Diceritakan seorang pemulung bernama Jengkok bersama istrinya bernama Slumbat, dan anak mereka yang masih kecil bernama Gobed. Keluarga itu sudah bertahun-tahun hidup miskin dan menderita, mereka ingin hidup bahagia dengan memiliki uang banyak dan menjadi orang kaya serta seolah-olah dunia ini ingin mereka miliki, dengan apapun caranya yang penting bisa mereka wujudkan.
Yuk simak ceritanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beli Mobil Fortuner
Keesokan paginya, keluarga Pak Jengkok memulai hari dengan penuh semangat. Mereka berkumpul di ruang tamu yang kini semakin nyaman, dengan semua laporan dan catatan keuangan di meja. Setiap dari mereka tampak penuh harapan dan rasa ingin tahu. Setelah sarapan, Pak Jengkok mengambil sebuah kalkulator dan mulai memeriksa tabungan serta pendapatan dari YouTube dan TikTok.
Bu Slumbat duduk di samping Pak Jengkok, sambil memegangi secangkir kopi hangat. Gobed, yang kini semakin ahli dalam teknologi, membuka laptop dan memeriksa laporan pendapatan secara online. Suasana di ruangan tersebut dipenuhi dengan ketegangan dan rasa gugup yang menyelimuti mereka semua.
“Bagaimana kalau kita cek tabungan dulu?” tanya Pak Jengkok, suaranya agak bergetar. “Aku sudah tidak sabar lagi!”
Bu Slumbat mengangguk, dan Gobed mulai mengetikkan angka-angka ke dalam kalkulator. Mereka memeriksa total tabungan mereka dari hasil warung, YouTube, dan TikTok. Setiap angka yang muncul di layar kalkulator membuat mereka semakin terkejut. Pak Jengkok dan Bu Slumbat saling bertukar pandang dengan ekspresi tidak percaya.
“Gimana, Gobed?” tanya Pak Jengkok dengan nada cemas.
Gobbed melihat layar dan mulai membaca angka-angka yang ada. “Ini... ini luar biasa, Pak! Total tabungan dan pendapatan kita sudah mencapai angka yang sangat besar!”
Bu Slumbat mendekat dan melihat angka-angka di layar. “Apakah kamu yakin, Gobed? Ini benar-benar benar?”
Gobbed mengangguk dengan penuh keyakinan. “Iya, Bu. Bahkan, setelah dipotong semua biaya dan pajak, kita masih memiliki sisa yang sangat besar!”
Mereka semua terpana sejenak. Suasana ruangan menjadi hening, dan emosi mulai mengalir deras. Pak Jengkok meraih tangan Bu Slumbat dan menggenggamnya erat. “Aku tidak pernah membayangkan kita bisa sampai di sini. Ini semua karena kerja keras dan dukungan dari keluarga kita.”
Bu Slumbat mengusap air mata di pipinya, sambil tersenyum lebar. “Aku tidak pernah berhenti percaya bahwa kita bisa melakukannya. Dan lihatlah hasilnya sekarang. Ini adalah buah dari usaha kita semua.”
Mereka kemudian merencanakan langkah berikutnya: membeli mobil pribadi. “Bagaimana kalau kita beli mobil Fortuner?” saran Pak Jengkok. “Kita bisa menggunakan mobil ini untuk lebih memudahkan aktivitas kita sehari-hari.”
Bu Slumbat menyetujui ide itu. “Fortuner terdengar bagus. Kita bisa lebih nyaman saat bepergian dan juga lebih memudahkan dalam urusan keluarga.”
Mereka semua bersemangat untuk membeli mobil tersebut. Namun, sebelum mereka pergi ke dealer mobil, mereka menyempatkan diri untuk berdoa dan memberikan rasa syukur atas segala berkah yang mereka terima. Suasana haru kembali terasa, saat mereka berdiri bersama, tangan berpegangan, dan merenungi perjalanan hidup mereka.
Saat mereka menuju ke dealer mobil, ketegangan dan antusiasme semakin terasa. Mereka berdiskusi dengan sang penjual mobil tentang spesifikasi dan pilihan yang ada. Setiap pilihan yang mereka buat tampak seperti langkah besar menuju masa depan yang lebih baik.
Setelah semua urusan di dealer selesai dan mereka mendapatkan mobil baru mereka, keluarga Pak Jengkok merasa seakan mimpi mereka menjadi kenyataan. Mereka duduk di dalam mobil baru mereka, merasakan kelegaan dan kebanggaan.
“Lihatlah kita sekarang,” kata Pak Jengkok dengan mata berbinar. “Dari warung di teras hingga mobil Fortuner ini. Semua ini adalah hasil dari kerja keras dan doa kita.”
Bu Slumbat mengangguk. “Dan jangan lupakan perjalanan panjang yang telah kita lalui. Setiap kesulitan dan tantangan membuat kita semakin kuat.”
Gobbed duduk di kursi belakang dengan senyum lebar. “Ini adalah awal dari babak baru dalam hidup kita. Kita akan terus maju dan mencapai lebih banyak hal.”
Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan rasa syukur dan kebanggaan, merasa bahwa setiap langkah yang mereka ambil semakin mendekatkan mereka pada masa depan yang lebih cerah.
