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!
Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.
Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.
Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.
Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu tak di undang
Hari mulai berlalu, kini sudah lebih dua minggu perjanjian konyol itu mereka jalani. Tak ada yang berubah dari sikap Adrian kepada Elena. Masih seenaknya sendiri, tukang ngatur dan si paling m*sum.
Hampir sepuluh hari lamanya Elena baru selesai dari yang namanya tamu bulanan. Elena juga tidak tau kenapa obat pencegah kehamilan itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap hormonnya. Dia tetap datang bulan seperti biasa. Selama itupun Adrian terus saja uring-uringan karena tidak bisa menyalurkan h*sratnya.
"Kamu mau makan dulu atau mandi dulu??" Tanya Elena sambil membantu Adrian membuka jasnya.
"Mandi"
"Baiklah, aku siapkan air hangatnya dulu. Kau bisa berendam sambil menunggu aku memasak. Kelihatannya kau sangat lelah hari ini" Elena tak memperhatikan Adrian yang terus menekuk wajahnya.
Ia justru masuk ke dalam kamar mandi dan mengisi air hangat ke dalam bathub untuk Adrian.
"Bagaiman aku tidak lelah, kau saja tidak mau membuatku bersemangat" Gumam Adrian namun masih bisa di dengar oleh Elena. Dia mengekor di belakang Elena hingga sampai di kamar mandi.
"Bukan tidak mau Adrian. Tapi kemarin memang aku sedang datang bulan"
"Ck, alasan saja. Kau bisa melakukannya dengan cara yang lain seperti kau biasa melakukannya dengan orang lain"
Elena tak menanggapi Adrian yang mulai menghinanya itu. Dia justru melepas kancing kemeja Adrian satu persatu.
Elena diam-diam menelan ludahnya melihat dada dan perut berotot milik Adrian. Dia sangat menyukainya, apalagi aroma khas yang keluar dari tubuh Adrian, Elena bisa gila hanya dengan mencium baunya saja.
Elena meraba area yang ia sukai itu. Terasa keras namun sangat hangat jika di peluk dengan erat.
Adrian hanya diam saja melihat Elena yang terus menatap otot dada serta tangan Elena yang meraba perutnya.
"Kenapa ini bisa terbentuk sempurna seperti ini Ian??" Elena mengeluarkan suara lembut yang Adrian suka.
"Kau menyukainya??" Tanya Adrian.
"Hemm, aku bahkan menyukai harum yang keluar dari tubuhmu ini" Elena melingkarkan tangannya ke pinggang Adrian dengan kemeja Adrian yang kancingnya telah terbuka sepenuhnya.
Elena sengaja mengendus kulit dada dan leher Adrian untuk menghirup aroma yang ia sukai. Adrian begitu wangi meski tanpa menggunakan parfum. Keringat yang keluar dari tubuh Adrian pun tidak mengeluarkan bau tak sedap sama sekali. Elena saja masih heran kenapa Adrian begitu memabukkan seperti itu.
Adrian memejamkan matanya karena hembusan nafas Elena yang terasa menggelitik kulitnya. Terutama Elena yang menyentuh bagian-bagian sensitifnya.
"El" Panggil Adrian dengan suara tertahannya.
"Ya Ian" Adrian menyukai saat Elena memanggilnya seperti itu. Baginya itu adalah panggilan khusus dari Elena untuknya.
"Kau membangunkan adik kecilku. Kau harus tanggung jawab"
Elena terkikik pelan mendengarnya. Dia merasa puas karena begitu mudahnya menggoda Adrian.
"Benarkah??" Tangan Elena bergerak kebawah mencari sesuatu di balik celana Adrian.
"Upss!!" Elena segera menyingkirkan tangannya karena bisa merasakan sesuatu yang panjang dan mengeras di bawah sana.
"Lalu bagaimana aku harus tanggung jawab...Sayang??" Elena sempat menjeda ucapannya sebelum memanggil Adrian dengan begitu Mesra.
Elena menyusuri wajah Adrian dengan tangan halusnya. Melihat bagaimana pria itu meminta di p*askan.
"Lakukan apa saja yang penting bisa menidurkannya. Dia sudah meronta-ronta di dalam sana"
Elena hanya tersenyum misterius. Dia justru berbalik memunggungi Adrian.
Ingin rasanya Adrian mengumpat Elena saat ini juga karena telah berhasil mempermainkannya. Tapi niatan itu harus urung dia lakukan karena Elena melepaskan kemeja dan rok sepannya di hadapan Adrian. Elena handa menyisakan dalaman berwarna hitam yang di kenakannya saja.
