Karena sebuah kesalahan dimasa lalu yang dilakukan oleh mendiang Ayahnya, Asha merasa bersalah dan mengorbankan dirinya untuk menebus dosa mendiang Ayahnya dengan mendonorkan salah satu ginjalnya pada Rain De Costa.
"Jika orang bertanya mengapa aku yang merasa bersalah padahal semua itu adalah perbuatan Ayah ku ? Apa kalian pernah merasakan bagaimana disayangi melebihi apapun di dunia ini oleh seorang Ayah ? kebaikan dan ketulusan hatinya itu membuat aku ikut andil di dalam kesalahan dan dosa yang ia lakukan."
Kebaikan yang diberikan oleh Asha membuat Rain jatuh cinta meskipun dirinya sudah menikah dengan wanita lain.
Meskipun mereka terhalang jarak dan waktu ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain keduanya dipertemukan kembali dalam sebuah insiden dimana Rain harus menyelamatkan Asha dari tangan Pria lain. Hingga keduanya jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Lantas seperti apa kehidupan rumah tangga Asha dan Rain ? simak ceritanya jangan lupa like dan komentar kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 BERCERAI
“Tidak ! aku tidak mau bercerai darimu, Rain !” ucap Maria, ia tak terima diceraikan oleh Rain. Rain ternyata benar-benar murka padanya, ia sudah menyia-nyiakan berlian demi sebuah kerikil di jalanan.
Rain kemudian melemparkan map hitam pada Maria. Disana Rain sudah memberikan Maria berupa sedikit harta yang tidak ada apa-apanya bagi dirinya untuk Maria, sebagai bentuk kompensasi darinya.
“Ambil dan pergi kau dari rumah ku !” ucap Rain dengan suara beratnya. Namun bukannya sadar diri, Maria malah tak terima dan meronta tak ingin diceraikan oleh Rain. Dan itu membuat Rain semakin jijik melihat Maria.
“Rain, kau jangan seperti ini. Aku akui aku salah, tapi aku berjanji akan berubah ! Aku akan menuruti semua perintah mu, aku mohon jangan ceraikan aku, aku akan lakukan apapun untuk mu !” ucap Maria dengan penuh keyakinan agar Rain masih tetap mempertahankan dirinya.
“Melakukan apapun untuk ku ?” ulang Rain dengan senyuman smirk.
Maria menganggukkan kepalanya ia begitu berharap Rain masih mempertahankan dirinya, karena baginya Rain adalah sumber kekayaannya, ia masih belum puas mengeruk harta Rain yang begitu tiada habisnya, karena jangan dikatakan jika Maria mencintai Rain, tentu saja tidak. Maria tidak pernah mencintai Rain sedikit pun kecuali hartanya.
“Apakah kau bisa mengandung anak ku ?”
Deg
Kalimat itu tentu saja menghancurkan Maria bekeping-keping karena pada kenyataannya dirinya tak bisa mengandung, setelah ia melakukan aborsi satu tahun lalu.
Maria terdiam dan itu membuat Rain tersenyum mengejek padanya. Karena Rain tahu jika Maria tidak bisa melahirkan sebab tak memiliki rahim.
“Bagaimana kau bisa mengandung, jika kau saja tak memiliki rahim !” ucap Rain dengan dingin ia semakin membenci Maria dan jijik padanya.
Duar
Bagaikan suara petir menyambar, Maria tak menyangka jika Rain tahu masa lalunya. Padahal ia menutup rapat masa lalunya agar orang lain tak mengetahuinya termasuk Rain.
“Kenapa ? Apa kau terkejut aku mengetahui masa lalu mu ? aku tak menyangka ternyata satu tahun ini aku mengahabiskan waktu ku bersama dengan wanita jahat seperti mu, wanita yang dengan tega menggugurkan bayi yang ia kandung, darah dagingnya sendiri !”
Maria meneteskan air matanya ucapan yang terlontar dari mulut Rain memang benar adanya, ia memang wanita jahat yang telah membunuh anaknya sendiri demi obsesi kehidupan yang megah dan penuh kemewahan.
“Apa kau tahu ? Aku bahkan menentang kedua orang tuaku untuk menikahi mu hanya demi dirimu ! Aku menyesal mengenal wanita sepertimu bahkan menjadikanmu istriku !”
Bak ditikam ribuan jarum hati Maria tentu saja merasakan sakit yang teramat dalam. Namun dibalik rasa sakit itu, kesalahan yang dibuat oleh Maria memang sangatlah besar dan tak mungkin Rain memafkannya bahkan menerima perbuatan Maria.
Tak lama datanglah kepala pelayan dan dua orang pelayan lainnya membawa beberapa koper yang berisi barang-barang milik Maria. Maria melihat itu, ia tak menyangka jika malam ini ia benar-benar diusir oleh Rain.
“Rain..ku mohon, ampuni aku. Jangan usir aku, Rain. Jangan ceraikan aku !” Maria meraih tangan Rain namun dengan cepat Rain menepis tangan Maria hingga terhempas.
Rain tak memperdulikan Maria lagi, ia berjalan menuju lift hendak ke kamarnya di lantai paling atas Ia bahkan tak memperdulikan teriakan Maria menyebut namanya.
Rain melihat Maria dari dalam lift sebelum pintu tertutup untuk terakhir kalinya, Rain yakin dengan keputusannya lebih baik ia mengakhiri pernikahannya cukup sampai disini dengan Maria, ketimbang ia harus menerima kenyataan untuk yang kesekian kalinya dengan dibohongi dan dicurangi olehnya.
... ..............