NovelToon NovelToon
Loves Ghosts

Loves Ghosts

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Hantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: H_L

Rain, gadis paling gila yang pernah ada di dunia. Sulit membayangkan, bagaimana bisa ia mencintai hantu. Rain sadar, hal itu sangat aneh bahkan sangat gila. Namun, Rain tidak dapat menyangkal perasaannya.

Namun, ternyata ada sesuatu yang Rain lupakan. Sesuatu yang membuatnya harus melihat Ghio.

Lalu, apa fakta yang Rain lupakan? Dan, apakah perasaannya dapat dibenarkan? bisa kah Rain hidup bersama dengannya seperti hidup manusia pada umumnya?

Rain hanya bisa berharap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon H_L, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburunya Ghio Memang Aneh

"Semenjak kamu tahu kalau aku koma, kamu jarang ngerjain tugas."

Rain diam sebentar. Benar, dia memang jarang mengerjakan tugas. Lebih tepatnya, Rain kembali menjoki tugasnya. Lagi pula, akhir-akhir ini kondisi perkuliahan Rain seolah mendukungnya. Banyak tugas yang tidak melibatkan seni. Jadinya, lebih baik Rain joki saja. Maklum, otak Rain kurang pintar jika berhadapan dengan teori-teori. 

"Jangan meninggalkan tugas mu hanya karena sibuk mengurusi ku, Rain." Ghio berkata tanpa menatap Rain. Ia sibuk menikmati makanannya.

Rain tersenyum kecil. "Kamu gak usah khawatir. Kuliah ku gak tertinggal sama sekali."

Saat ini, mereka berdua duduk di taman belakang rumah sakit. Setelah membeli makan dari luar, Rain memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Ia sadar dengan posisinya yang membawa sosok tak nampak. Itu sebabnya Rain mencari tempat sepi, karena tak ingin Ghio terganggu. Sekarang prioritas Rain sepertinya hanya Ghio. 

"Besok, aku tidak bisa menjenguk kamu." 

Ghio mengangkat wajahnya, menghentikan kegiatan makan sebentar. "Kenapa?" 

"Ada acara di kampus. Mural," jawab Rain.

"Mural? Aku merasa familiar dengan kata itu." Ghio mengerutkan keningnya, terlihat berpikir. 

Melihat itu, Rain tidak merasa terkejut. "Tentu saja. Jurusan kita kan sama. Jadi kamu pasti udah pernah ngalamin."

"Benarkah? Aku penasaran seperti apa itu. Aku bisa ikut, kan, Rain?"

Alis Rain naik sebelah. "Jangan ngaco, deh. Acaranya itu ramai. Gimana kamu mau ikut?" 

"Gak pa-pa. Kan, cuma mau lihat doang."

Rain menyipitkan matanya. "Aku gak yakin kamu cuma mau lihat." Bibirnya menukik tinggi. "Gak usah, deh."

Ghio memelas. Tangannya saling bertautan di depan dada, memohon agar Rain memberi izin. "Aku mau lihat, please! Aku janji gak bakal gangguin kamu." Ghio menunjukkan deretan giginya yang rapi. "Ya... Boleh, ya." 

Rain menghela napas pasrah. Ghio keras kepala. Sulit untuk menolak pria ini. Apalagi tatapan memelas itu membuat Rain ingin mencubit pipinya sampai habis. Astaga, menggemaskan sekali.

Sepertinya status Rain sebagai perempuan seolah hilang melihat tingkah laku Ghio. Seperti berganti gender, Ghio bagai cewek yang memelas kepada prianya, dan Rain seperti pria yang dibujuk ceweknya. 

Akhirnya, mau bagaimana pun, Rain tidak akan pernah bisa menolak. "Ya, udah. Tapi ingat, jangan pernah mengacau," peringat Rain.

Ghio mengangguk antusias sambil tersenyum lebar. "Janji." 

Rain mengangguk dan membiarkan Ghio kembali melanjutkan makan. Dia sendiri sudah selesai makan, berhubung Rain memesan bagiannya hanya sedikit.

Ketika sibuk memperhatikan Ghio makan, atensi Rain dialihkan oleh seseorang yang berjalan di koridor rumah sakit. Dahi Rain berkerut memastikan ia mengenal orang itu atau tidak. Hingga beberapa saat pria itu menatap ke arahnya, barulah Rain mengenalnya dengan jelas. 

Rain langsung duduk kaku. Ia menatap Ghio, dan berbisik, "Ghio. Diem. Ada orang datang."

