NovelToon NovelToon
Dinikahi Pria Beristri

Dinikahi Pria Beristri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Itsaku

"Apa dia putrimu yang akan kau berikan padaku, Gan...?!!" ujar pria itu dengan senyuman yang enggan untuk usai.

Deg...!!

Sontak saja otak Liana berkelana mengartikan maksud dari penuturan pria tua berkelas yang berada di hadapannya tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kado untuk Liana

Mobil yang dikendarai Haris sudah meninggalkan halaman kosan Nunik. Haris fokus mengemudi sambil sesekali melirik spion untuk memastikan posisi kendaraan mereka aman dan tidak mengganggu pengendara lainnya.

"Ke apartemen dulu, ya. Aku harus menemui Vanya." ujar Haris.

"Iya, mas." balas Liana. "Mas Haris bisa turunkan aku di sekitar apartemen, biar nanti bisa leluasa ngobrolnya sama mbak Vanya. Aku nggak enak sama mbak Vanya kalau ikut ke sana." kata Liana lagi.

"Kamu yakin?!" sahut Haris.

Haris memang kerap kali dibuat terkejut dengan segala penuturan Liana. Dengan statusnya sebagai istri kedua Haris, Liana seakan menganggap itu bukan masalah besar. Liana justru memberi ruang untuk Haris dan Vanya jika memang mereka ingin bertemu. Entah gadis di sampingnya itu kelewat baik, atau dia gadis yang lugu.

"Iya, mas." balas Liana dengan mantap.

"Baiklah..." tentu saja Haris mengiyakannya.

Haris menurunkan Liana di sebuah pusat perbelanjaan yang letaknya tak jauh dari apartemen.

"Hati-hati, mas..." ujar Liana sebelum turun.

"Em." Haris mengangguk.

Tak ada perasaan apapun saat Haris meninggalkan Liana seorang diri di mall itu.

Liana pun sama, dia tidak mau terlalu memikirkan sikap Haris dan apa yang akan dia lakukan bersama Vanya. Liana melihat mobil Haris sudah melewati pintu keluar mall. Dia pun melenggang santai memasuki mall yang cukup ramai itu.

Belum terlalu lama Liana memasuki mall, handphonenya berdering. Damar memanggil.

"Iya, Mar?" tanya Liana sambil mengedarkan pandangan ke segala penjuru dengan asal.

"Aku melihatmu masuk mall. Kamu ada di mana sekarang? Aku juga kebetulan di mall yang sama denganmu."

"Oh, iya?!!" Liana cukup excited. Akhirnya dia akan memiliki teman untuk jalan-jalan.

"Aku di lantai 2, depan toko aksesoris."

"Diam di sana, aku otw."

Sambungan pun terputus.

Sebenarnya keberadaan Damar bukanlah sebuah kebetulan. Karena Damar memang sengaja mengikuti mobil mereka sejak keluar dari kosan Nunik.

"Liana...!!" Damar melambaikan tangannya sambil berlari ke arah Liana.

"Bisa kebetulan ya..." ujar Liana setelah Damar di dekatnya.

"Aku sedang mencari sesuatu." begitu alasan Damar.

"Terus, sudah ketemu?" tanya Liana.

"Belum. Kamu mau menemaniku?" tanya Damar kemudian.

"Boleh. Yuuk...!!" kata Liana.

Mereka pun beranjak dari tempat pertemuan itu. Menuju ke lantai 3.

"Suamimu mana?" tanya Damar.

"Sedang ada urusan sama rekannya." jawab Liana.

"Kenapa kamu tidak ikut?"

"Males, ah. Urusan pekerjaan itu membosankan." balas Liana yang asal-asalan.

"Lalu, kenapa kamu mau diajak ke Singapura besok?" Damar terus saja bertanya.

"Sekalian jalan-jalan." celetuk Liana.

"Oh..."

"Yaaa, baguslah. Jadinya aku bisa jalan sama Liana." batin Damar.

Damar mengajak Liana masuk ke distro. Dia pergi ke area jaket dan outer.

"Permisi..." sapa mbak SPG. "Kami ada produk terbaru dan limited edition." dia menawarkan barang dengan senyuman terbaiknya.

