Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 16
Karena terpaksa, Via pun akhirnya pergi membuatkan makan malam untuk suaminya.
Sementara Bintang tersenyum menyeringai menatap Via yang kesal dan marah saat memasak bahan makanan untuknya. Karena menurut Bintang wajah Via sangatlah lucu.
"Dasar pria menyebalkan! Enak sekali dia berbuat seenaknya saja! Aku heran, kenapa Aku bisa jatuh cinta pada pria menyebalkan sepertinya? Cih! Cinta? Tidak, Aku tidak boleh mencintai pria seperti dia!" Via terus saja menggerutu memakai Bintang.
Sementara sang empunya benar-benar merasa puas karena sudah membuat istrinya kesal.
Hasil masakan Via pun kini sudah tertata di meja makan. Bintang menatap makanan di atas meja itu dengan tatapan kelaparan. Ya, Bintang memang sangat kelaparan saat ini.
Dengan cepat Ia menyendok kan nasi ke piringnya beserta beberapa lauk pauk.
"Aku sudah selesai, sekarang Aku mau ke kamar!" ucap Via dengan ketus.
Bintang sejenak menatap Via sebelum menyendok kan makanan itu ke mulutnya. Menatapnya sejenak, lalu menaikkan kedua bahunya seraya berkata, "terserah...."
Via merasa kesal. Bukan kesal karena ia lelah memasakkan makanan untuk Bintang. Namun ia kesal karena sedikit pun Bintang tak menghargainya. Bahkan kata terimakasih pun tak Bintang ucapkan padanya.
Via tak ingin berlama-lama lagi berada di sana. Dengan cepat ia pun melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya.
Via teringat bahwa dirinya akan pergi ke pasar malam bersama beberapa teman kerjanya termasuk Rony.
Sebelumnya Via sudah mandi, namun Via mencoba mengendus tubuhnya sendiri yang tercium bau masakan di tubuhnya.
"Ah, tidak mungkin Aku pergi bersama mereka dengan aroma masakan di tubuh ku. Sebaiknya Aku mandi," ucapnya pada dirinya sendiri.
Dengan cepat Via segera mandi dengan kilat. Tidak membutuhkan waktu yang lama, karena sebelumnya ia sudah mandi. Via hanya perlu menghilangkan bau masakan dari tubuhnya.
Setelah memakai pakaiannya, Via pun menatap dirinya di depan cermin. Ia kini sudah sedikit pandai untuk berdandan. Via pun mengenakan make-up tipis, bahkan hampir tak terlihat. Namun wajah Via yang memang pada dasarnya sudah cantik pun, membuat wajah gadis itu nampak sempurna.
Via mengambil tas selempang miliknya dan mulai berjalan keluar dari kamarnya.
Hingga tanpa sengaja ia kembali berpapasan dengan suaminya.
Bintang mengerutkan keningnya melihat Via yang nampak berbeda. Namun ia enggan untuk bertanya. Tapi dalam hati pria itu terus saja bertanya-tanya apakah Via akan pergi.
Mereka hanya saling menatap tanpa berkata. Lalu Via segera memutus pandangan mereka. Ia tidak ingin taksi yang sudah ia pesan menunggu terlalu lama. Via mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Bintang di sana.
Namun baru beberapa langkah saja, suara Bintang pun terdengar memanggilnya.
"Kau mau kemana?"
Via menghentikan langkahnya, membalikkan tubuhnya sejenak seraya menghembuskan nafasnya.
"Aku mau pergi bersama teman-teman kerjaku." Hanya itu yang Via katakan,lalu iapun melanjutkan langkahnya.
Tapi suara Bintang kembali terdengar. Membuat Via kembali menghentikan langkahnya. Tapi kali ini ia tidak membalikkan badannya.
"Jangan melewati pukul 10. Kalau sampai lewat dari itu, Aku tidak akan membiarkan mu masuk kedalam rumah!" ucap Bintang dan langsung melangkah menuju kamarnya.
Mendengar langkah Bintang yang pergi, Via pun kembali melanjutkan langkahnya.
***
Via kini sampai di pasar malam. Matanya terus mencari dimana Rony dan teman-teman kerjanya saat ini. Karena tak kunjung melihat mereka, Via pun memutuskan untuk menunggu mereka di sebuah kursi panjang yang terletak di sebelahnya.
Via menatap hingar-bingar suasana pasar malam tersebut dengan pandangan rindu. Ia teringat saat dirinya masih kecil. Ibunya pasti akan mengajaknya pergi ke pasar malam ketika ia merindukan ayahnya.
Via menjadi rindu ibunya, bulir air matanya lolos dari pelupuk matanya. Ia merindukan sosok hangat dan lembut yang selalu menemaninya.
"Ibu, Aku merindukanmu. Tunggulah Via Bu. Setelah ibu sembuh,dan kontrak Via selesai nanti. Via akan mengajak ibu pergi jauh. Via ingin hidup tenang berdua saja dengan ibu," ucapnya lirih. Via mulai menundukkan kepalanya.
Namun Via kembali mengusap air matanya. Ia harus kuat dan bertahan menghadapi Bintang. Walaupun Bintang selalu semena-mena padanya, Via akan menahan semuanya hingga tiba saatnya nanti ia bisa bebas dan membawa serta ibunya untuk pergi. Dan semua itu membutuhkan waktu 1 tahun lagi.
Via terus berkelana dalam otaknya. Hingga pendengarannya pun menangkap suara seseorang yang tengah memanggilnya.
"Via."
Via menoleh ke arah suara. Keningnya berkerut saat melihat Rony yang hanya sendirian. Matanya mencari-cari di mana teman-teman lainnya. Namun tak mendapatinya. Mungkinkah mereka belum sampai?