Rain menggerutu dalam hati. "Ya ampun, ngapain dia datang ke sini?" 

"Siapa?" Ghio bertanya dan mengikuti arah pandang Rain.

"Rain? Kamu ngapain di sini?" Pria yang baru datang itu menatap Rain heran.

"Oh. Gue? Seperti yang Lo lihat, kak. Gue lagi makan. Lo sendiri ngapain di sini, kak?" Rain tidak menyangka Willy ada di sini. Apa yang dia lakukan di rumah sakit ini? Setahu Rain, rumah Willy jauh dari sini.

"Gue diajak ngumpul sama Reno sama teman-teman lain. Kebetulan udah lama juga gue gak saling kontak sama teman-teman yang lain." Willy lebih tidak menyangka Rain ada di rumah sakit ini. 

"Ohh..." Rain mengangguk. Reno sedang menjenguk Ghio bersama teman-temannya. Apakah Ghio termasuk teman Willy? Wah, kalau memang benar, Rain akan sangat terkejut. Ternyata dunia ini selebar daun kelor.

"Gue kaget pas lihat Lo ada di sini." Willy hendak duduk di depan Rain.

Mata Rain melotot melihat itu. Untung saja Ghio langsung menyingkir dari sana dan beralih ke samping Rain.

"Tidak punya sopan santun. Gak lihat apa ada orang duduk di sana?" omel Ghio.

Rain memutar bola matanya mendengar ocehan Ghio. Kalau Willy lihat, sudah pasti dia tidak duduk di sana. Ada-ada saja hantu satu ini.

"Rumah Lo kan jauh. Kok, Lo bisa ada di sini? Ngapain di sini? Siapa yang sakit?" tanya Reno, lalu pandangannya beralih ke meja kecil di depannya. "Lo habis makan bareng siapa? Kok, ada dua porsi?" 

Rain ingin saja memukul jidat Willy. Kenapa bertanya sebanyak itu? Rain bingung harus jawab apa karena sudah lupa duluan. 

Alhasil, Rain hanya memaksakan senyum. "Tanya satu-satu, kak." 

Willy tergelak, seakan baru sadar apa yang baru saja ia lakukan. "Sorry-sorry. Lo barusan sama orang lain ternyata."

Rain mengangguk, walaupun sebenarnya jantungnya hampir meledak. "Iya, kak."

"Siapa?"

Rain mengerjap. Haruskah menyertakan pertanyaan 'siapa'? Jadinya Rain harus bohong lagi. Semoga di dunia akhirat segala kebohongan Rain bisa diampuni. Ia berbohong juga untuk kebaikan. 

"Sama teman tadi, kak. Tapi udah pergi duluan."

Willy mengangguk, lalu ia kembali bertanya. "Lo jenguk orang sakit? Atau Lo yang sakit? Kenapa jauh-jauh ke sini?"

Rain tersenyum kecil. Lebih tepatnya terpaksa. 

Ghio disampingnya segara menarik kembali pipi Rain untuk berhenti tersenyum. Hal itu membuat Rain menatap kesal ke arahnya. 

"Jangan banyak tersenyum di depan orang lain." Kata Ghio dengan tatapan lebih kesal dibanding Rain.

Rain yang tahu kalau pria itu sedang cemburu merasa geli sendiri. Ia tersenyum gemas karena Ghio.

"Rain?" Willy menatap tak paham. Siapa yang Rain lihat? Kenapa dia tersenyum seperti itu? 

Seakan baru sadar apa yang baru saja ia lakukan, Rain tersenyum kikuk seketika. 

"Oh, iya. Ini... Gue jenguk Ghio," kata Rain asal ceplos.

"Ghio?" tanya Willy.

Rain mengerjap. Aduh, ia salah bicara. Kenapa dia jujur? 

"Ghio itu..." Willy terlihat berpikir, seolah mengingat sesuatu. "-orang yang keluarganya Lo cari-cari, kan?" 

Mata Rain terbelalak. "Kok, Lo bisa tahu, kak?"

Bahkan Ghio ikut terkejut.

"Kita kan nyarinya sama-sama waktu itu." 

Ucapan Willy berhasil membuat Ghio menatap tajam ke arah Rain. 

Rain merasa bulu kuduknya langsung berdiri. Ia tahu, sosok di sampingnya sedang mengeluarkan aura hantunya itu. Astaga, apa yang harus Rain lakukan? Rain menggerutu kesal. Kenapa Willy harus mengucapkannya?