"Boleh lihat?" tanya Damar.

"Mari..."

Damar mengikuti SPG itu. Sedangkan Liana masih melihat-lihat barang yang lain.

"Ini, kak. Jaket couple terbaru dari kami. Hanya ada 3 seri warna. Hitam, biru, dan merah." katanya. "Cocok sekali buat kakak dan pacarnya yang cantik itu..." mbak SPG melirik Liana yang berada di ujung toko.

"Ah, mbak bisa saja." balas Damar.

Damar tiba-tiba memiliki ide.

"Ambil yang merah ya, mbak. Untuk yang cewek ukuran M. Nanti mbaknya bungkus pakai kertas kado." kata Damar memberi instruksi.

"Siap, kak...!!"

Damar sangat bahagia bisa membeli jaket couple itu. Apalagi Liana yang akan memakai jaketnya.

"Ini buat kamu." Damar memberikan paperbag berisi jaket pada Liana.

"Lho, apa ini?" tanya Liana.

"Kado dariku. Kan aku belum kasih kamu kado." begitu kata Damar.

"Jadi ngerepotin. Thanks ya..." Liana pun menerimanya dengan senang hati.

___

Di apartemen...

"Kamu belum jawab pertanyaanku, sayang..." ujar Haris. "Kenapa kamu harus pulang tanpa berunding denganku?" Haris kembali mengutarakan pertanyaan yang dia lontarkan sejak beberapa hari yang lalu.

"Sayang..., kamu tahu kan posisiku. Aku tidak mau orang yang memata-matai kamu mencari tahu soal aku lebih jauh lagi. Nanti dampak buruknya juga ke kamu dan keluarga kamu." balas Vanya.

Haris mulai bosan dengan alasan istri sirinya itu.

"Kalau begitu, mari kita resmikan pernikahan kita!!" tantang Haris lagi.

"Mas..., kenapa sih kamu sekarang jadi sering membahas itu?" protes Vanya.

"Karena aku ingin semua orang tahu, kalau kamu itu istriku." balas Haris dengan tegas.

"Aku tidak perlu pengakuan publik, mas. Selama orang tuaku belum bisa merestui kita." lagi-lagi alasan yang sama.

"Kalau begitu ikut aku ke Singapura besok. Kita temui mereka." putus Haris.

"Mas Haris..., aku mohon jangan sekarang. Sepulang dari Bajo aku sudah menemui mereka, tapi jawabannya masih sama." akunya.

"Kamu ke sana?! Tanpa memberitahuku?!!!" Haris semakin tak habis pikir dengan istrinya yang mulai sering melakukan sesuatu tanpa sepengetahuannya.

"Aku hanya ingin menenangkan diri, mas..." gumamnya lirih. "Jujur, aku merasa cemburu saat kamu dan Ana berada dalam satu kamar..." wajah Vanya semakin sendu.

Haris segera meraih tubuhnya dan memeluknya erat.

"Aku kan sudah bilang, tidak akan mudah berbagi dengan orang ketiga. Tapi kamu memilih mempertahankan status kita, dan memintaku menuruti kemauan kakek." ujar Haris dengan nada yang lebih lembut.

"Selain karena orang tuaku. Aku juga ingin membuktikan pada kakek, kalau aku juga peduli pada kakek. Aku pikir dengan begitu, kakek bisa menyayangiku seperti dia menyayangi Ana." ungkapnya lagi.

"Sudahlah. Lupakan. Maafkan aku, sudah bicara keras sama kamu, sayang..." Haris membelai rambut Vanya.

"Jadi, mas akan pergi berapa hari?" tanya Vanya.

"Entahlah. Aku belum tahu, tergantung kondisi di sana nantinya seperti apa." jawab Haris.

"Mas tidak usah temui orang tuaku, ya...! Aku khawatir papa drop lagi." ujar Vanya dengan suara pelan.

"Iya, tidak akan." balas Haris.

"Mas mau makan sesuatu? Aku akan pesankan." Vanya menjauhkan kepalanya dari dada Haris.

"Ah, tidak. Aku harus segera kembali."