Rony berjalan mendekati Via. Ia terkagum dengan kecantikan wajah wanita yang selama ini mengisi hatinya.
Rony sudah memantapkan hatinya untuk mengutarakan perasaannya selama ini kepada Via.
"Bang Rony, mana yang lainya?" tanya Via ketika hanya melihat Rony sendirian.
"Yang lainnya sudah menyebar. Mereka sudah tidak sabar untuk menikmati setiap wahana yang ada di sini Via," papar Rony.
"Jadi Abang dan yang lainnya sudah sampai sejak tadi? Haih... Jadi Aku yang terlambat disini." Via menepuk keningnya sendiri.
"Kalau begitu ayo kita susul mereka bang," ajak Via. Namun Rony menggelengkan kepalanya membuat Via heran.
"Nanti kita akan menyusul mereka Via. Tapi sebelumnya Aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu," ucap Rony.
Rony merasa yakin bahwa Via akan menerima dirinya menjadi kekasih Via. Karena Rony tahu bahwa dirinya lah pria yang paling dekat dengan Via selama ini.
Perihal pernikahan Via dan Bintang belum Rony ketahui. Jadi ia berpikir Via pasti akan menerimanya.
"Abang ingin membicarakan tentang apa? Baiklah Aku akan mendengarkan, tapi jangan lama-lama ya bang? Via ingin cepat-cepat menaiki wahana di sini. Karena waktu ku tidak banyak. Aku harus kembali sebelum pukul 10 nanti bang," tutur Via.
Rony pun segera mengajak Via kembali duduk di kursi panjang tadi.
"Via, Aku ingin mengatakan sesuatu hal yang sangat penting kepada mu." Rony mulai menyentuh buku tangan Via.
Via terkejut dengan sikap Rony. Via ingin melepaskan tangannya, namun kata-kata Rony membuatnya mematung.
"Aku mencintaimu Via, maukah Kau menjadi kekasih ku?"
Ya, kata-kata itu yang menelisik di telinga Via dan membuatnya terpaku.
"A-apa maksud Abang?" Via masih tak percaya. Ia pun ingin memastikan ucapan Rony barusan.
Namun dengan lantangnya Rony kembali mengungkapkan perasaannya.
"Aku mencintaimu Via. Sudah sejak lama Aku merasakannya. Aku ingin Kau menjadi kekasih ku. Aku akan berusaha untuk melindungi mu Vi. Aku yakin Kau juga memiliki perasaan yang sama kan Vi?"
Via tak mengerti. Selama ini ia sudah menganggap Rony sebagai kakak. Mungkinkah pria di depannya salah mengartikannya?
Dengan segera Via menarik tangannya. Dengan hati-hati ia pun berusaha untuk memberikan pengertian kepada Rony bahwa dirinya hanya menganggap Rony sebagai kakaknya saja.
"Bang Rony, Kau adalah pria yang sangat baik. Baik sekali. Tapi Via bukan gadis yang tepat untuk Abang. Anang berhak mendapatkan gadis yang tepat untuk Abang. Dan orang itu bukanlah Via bang," ucap Via hati-hati.
Rony terdiam. Raut wajahnya terlihat begitu kecewa. Ternyata ungkapan perasaannya tidak di terima oleh gadis pujaannya. Apakah ada yang salah dengan dirinya? Rony masih terdiam.
Dengan senyum kegetiran, Rony pun menatap Via. "Maafkan Abang, Via. Anang pikir Kau juga memiliki hal yang sama dengan perasaan Abang. Ternyata Abang salah."
"Abang tidak salah. Via lah yang salah karena membuat Abang kecewa. Maafkan Via bang. Tapi Via menganggap Abang seperti kakak bagi Via," ucap Via.
Rony merasa begitu kecewa. Namun ia tidak ingin memperlihatkannya kepada Via. Ia segera mengajak Via untuk bergabung dengan yang lainnya.
Malam ini Rony begitu patah hati. Keyakinannya tak semanis kenyataannya. Nyatanya cintanya di tolak oleh gadis pujaannya. Namun ia masih bersyukur karena masih bisa berteman dengan Via.
***
Sesampainya di rumah, Via segera berlari menuju pintu. Berharap bahwa pintu rumah suaminya belum terkunci.
Via menatap jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 malam. Via begitu khawatir kalau suaminya benar-benar akan menguncinya di luar.
Namun Via terkejut saat membuka pintu tersebut, ternyata tidak terkunci. Ia pun segera melangkah memasuki rumah dan bergegas menuju ke kamarnya.
Namun saat berhasil menaiki anak tangga,ia melihat sosok Bintang yang berdiri di depan kamarnya menatapnya dengan begitu dingin.
Via perlahan berjalan mendekat dengan menundukkan kepalanya. Ia menyadari kesalahannya yang terlambat pulang. Wahana permainan di pasar malam tadi membuatnya lupa diri.
"Maaf Aku terlambat," ucap Via masih dengan menundukkan kepalanya.
Namun ia tak mendengar suaminya yang marah-marah seperti biasanya. Via berusaha untuk menatap wajah Bintang. Namun ia begitu terkejut saat Bintang tiba-tiba menariknya dan menghimpitnya ke tembok.
Dapat Via lihat ada kilatan kemarahan dari sorot mata Bintang. Mungkinkah Bintang marah karena ia terlambat? Tapi apakah harus semarah ini?
Via berusaha untuk melepaskan kukungan Bintang, namun kekuatan Bintang begitu kuat. Tanpa Via duga kembali, Bintang membenamkan bibirnya di bibirnya dan me.lu.matnya begitu kasar.
"Emmmt... Lepaskan! Apa yang Kau lakukan?! Lepaskan Aku...!"
***