Rain memaksakan tawa. "Haha... Iya, kak. Waktu itu kan Lo cuma bantu nyari Reno. Gue lupa kalau Lo ternyata dengar obrolan gue sama Reno waktu itu." Rain melirik takut sosok disampingnya. Orang cemburu memang beda auranya. 

"Jadi Lo udah ketemu sama keluarganya?" tanya Willy. 

Rain mengangguk jujur. Mau apa lagi. Ia sudah terlanjur bocor.

Willy mengangguk. Ia masih ingat betapa kerasnya Rain mencari Reno hanya untuk menemukan keluarga si Ghio itu. Sebenarnya Ghio ini siapanya Rain? 

Melihat Willy diam melamun, Rain segera menyadarkan pria itu. Rain tidak tahu apa yang dipikirkan Willy. Ekspresinya juga sulit diartikan.

"Kak Willy katanya mau kumpul sama kak Reno dan yang lain. Udah emang?" tanya Rain.

Willy menggeleng. "Reno masih menjenguk temannya. Gue juga baru sampe. Tadinya mau nunggu di taman, tahu-tahunya Lo juga ada di sini." Willy menjelaskan sambil menatap lurus ke arah Rain.

Ghio yang diabaikan sejak tadi, menatap tidak suka ke arah Willy. Ghio tidak bodoh mengartikan tatapan pria itu. Berani-beraninya dia menatap Rain dengan tatapan itu saat dia ada disini. Tidak akan Ghio biarkan. Enak saja dia. Hanya Ghio yang bisa menatap Rain lama-lama.

Ghio menjentikkan jarinya. Dalam detik kemudian, daun kering yang ada di bawah tanah langsung terbang dan menghempas wajah Willy.

"Au... Aduh-aduh..." Willy mengibaskan tangannya di udara, mengusap wajahnya yang dihempas daun.

"Eh... Eh... Kak?" panik Rain.

"Anginnya kuat." kata Willy dengan wajah eneh.

Rain menatap sekelilingnya, bahkan merasakan. Tapi tak ada angin kuat sama sekali. Kenapa daun itu terbang begitu saja? Tiba-tiba Rain melirik ke sampingnya. Rain menggelengkan kepala. Ia tahu siapa pelakunya.

Sementara itu, Ghio mengalihkan tatapannya ke sembarang tempat sambil bersiul kecil, merasa tidak melakukan apa pun.

Rain mendengus kecil melihat itu.

"Iya, kak. Anginnya emang kuat. Mending kita masuk ke dalam aja. Kebetulan kak Reno sama yang lain juga lagi jenguk Ghio, kok." kata Rain.

Willy menatap terkejut. "Oh, ya?"

Ghio lebih terkejut. "Kenapa kamu mengajaknya ke sana?" katanya tidak terima. "Aku tidak terima dijenguk orang ini. Yang benar saja." Ghio mendelik tak suka.

Rain menghela napas. "Cemburunya udah stadium akhir, nih. Parah."

"Hah?" beo Willy.

Rain tersenyum kecil. "Gak ada kak. Lo duluan aja. Mereka ada di lantai dua ruang VIP nomor 203. Nanti gue nyusul."

Willy tidak langsung menjawab. Dia agak ngelag sebentar. Lalu akhirnya dia mengangguk. "Oke. Gue duluan."

"Sipp..."

Setelah Willy menjauh, Rain menatap Ghio. "Aku tau kamu lagi cemburu. Tapi, lain kali kalo cemburu itu jangan sampai jahil segitunya. Gak baik. Paham, gak!" omel Rain.

Ghio mendengus.

"Gak paham?" tanya Rain.

Ghio mendesah pasrah. "Paham. Lagian dia lihatin kamu kayak gak pernah lihat orang cantik aja. Kan, aku kesal."

Rain tersenyum. "Kan aku cantik, sayang. Makanya matanya gak berhenti lihatin aku."

Pipi Ghio memerah seketika, menjalar samali ke telinga.

"Coba ulang."

"Ga ada. Cepet habisin makan kamu. Mubazir kalo dibuang."

1
Sumringah Jelita
sukses bikin bulu mata basah nih
miilieaa
baru beberapa bab baca udah nagih 🤩
♥Kat-Kit♥
Ceritanya seru banget, tapi kalo lama-lama malah mubazir, update dong thor 🙄
H_L: makasih sudah mampir, kak😁 semoga bisa terus updatenya
total 1 replies
MiseryInducing
cerita ini memicu imajinasiku, aku merasa seakan-akan hidup di dunia lain ketika membacanya.
H_L: makasih sudah mampir kak, jangan bosan-bosan ya😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!