Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Ekspresi wajah Liam menggelap, di saat dia mulai menata hati dan akan membukanya untuk Bianca. Mantan kekasihnya hadir, wanita yang lebih memilih karier dibandingkan menjadi istrinya.
Berkali-kali, Liam meminta agar Serena meninggalkan dunia hiburan. Sedangkan, dia tidak bisa mengabulkan keinginan Liam. Memilih pergi ke Negara P untuk melangggengkan kariernya sebagai model.
Hubungan Liam dan Serena yang dilakukan secara diam-diam terpaksa kandas karena Liam tidak berhubungan jarak jauh. Saat itulah, Bianca yang dari dulu mengejar cintanya terus gencar mendekati Liam. Hal itu berakhir dengan pernikahan keduanya walau diawali dengan Bianca yang hamil di luar nikah.
"Siapa yang menghubungimu?" tanya Bianca penasaran.
Liam menggeleng. "Pesan tidak penting, istirahatlah, Bi," jawab Liam merasa pesan dari Serena tidak penting.
"Sebaiknya, kalian semua pulang, aku akan menjaga istriku. Dia membutuhkan istirahat," ucap Liam mengusir secara terang-terangan keluarga Bianca dan keluarganya sendiri.
"Beraninya anak ini mengusir orang tuanya sendiri!" balas Pamela kesal dengan kelakuan anaknya.
"Sudahlah, memang benar Bianca membutuhkan istirahat. Ayo kita pulang. Kamu harus tetap menjaga Bianca, Liam!"
"Ya, tenang saja, aku akan tetap menjaga Bianca di sini," balas Liam.
Tak lama kemudian, suasana kembali hening. Laura dan kedua orang tua Liam berserta Sonia pulang ke rumah mereka masing-masing. Liam tidak membuka pembicaraan pada Bianca, dia masih memikirkan pesan yang dikirimkan oleh Serena.
Bianca menatap Liam yang memandang sesuatu dengan kosong. Dia menduga ada yang mengusik pikiran suaminya itu. Setelah Liam membaca pesan yang masuk, pria itu selalu termenung.
"Ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Tidak ada. Sebaiknya kamu tidur saja, aku akan tetap berada di sini menjagamu," perintah Liam.
"Baiklah," balas Bianca mencoba untuk tertidur.
***
Beberapa hari kemudian, Bianca diperbolehkan pulang. Beberapa pesan yang dikatakan oleh dokter membuat Liam berhati-hati dan menjaga kesehatan sang istri. Sebuah pelajaran bagi dirinya agar lebih memperhatikan kesehatan Bianca.
"Ingatlah jangan berhubungan dengan kasar seperti waktu awal Nyonya Bianca dirawat, Tuan. Hal itu mempengaruhi kondisi janin yang ada dalam kandungannya dan tentu berdampak pada kesehatan Nyonya Bianca," ujar sang dokter.
"Baiklah, aku tidak akan melakukannya untuk sementara waktu," balas Liam.
Yang menjadi masalah bagi Liam adalah Bianca tidur di sampingnya. Tentunya sebagai pria yang baru saja menikah dan merasakan nikmatnya melakukan hubungan dengan seorang wanita, Liam berusaha dengan keras untuk menahan hasr*tnya.
"Kau tidak apa-apa, Liam? Apa yang terjadi pada dirimu?" ucap Bianca ketika mereka telah berada di rumah dan hampir tertidur.
Wanita hamil itu memperhatikan bulir keringat yang ada di kening Liam. Pun Liam seperti menjaga jarak dengannya semenjak kepulangan mereka.
"Aku tidak apa-apa. Ehm, ada yang harus aku kerjakan. Sebaiknya, kamu tidur terlebih dahulu," perintah Liam.
"Malam-malam begini?" Dahi Bianca berkerut mendengar ucapan Liam.
Padahal, selama menjaga Bianca di rumah sakit. Liam sama sekali tidak menyentuh pekerjaannya. Bianca mencoba berpikir positif, mungkin ada sesuatu yang sangat penting hingga membutuhkan Liam untuk turun langsung menangani masalah yang terjadi.