Elena masih memunggungi Adrian, dia hanya melirik dari ekor matanya jika Adrian masih terpaku melihat apa yang dilakukannya saat ini. Elena kemudian memasukkan kakinya ke dalam bathub yang telah terisi air hangat itu.
"Mau mandi bersamaku, Ian??"
Elena sungguh mengutuk dirinya sendiri di dalam hati.
"Aku sudah sangat mirip dengan j*lang saat ini"
Adrian menyeringai menatap Elena. Sungguh wanita setengah tel**jang di depannya ini begitu sudah di tebak.
"Dengan senang hati sayang" Adrian membuang kemejanya dengan cepat. Tak lupa celana bahannya yang dengan mudah ia campakkan. Dia menyusul Elena yang lebih dulu masuk ke dalam bathub.
BYURR...
Adrian menubruk Elena begitu saja sampai akhirnya mereka terjatuh bersamaan ke dalam bathub. Adrian yang sudah haus akan sentuhan beberapa hari ini begitu beringas menyambar bibir Elena. Permainannya kali ini terlihat begitu tak sabaran hingga Elena kesusahan mengimbangi Adrian.
Mandi yang awalnya akan di lakukan Adrian sendirian kini menjadi mandi yang begitu lama bagi mereka berdua.
Hampir tiga jam mereka baru keluar dari kamar mandi. Adrian benar-benar meminta jatahnya hingga berulang kali kepada Elena. Katanya itu sebagai ganti karena Elena mengabaikannya selama satu minggu ini.
Adrian menyusul Elena yang tengah menyiapkan makan malam mereka. Mungkin lebih pantas di sebut makan tengah malam karena saat ini hampir menunjukkan jam setengah dua belas malam.
"Apa sudah siap?? Aku sudah sangat lapar" Keluh Adrian.
"Sudah, tunggulah di sana. Aku akan membawakannya untukmu"
Elena membawa mangkuk berisi sup panas ke depan Adrian. Juga segelas teh hangat untuk pria itu. Elena tau jika Adrian pasti kedinginan setelah berjam-jam mereka bermain di kamar mandi. Maka dari itu Elena menyiapkan makanan yang menghangatkan untuk Adrian.
"Hati-hati masih panas!!" Ucap Elena ketika Adrian ingin memasukkan supnya ke dalam mulut.
"Aku lelah kalau harus meniupnya. Sedangkan perutku sudah sangat lapar!!" Kesal Adrian.
Elena tak menyahuti Adrian, dia hanya meraih sendok milik Adrian laku meniup sup milik Adrian dengan pelan. Setelah itu Elena menyodorkan sendok itu ke depan Adrian.
"Aku bukan anak kecil!!" Adrian menatap Elena dengan tajam.
Elena tak bergeming, dia tetap menahan sendok itu di depan mulut Adrian tanpa berkata apapun.
"Ck" Adrian berdecak kesal namun setelah itu membuka mulutnya dengan patuh menerima suapan dari Elena.
"Kau lebih pantas jadi ibuku seharusnya daripada jadi wanita penghangat ranjang ku" Ucap Adrian dengan mulut penuhnya.
"Kalau makan itu diam, jangan banyak bicara!!" Ucap Elena dengan tegas membuat Adrian langsung menutup mulutnya. Persis seperti seorang Ibu yang memarahi anaknya.
Merkea berdua makan dalam keheningan meski Elena harus menyuapi bayi besarnya dan juga dirinya sendiri.
Ting.. Tong...
Adrian dan Elena saling bertatapan karena tak mengira akan mendapatkan tamu tengah malam begitu.
"Siapa orang yang tak tau malu bertamu malam-malam begini" Kesal Adrian sambil berjalan ke arah pintu di ikuti oleh Eelna.
Cklek...
"Adrian sayang" Seorang wanita langsung memeluk Adrian begitu pintu apartemen itu terbuka.
"Kenapa kau kesini malam-malam begini!!" Adrian melepas pelukan wanita itu dengan sedikit kasar. Adrian bisa mencium bau alkohol dari wanita itu.
"Aku merindukan mu sayang, sudah lama kita tidak bertemu"
Cup...
Adrian membelalakkan matanya karena tiba-tiba wanita itu menciumnya begitu saja apalagi di depan Elena.
Elena yang sejak tadi diam di belakang Adria begitu terkejut dengan apa yang sedang terjadi di depan matanya saat ini.
...sungguh cerita author bnyk yg bikin nangis
dia hanya emosi krn elena tidak bisa jujur
dia hanya pura ² lugu saja biar kelihatan baik