Malam itu, suasana di rumah Pak Jengkok benar-benar meriah. Setelah membeli mobil baru, Pak Jengkok dan Bu Slumbat memutuskan untuk merayakan pencapaian ini dengan mengundang seluruh warga RT untuk tasyakuran. Mereka ingin berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang telah mendukung mereka selama ini.
Pak Jengkok dan Bu Slumbat sibuk menyiapkan hidangan. Dapur mereka dipenuhi dengan aroma masakan lezat: rendang, sate ayam, nasi goreng, dan berbagai jenis kue. Semua makanan disiapkan dengan penuh cinta dan perhatian, memastikan setiap tamu merasa puas.
Sementara itu, teras rumah mereka diubah menjadi area makan yang meriah dengan berbagai hidangan. Pak Jengkok sibuk menata meja dan kursi, sedangkan Bu Slumbat memeriksa setiap hidangan dengan teliti. Mereka bahkan menambahkan dekorasi sederhana untuk memberikan sentuhan khusus pada acara tersebut.
Ketika jam menunjukkan pukul tujuh malam, tamu-tamu mulai berdatangan. Warga RT datang membawa berbagai hidangan tambahan, seperti ketupat dan rendang dari rumah mereka sendiri. Beberapa tamu bahkan membawa musik untuk menambah suasana. Tawa dan canda segera mengisi udara.
Pak Jengkok menyambut para tamu dengan senyuman lebar dan mengajak mereka untuk menikmati hidangan. “Selamat datang, teman-teman! Terima kasih sudah datang. Kami sangat senang bisa berbagi kebahagiaan ini dengan kalian semua.”
Bu Slumbat juga tidak kalah semangat. “Silakan coba rendang saya. Ini adalah resep turun-temurun keluarga kami!” katanya sambil membagikan piring berisi rendang kepada para tamu.
Saat semua tamu mulai duduk dan menikmati hidangan, suasana menjadi semakin hangat. Salah satu tetangga, Pak Agus, memuji masakan Bu Slumbat dengan antusias. “Bu Slumbat, rendangnya enak sekali! Ini rasanya lebih baik dari restoran mahal!”
Keluarga Pak Jengkok hanya bisa tersenyum bangga. Udin, yang kini berusia 13 tahun dan sudah menjadi remaja, membantu melayani tamu-tamu dengan penuh semangat. Gobed, yang juga kini semakin beranjak dewasa, ikut membantu menyiapkan makanan dan berbincang dengan tamu-tamu.
Di tengah kemeriahan, salah satu warga RT, Ibu Rini, bertanya kepada Bu Slumbat. “Bu Slumbat, bagaimana rasanya sekarang setelah semua ini? Rasanya seperti mimpi, ya?”
Bu Slumbat tertawa dan menjawab, “Rasa seperti mimpi? Iya, kalau diingat-ingat, dulu kami hanya bisa membayangkan hal seperti ini. Tapi sekarang, semua terasa nyata. Kami sangat bersyukur.”
Pak Jengkok menambahkan, “Dulu kami berjuang keras, tapi berkat dukungan dari semua orang di sini, kami bisa mencapai seperti sekarang. Tidak ada yang lebih berharga daripada memiliki komunitas yang saling mendukung.”
Saat makan malam berlangsung, suasana semakin hangat. Udin dan Gobed memutuskan untuk menampilkan beberapa tarian lucu dan sketsa komedi untuk menghibur para tamu. Mereka menari dengan gaya konyol dan mengundang tawa dari semua orang.
Di akhir acara, Pak Jengkok berdiri di depan tamu-tamu dengan mikrofon. “Kami ingin mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan doa dari kalian. Malam ini adalah salah satu momen paling bahagia dalam hidup kami.”
Semua mata tertuju pada Pak Jengkok saat ia melanjutkan, “Kami tidak akan berada di sini tanpa bantuan kalian. Malam ini, kita tidak hanya merayakan mobil baru, tetapi juga persahabatan dan kebersamaan kita.”
Beberapa tetangga mulai meneteskan air mata haru. Ibu Rini dengan suara bergetar berkata, “Kami sangat bangga dengan kalian. Kalian telah menunjukkan kepada kami arti sebenarnya dari kerja keras dan keberanian.”
Di tengah-tengah suasana yang mengharukan itu, Bu Slumbat memeluk Pak Jengkok dan berkata, “Ini adalah hadiah terbesar dalam hidup kita—kebersamaan dengan semua orang yang kita cintai.”
Ketika semua tamu pulang, keluarga Pak Jengkok duduk bersama di ruang tamu. Mereka merasa lelah tetapi sangat bahagia. Pak Jengkok berkata dengan penuh rasa syukur, “Ini adalah malam yang tidak akan pernah kami lupakan. Terima kasih banyak untuk semua cinta dan dukungan kalian.”
Bu Slumbat mengangguk, matanya masih berkaca-kaca. “Kita telah melalui banyak hal bersama, dan malam ini adalah salah satu kenangan indah dalam hidup kita.”
Mereka duduk bersama, menikmati sisa-sisa makanan dan merenungkan perjalanan hidup mereka. Malam itu dipenuhi dengan kebahagiaan, keharuan, dan tawa, meninggalkan kenangan indah yang akan mereka simpan selamanya.