"Ya, ada sedikit masalah di perusahaan. Kamu tidurlah, Bi," balas Liam kemudian pergi menuju ruang kerjanya. Tanpa melihat raut wajah Bianca yang dipenuhi oleh kekecewaan.
Di ruang kerja, Liam gelisah. Dia memilih untuk menetralkan keinginannya dengan mandi air dingin. "Sampai kapan aku harus menahan diri seperti ini!" gumam Liam.
Selesai membersihkan dirinya dan menahan hasratnya. Liam terusik dengan sebuah notifikasi pesan yang masuk di ponselnya. Beberapa kali nomor tersebut menghubunginya, Liam selalu saja mengabaikannya.
Kali ini, dia membuka pesan yang disampaikan oleh Serena. Wanita pertama yang merupakan cinta pertamanya. Wanita yang membuatnya berusaha untuk mencoba berhubungan jarak jauh. Akan tetapi, semua tidak berhasil mereka lakukan hingga hubungan keduanya kandas.
"Aku tahu kamu telah menikah, tetapi bisakah kamu memberi kesempatan untuk hubungan kita? Aku membutuhkanmu, Liam. Tolong maafkan semua kesalahanku yang tidak mengerti keinginanmu."
Isi pesan tersebut membuat Liam menghela napas. Di satu sisi, dia memang masih terbayang dengan masa indah bersama Serena. Akan tetapi, dia tidak bisa terlena dengan bayang-bayang masa lalu.
Kini, ada wanita yang menjadi tanggung jawabnya. Bianca telah menjadi istrinya, dia berusaha untuk menjadi suami yang baik walaupun hubungan keduanya belum begitu baik. Pun Bianca juga masih trus belajar untuk menjadi seorang istri bagi Liam.
Liam memilih untuk mengabaikan pesan yang diterima. Pria itu beranjak kemudian menuju kamar utama. Dilihatnya, Bianca telah terlelap. Liam berkerut ketika melihat jejak tangisan di wajah Bianca. Apa ada yang terjadi? Hingga Bianca menangis? Menurutnya, dia tidak melakukan apa pun yang menyinggung hati Bianca.
Liam memeluk tubuh Bianca, pria itu mencium aroma vanila yang menguar dari tubuh sang istri. Liam mengelus perut Bianca yang membuncit. "Jangan membuat mommymu kesusahan ya, Nak. Daddy menyayangi kalian," ucap Liam.
Sayangnya, Bianca tidak mendengarkan ucapan manis dari Liam. Pikiran wanita hamil itu telah berkelana hingga berpikir bila Liam masih belum dapat membuka hati untuknya. Dia menangis karena merasa ditinggalkan seorang diri.
Selama hamil, Bianca memang sering kali merasa suasana hatinya naik turun. Kadang dia dengan cepat senang karena mendapat perlakuan manis dari Liam. Namun, lebih sering perempuan itu overthinking dengan semua hal yang dilakukan oleh Liam.
Tak lama kemudian, Liam memejamkan mata menyusul sang istri. Pria itu mencoba untuk melupakan pesan yang dia terima dari Serena.
***
Di sebuah apartemen kecil yang sangat berbanding terbalik dengan apartemen Liam. Seorang wanita melempar ponselnya, dia telah berusaha berulang kali menghubungi Liam. Akan tetapi, pria itu sama sekali tidak menjawab panggilannya atau membalas pesannya.
"Aku tidak akan menyerah Liam! Dari awal kita ditakdirkan bersama. Lihat saja nanti, kamu akan kembali jatuh ke dalam pelukanku!" ucap Serena.
Sejujurnya, dia sangat menyesal karena mengabaikan keinginan Liam. Kariernya di Negara P tidak begitu lancar. Kemudian, bisnis keluarganya mulai tumbang. Dia membutuhkan Liam untuk menyokong hidupnya yang glamor.
"Besok aku akan menemuimu! Tunggu aku, Liam!"
***
Bersambung....
Terima kasih telah membaca. ❣️