Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32- Perubahan Penampilan Gadis
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Keluarga Sanjaya sedang berkumpul menyantap sarapan dimeja makan saat ada suara Gadis berseru dengan cerianya.
"Selamat pagi, semuanya."
"Pagi, say... yang." Najwa menjawab sapaan sang putri dengan nada lembut seperti biasa.
Namun begitu menoleh, dia jadi melongo hingga ucapannya terputus-putus saking terkejutnya dengan pemandangan didepannya. Dan hal yang sama juga dirasakan oleh Vanno, Galang dan Bianca melihat Gadis berjalan menghampiri mereka.
Penampilan Gadis yang berbeda 180 derajat dari biasanya membuat mereka semua pangling.
Gadis mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi. Rambutnya yang panjang dan hitam digerai dengan aksesoris bando pada kepalanya. Dia juga mengenakan riasan wajah yang natural yang membuatnya terlihat cantik, elegan dan tentunya memberikan kesan feminim padanya.
Dan itu sukses membuat semua anggota keluarganya melongo, dan berpikir apa yang telah terjadi pada anak itu? Mimpi apa dia semalam, hingga berdandan seperti ini?
"Kak, Kak Gadis mau kemana?" Galang yang heran melihat perubahan penampilan sang kakak pun, akhirnya bertanya saat Gadis sedang menyantap sarapannya. Caranya menyantap sarapannya pun kali ini tampak begitu anggun dan gemulai. Berbeda dari biasanya yang urakan.
Gadis mencubit pipi Galang dengan gemasnya. "Aduh, adikku sayang, please deh, kalau punya mata dipakek. Kamu tidak lihat kakaknya sudah pakai seragam begini? Ya tentu mau sekolah lah. Masak mau panjat pinang," celetuknya yang lantas kembali menikmati sarapannya.
"Kamu mau sekolah dengan, dandanan seperti ini?" timpal Najwa yang rasanya tidak percaya kalau putrinya akan berdandan sesuai dengan keinginannya dan suami.
"Kenapa, Mah? Jelek ya? Apa, perlu ganti?" Gadis memperhatikan penampilannya sendiri. Dia takut masih ada yang kurang dari dandanannya. Dan itu akan membuat Yusuf beranggapan kalau dia tidak bisa sportif dengan taruhan mereka.
Padahal dia sudah mati-matian belajar dandan dari semalam dengan melihat tutorialnya di YouTube dan tik tok.
"Tidak, tidak. Kamu sangat cantik seperti ini, sayang. Tidak usah diganti," jawab Vanno yang sangat senang melihat penampilan sang putri. Dan dia sangat berharap apa yang terjadi hari ini bukanlah mimpi.
Pujian sang ayah membuat Gadis tersenyum sumringah.
"Semoga mas Yusuf juga suka," gumamnya dengan perasaan berbunga-bunga mengingat Yusuf.
"Kamu bilang apa, sayang?" Bianca yang dapat mendengar gumaman Gadis namun tidak jelas apa yang dikatakannya menatapnya heran.
Pertanyaan neneknya membuat Gadis jadi gelagapan. "Mmm... Nggak apa-apa kok, Oma. Kalau begitu aku duluan ya." Gadis bangkit dari kursinya.
"Sayang, kan sarapannya belum habis," ucap Vanno.
"Nanti saja lanjut di sekolah. Aku sudah telat nih. Dah." Gadis pun berlalu sambil melambaikan tangan dengan cerianya.
Semua orang menatap kepergiannya dengan tertegun. Sungguh mereka tidak mengerti apa yang sudah terjadi pada anak itu, hingga bisa berubah drastis seperti ini.
🌻🌻🌻🌻🌻
Perubahan Gadis pada pagi itu tidak hanya membuat keluarganya terkejut, namun juga teman-teman sekolahnya. Semua temannya didalam kelas berkumpul menantikan kedatangannya kedalam kelas, setelah mendapat pemberitahuan dari beberapa orang yang baru masuk.
Hingga beberapa menit kemudian, Gadis muncul didalam kelas itu. Semua murid yang sedari tadi berada didalam kelas dan belum sempat melihatnya diluar, berhasil dibuat pangling.
Penampilannya berhasil membuat semua siswa terpesona. Mereka baru sadar, ternyata Gadis memiliki kecantikan yang luar biasa. Namun, selama ini kecantikan itu tertutupi dengan sifat tomboy dan slebornya.
Tapi saat dia berdandan seperti itu, pesonanya berhasil mengalahkan kecantikan siswi manapun yang ada disekolah itu.
"Dis, ini benaran lho?" tanya seorang siswi memastikan, karena merasa sulit percaya bahwa yang dihadapannya itu benar-benar Gadis.
Gadis yang dapat merasakan nada ejekan dalam pertanyaan temannya itu, menatapnya tajam dan berkacak pinggang.
"Ngeledek lho? Nggak apa-apa sih. Hitung-hitung gue belum pernah ngasih bogem mentah ke cewek. Lho mau ngerasain?" Gadis mengepalkan tangannya dan memutar-mutarnya didepan siswi itu.
Ancamannya mampu membuat nyali semua orang menciut, terutama gadis yang bertanya barusan. Mereka lupa, Gadis tetaplah Gadis.
"Ih, nanya gitu aja marah. Kan kita cuma kaget ngelihat lho bisa berubah drastis begini," sungut siswi itu sambil menundukkan wajah karena takut.
"Iya, Dis, kita pikir lho nggak bakalan mau nurutin keinginan guru baru itu. Ternyata..." timpal salah seorang siswa yang berusaha menyembunyikan senyumannya karena takut akan membuat Gadis marah.
"Heh, gini-gini gue nih orangnya sportif. Gentle, menepati janji," seru Gadis.
"Selamat pagi semuanya."
Semua terkejut mendengar suara bariton itu. Spontan mereka semua langsung bubar dan berlari menuju kursinya masing-masing karena sang guru yaitu Yusuf, sudah hadir dalam ruangan itu. Hanya Gadis yang masih tetap berdiri ditempatnya semula.
"Pagi, Pak," seru mereka semua serempak.
"Gadis? Kamu cantik sekali." Yusuf tersenyum takjub melihat Gadis.
"Mas Yusuf mmm... Pak Yusuf bisa aja. Benaran, Pak, ini udah sesuai dengan keinginan Bapak?" Gadis tersipu malu mendengar pujian itu.
Yusuf mengangguk dengan senangnya.
"Tentu saja. Penampilan kamu ini sudah seperti perempuan, sesuai dengan nama kamu. Oke, permintaan yang pertama dan kedua sudah kamu lakukan. Jangan..."
"Jangan lupa yang ketiga. Nanti sore kan, dirumah Bapak?" tukas Gadis yang sudah bisa menebak perkataan pria itu.
"Bagus." Yusuf tersenyum puas dan mengangguk.
"Oke, sekarang silahkan duduk. Kita mulai pelajarannya."
Dengan patuh, Gadis menuju mejanya lalu duduk disana.
Semua temannya dikelas itu tertegun. Rasanya mereka sulit percaya melihat Gadis bisa sepatuh dan sepenurut itu. Padahal selama ini, semua guru selalu kualahan menghadapi Gadis yang pembangkang dan ngeyel, hingga mereka semua akhirnya menyerah.
BERSAMBUNG