"Mas..., kenapa buru-buru. Aku masih kangen tahu..." rengek Vanya.

"Aku juga kangen, tapi aku tidak enak sama kakek karena pergi terlalu lama. Kakek sedang kurang sehat." Haris mencoba memberi pengertian pada Vanya.

"Baiklah..." balas Vanya.

"Kalau ada apa-apa hubungi aku." pesan Haris sebelum pergi.

"Iya, sayang..."

Haris meninggalkan satu kecupan hangat di kening Vanya. Barulah kemudian dia pergi meninggalkan Vanya.

___

Di mall...

"Mau cari makan dulu?" tanya Damar.

"Enggak, Mar. Nggak lapar juga." balas Liana.

"Jam berapa suamimu jemput?" tanya Damar lagi.

"Entahlah. Belum kasih kabar." jawab Liana sambil memperhatikan ponselnya.

"Em..., Na. Kapan-kapan main ke rumah, ya. Mama sering tanya kabar kamu dan Nunik juga. Kalian sudah jarang main ke rumah." ujar Damar berbasa-basi.

"Ah, iya. Kapan-kapan."

"Suamimu tidak melarangmu keluar buat ketemu teman-teman kan?" selidik Damar.

Liana belum sempat menjawab, karena handphonenya berdering. Telepon dari Haris, dia mengatakan kalau sedang dalam perjalanan menuju mall.

"Sudah mau dijemput?" sahut Damar setelah sambungan terputus.

"Iya. Aku keluar duluan, ya." pamit Liana.

"Hati-hati..."

"Kamu juga. Makasih, lho kadonya..." Liana mengangkat paperbag di tangannya.

"Sama-sama..."

Liana meninggalkan Damar, dia berjalan santai menuju lobi utama. Dia akan menunggu Haris di sana.

Beberapa menit kemudian mobil Haris memasuki area mall. Haris melihat Liana berdiri di depan pintu mall, tempat dia menurunkannya beberapa jam yang lalu. Liana yang sudah hafal mobil Haris pun, segera menghampirinya ketika mobil itu menepi. Tak perlu menunggu dibukakan pintu, Liana membukanya sendiri dan duduk manis di samping kemudi.

"Maaf sudah menunggu lama." ujar Haris.

"Nggak apa-apa, mas. Kebetulan tadi ketemu Damar, jadi aku ada teman ngobrol." balas Liana tanpa ada yang ditutupi.

"Damar?" Haris merasa tak asing dengan nama itu.

"Iya, mas. Damar yang tadi ketemu di kosan Nunik." kata Liana mengingatkan Haris.

"Oh..."

Haris melirik paperbag yang ada di pangkuan Liana sejenak. Kemudian dia kembali fokus menyetir.

Tanpa mereka sadari, Damar sedari tadi memperhatikan Liana. Dia ingin memastikan kalau Liana benar-benar dijemput oleh Haris. Kalau seandainya Haris tak menjemput, Damar pun sudah sangat siap mengantarnya pulang.

"Bagaimana kabar mbak Vanya?" tanya Liana.

"Dia baik." jawab Haris singkat.

"Mas nggak nawarin mbak Vanya untuk ikut ke Singapura?" lagi, Liana bertanya.

"Dia menolak."

"Aku pikir mbak Vanya akan mau. Kan bisa sekalian mengunjungi keluarganya di sana." ujar Liana lagi.

Tidak ada jawaban lagi dari Haris. Liana pun tidak berani berbicara lagi. Dia memilih diam sambil menikmati pemandangan dari balik jendela. Hingga rasa kantuk mulai menghampirinya, kemudian Liana tertidur. Lalu Haris mengambil paperbag yang hampir jatuh, dan menaruhnya di bangku belakang.

......................

1
Delita bae
💪💪💪💪👍👍🙏
Delita bae
salam kenal jika berkenan mampir juga👋👍👍🙏
Delita bae: 💪💪💪💪💪👍🙏
Delita bae: 💪💪💪💪💪👍🙏
total 3 replies
Eka Kaban
selamat pagi
Itsaku: pagi juga. terimakasih sudah mampir😊🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!