Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Alva berpikir ulang dengan ucapan sebelumnya, dia juga heran kenapa bisa mengatakan kata kata yang sedikit kasar pada wanitanya sendiri.
"aku tidak bermaksud seperti itu maafkan aku," ucap Alva.
Tania mengangguk pelan dengan ekspresi sendunya lalu memeluk erat Alva.
"Sudah lama kita tidak pergi berbelanja bersama karena kau sibuk, aku tidak ingin tau kau harus menemani ku hari ini," ucap Tania.
Alva tersenyum tipis mengiyakan permintaan Tania, hubungan mereka cukup renggang akhir akhir ini jadi Alva merasa mereka harus melakukan pendekatan kembali.
Setelah menyetujui keinginan Tania untuk menemaninya pergi kemanapun, mereka menjelajahi beberapa pusat perbelanjaan. Tujuannya apalagi selain menghabiskan uang pria itu.
"Sayang aku lapar," ucap Tania.
"Ayo makan," ajak Alva sembari menggenggam tangan Tania.
Wanita itu mengangguk antusias karena seharian ini keinginannya tidak ada yang ditolak oleh Alva.
Sampai ditempat makan keduanya memesan makanan sekaligus berbicara tentang kehidupan akhir akhir ini. Disela-sela pembicaraan nya Alva tertarik dengan satu meja yang ditempati orang sangat familiar.
Kak Alvi, batin Alva.
"Tunggu Tania," ucap Alva lalu mendekati meja pria itu.
"Kak Alvi?"
Alvi melihat kearah sumber suara dan senyum lebar miliknya mengembang sempurna saat sang adik juga berada ditempat yang sama.
"Alva astaga apa ini kebetulan," jawab Alvi.
"Kak Alvi sedang apa?" Tanya Alva lalu duduk dimeja.
"Tidak ada hanya mampir makan siang," jawab Alvi.
"Kenapa kakak sangat antusias hanya untuk makan," Alva heran melihat kakaknya tidak bosan menyunggingkan senyum manis sedari tadi.
"Aku datang dengan Laura."
Senyum Alva langsung hilang mendengar nama Laura adalah partner kakaknya.
"Laura?"
"Ya gadis datang saat acara malam itu," jawab Alvi dengan antusias.
Saat melihat Laura keluar dari toilet Alvi langsung mengangkat satu tangan agar Laura melihat dirinya dimana.
Laura tersenyum tipis mendekati meja dan saat Alva memutar tubuhnya kebelakang Laura langsung menghentikan langkah, melihat wajah menyeramkan Alva membuat Laura bergidik ngeri.
"Kemari," ucap Alvi.
Laura mengangguk walau senyumnya tidak setulus tadi sebelum Alva menampakkan wajah.
"Makanlah jangan hiraukan adikku disini," kata Alvi.
Laura kembali mengangguk lalu memakan makanannya dengan pelan sembari menatap Alva walau terasa canggung.
"Sayang."
"Wahh kalian juga disini rupanya," ucap Tania lalu duduk disamping Alva.
"Oh kau disini," ucap Alvi.
"Ya kebetulan kami sedang menghabiskan waktu bersama, kami harus banyak bersama untuk menyepakati waktu pernikahan," ujar Tania sembari menatap Laura.
Bodohnya Alva pun penasaran bagaimana ekspresi Laura saat Tania mengatakan hal itu. Dan ekspresi orang yang sedang dilihat biasa biasa saja karena ia sibuk menghabiskan makanannya seperti ucapan Alvi.
"Bagaimana dengan Laura? Apa hubungan kalian ada kemajuan," ujar Tania.
"Kami? Ah sebenarnya kami belum sedekat itu, aku dan Laura tidak pernah bertemu satu sama lain jadi aku mengajaknya makan siang hari ini," kata Alvi.
Alva yang diam seribu bahasa ditambah tatapan matanya yang mengajak Laura perang membuat wanita itu tidak nyaman.
"Makanlah jangan banyak bicara," ucap Alva pada Tania sembari memberikan piring.
Alva mencoba memberikan Tania perhatian yang lebih agar ia bisa melihat ekspresi lain dari wajah Laura tapi tidak berhasil malah ia sendiri yang terlihat memerah ketika Alvi meletakkan makanan kedalam piring Laura.
"Terimakasih Alvi," ucap Laura.
Alvi membalas dengan senyuman lalu makan makanannya sendiri.
apa dia tidak ada rasa cemburu sama sekali kenapa wajahnya se datar itu, batin Alva.