Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Dua
“Kak, jadi kita pulangnya ke rumah Mama Sana dulu atau langsung ke rumah Mama Ratih Kak?” Tanya Cia dengan kepalanya yang di miringkan. Sekarang mereka memang baru saja pulang dari sekolah selepas menjalankan ujian nasional di hari terahir.
“Kamu maunya gimana Ay?” Tanya Aaro lembut.
“Kita pulang ke rumah Mama Sana dulu deh Kak, kita pamitan. Nanti abis itu baru kita ke rumah Mama Ratih.” Ujar Cia yang mendapatan anggukan kepala Aaro pertanda setuju.
“Boleh Ay.” Jawab Aaro. Tangan laki-laki itu menjangkau tangan Cia kemudian membawanya kedalam genggamannya, mengecupnya sayang.
Sesampainya mereka dirumah Sana, Cia dan Aaro pun berpamitan dengan mama dan papanya kemudian langsung pergi ke rumah Ratih dan Natan.
Tok Tok Tok
“Mama, ini Cia. Buka pintunya dong Mamanya Cia.” Teriak Cia di depan pintu rumahnya membuat Aaro yang mendengarnya terkekeh kecil.
Ceklek
“Sayang…” Senang Ratih ketika melihat Cia dan juga Aaro yang berdiri di depannya. Dipeluknya putri kesayangannya erat sangking kangennya.
Setelah puas memeluk Cia, Ratih pun beralih memeluk Aaro tak kalah eratnya juga.
“Ayo sayang masuk.” Ajak Ratih kemudian menuntun Aaro dan juga Cia agar masuk ke dalam rumah.
“Kalian udah makan?” Tanya Ratih ketika Cia dan juga Aaro sudah duduk di ruang keluarga.
“Udah Ma, tadi pas disekolah baru aja selesai makan.” Jawab Cia kemudian memeluk mamanya, bermanja-manjaan.
“Ih Cia masa gak malu sih? Kan ada Aaro, masa masih manja aja sama mama?” Ejek Ratih yang membuat Aaro tertawa mendengarnya.
“Papa belum pulang ya Ma?” Tanya Aaro ketika tidak mendapati Natan sedari tadi.
“Iya Sayang, kayaknya papa kamu itu lembur deh.” Jawab Ratih yang di balas dengan anggukan kepala Aaro pertanda mengerti.
“Mama tau gak? Malam ini kita nginep disini tau Ma.” Antusias Cia dengan binar bahagia di matanya membuat Ratih yang mendengarnya tak kalah senang.
“Beneran Aa?” Tanya Ratih yang di balas dengan anggukan Aaro.
“Iya Ma.” Balas laki-laki itu.
“Wahhh senengnya Mama.” Ujar Ratih dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
“Kalian ganti baju sana, abis itu istirahat Ci, Aa. Nanti kalo udah selesai langsung turun ya.” Ujar Ratih semangat.
“Mama mau nelpon Papa dulu supaya jangan lembur buat hari ini. Kita harus makan malam sama-sama pokoknya.” Antusias Ratih yang membuat Cia dan juga Aaro tersenyum.
“Siap Ma. Cia sama Kak Aaro naik dulu ya Ma.” Ujar Cia yang di balas dengan acungan kedua jempol oleh Ratih.
Cia pun langsung menarik tangan Aaro menuju ke arah kamarnya dengan semangat.
“Tadaaaa… Ini kamar Cia Kak.” Ujar Cia setelah membuka pintu kamarnya.
Aaro pun mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar kemudian tersenyum.
Warna pink sangat mendominasi di dalam sini.
“Ayo Kak masuk.” Ajak Cia kemudian menarik tangan Aaro agar mengikutinya masuk ke dalam kamar.
“Ini namanya Molly Kak.” Ujar Cia dengan tangan yang mengangkat sebuah boneka kelinci yang besarnya hampir menyamai tubuhnya.
“Hallo Molly.” Sapa Aaro yang membuat Cia tertawa.
“Hallo Kak Aaro, kenalin namaku Molly.” Ujar Cia dengan suara yang di buatnya seperti anak kecil membuat tawa Aaro lepas.
“Ih kamu imut banget Ay.” Gemas Aaro kemudian menarik tangan Cia agar gadis itu masuk ke dalam pelukannya.
Aaron pun memeluk pinggang Cia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri membuat tawa Cia lepas seketika.
“Udah ih Kak pelukannya. Mending Kak Aaro mandi sana.” Ujar Cia sambil berusaha melepaskan pelukan Aaro pada pinggangnya.
“Iya-iya Ay.” Ujar Aaro kemudian melepaskan tas yang sedari tadi di sandangnya kemudian mengeluarkan baju-bajunya dari sana.
“Udah, Kak Aaro mandi aja sana, nanti Cia aja yang beresin bajunya Kak Aaro.” Ujar Cia yang di balas dengan gelengan kepala Aaro.
“Gak! Aku aja yang beresinnya Ay, nanti kamu capek.” Ujar Aaro membuat Cia mengembungkan pipinya kesal.
“Cuma beresin bajunya Kak Aaro yang Cuma tiga setel mana bisa capek Kak?” Kesal Cia yang masih saja di bantah oleh Aaro.
“Bentar Ay aku beresin baju aku dulu. Kamu duluan aja mandi Ay, nanti kalo kamu udah selesai kan aku juga pasti udah selesai juga beres-beresnya.” Ujar Aaro yang di balas dengan anggukan pasrah oleh Cia.
“Yaudah Kak kalo gitu. Cia mandi dulu ya.” Ujar Cia yang di balas dengan anggukan kepala oleh Aaro.
Setelah Cia masuk ke dalam kamar mandi, Aaro pun mulai merapikan barang-barangnya di kamar Cia. Laki-laki itu meletakkan laptop yang di bawanya ke atas meja belajar Cia, memasukkan bajunya ke dalam lemari Cia, serta meletakkan parfum dan minyak rambutnya ke atas meja rias Cia.
Setelah selesai melakukan semuanya, Aaro pun meraih ponselnya kemudian melihat ada beberapa email pekerjaan yang masuk. Laki-laki itu pun mengambil laptopnya kemudian mulai mengerjakan pekerjaannya.
Tak lama, pintu kamar mandi pun terbuka, keluarlah Cia dengan piyama kelincinya yang berwarna biru.
“Kak, Cia udah selesai.” Ujar Cia sambil mengeringkan rambutnya membuat Aaro meletakkan laptopnya ke atas meja kemudian menghampiri istrinya itu.
“Sini.” Ujar Aaro sambil berjalan ke arah meja rias Cia kemudian menyalakan hairdryer.
Cia yang melihat itu pun berjalan dengan senyumnya yang mengembang sempurna.
“Duduk sini Ay.” Ujar Aaro yang langsung di turuti oleh Cia.
Gadis itu pun duduk di depan Aaro. Tangan laki-laki itu pun dengan telaten mengeringkan rambut basah Cia. Setelah rambut itu kering, laki-laki itu lanjut menyisirnya hingga rapi.
Cup
“Uhhh cantiknya istriku.” Puji Aaro setelah mengecup kening Cia dari atas kepala gadis itu.
“Ih, Kak Aaro bisa aja.” Ujar Cia dengan wajah yang sudah memerah.
“Eh ada yang lagi malu-malu nih.” Goda Aaro sambil menoel-noel pipi gembul Cia membuat yang punya pipi semakin tersipu.
“Ah udah ih Kak. Sana mandi Kak Aaro bau.” Ujar Cia dengan salah tingkah.
Aaro yang mendengar perkataan istrinya itu pun berjalan ke hadapan istrinya kemudian berlutut di depan Cia. Kedua tangan laki-laki itu menggenggam tangan Cia kemudian mengecupnya pelan.
“Bau hmm?” Tanya Aaro serak membuat Cia gelagapan seketika.
“Engga Kak, engga bau kok. Wangi.” Ujar Cia cepat membuat tawa Aaro pecah saat itu juga. Kepala laki-laki itu bahkan sampai bertumpu pada paha Cia.
Cia yang salah tingkah pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedangkan Aaro, laki-laki itu masih berusaha mengendalikan tawanya.
“Udah Kak ketawanya ih.” Kesal Cia karena Aaro yang tidak bisa berhenti tertawa sejak tadi.
“Iya-iya udah ini.” Jawab Aaro kemudian mendongakkan kepalanya agar bisa menatap wajah Cia.
“Kak Aaro mandi gih.” Ujar Cia yang di balas dengan anggukan kepala Aaro.
“Aku mandi dulu ya Ay.” Ujar Aaro.
“Iya, semua alat mandi yang baru udah Cia siapin di dalem.” Ujar Cia.
“Makasih Ay.” Balas Aaro dengan senyum tulus nya yang membuat jatung Cia berdetak sangat cepat.
Jantung Cia kenapa? Jerit batin gadis itu.