NovelToon NovelToon
Real Games

Real Games

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Harem / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zoro Z

John Roki, Seorang siswa SMA yang dingin, Cerdas, dan suka memecahkan misteri menjadi logis (Bisa diterima otak)

Kehidupan SMA nya diawali dengan kode rahasia yang tanpa disadari, membawanya ke misteri yang lebih mengancam. Misteri apa itu? kok bisa makin besar? Selengkapnya dalam cerita berikut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoro Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Game 11. Surat Teror.

Hari-hari setelah ujian tengah semester berlangsung tenang. Roki, seperti biasanya, hanya menjalani hari tanpa banyak bicara. Peringkat kelas diumumkan, dan sesuai dugaan banyak orang, Roki berada di peringkat pertama.

Teman-teman sekelasnya sudah bisa menebak sejak awal bahwa dia akan berada di puncak. Tidak ada sorak-sorai atau rasa terkejut dari mereka. Sebaliknya, ada rasa pasrah, Meskipun wajah Roki menunjukkan ketidak ketertarikan terhadap banyak hal, hari-harinya Roki habis dengan membaca buku, entah itu buku pelajaran atau buku tentang hal lain.

"Roki yang dapat peringatan satu?" gumam salah satu teman sekelas. "Gak kaget sih"

Namun, Roki tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia hanya mengambil laporan nilainya, melirik sebentar, dan kemudian memasukkannya ke dalam ranselnya. Pandangannya tetap netral, tanpa sedikit pun kebanggaan atau kesenangan.

Setelah pengumuman peringkat itu, para siswa diberi tahu bahwa mereka akan mendapatkan libur selama seminggu. Banyak yang langsung merencanakan liburan atau bersantai setelah stres ujian. Tapi bagi Roki, rencana liburan tidak pernah ada di pikirannya. Dia lebih suka menghabiskan waktu di rumah dengan buku-buku dan video game yang menumpuk di apartemennya.

dihari yang sama sebelum libur dimulai, sesuatu yang tak terduga terjadi. Saat Roki sedang bersiap pulang dari sekolah, Kevin, salah satu teman sekelas, datang menghampiri Roki.

Setelah permainan kecil yang dibuat Kevin awal-awal chapter, Roki dan Kevin tidak pernah ngobrol satu sama lain. Tidak seperti Roki, Kevin orang yang aktif dan gampang bersosial. Sedikit info, Kevin juga ahli dalam penyelesaian teka-teki, bahkan kalo kalian ingat, dia lah dalang permainan awal.

"Hei, Roki" panggil Kevin dengan suara serius.

Roki menoleh dengan ekspresi datar dan malas, setelah melihat yang memanggil dia Kevin, dia langsung berfikir. “Permainan apa sekarang?”

Kazama mengangguk cepat. "Tidak, aku tidak membuat permainan baru. Ini penting, bisa kita bicara sebentar?"

Roki menghela napas. "Oke, apa masalahnya?"

"Kita bahas ini besok aja, di kafe dekat stasiun jam sepuluh pagi. Ada seseorang yang ingin aku perkenalkan padamu, dan dia butuh bantuan kita untuk menyelesaikan masalahnya" kata Kazama sambil menepuk bahu Roki. "Kamu pasti akan tertarik."

Roki langsung kembali kemas-kemas tanpa banyak bicara. Rose yang duduk jedah satu bangku didepan Roki, melihat dengan wajah penasaran, dia tidak mendengar pembicaraan Roki dan Kevin. Karena keadaan kelas saat ini sedang ricuh, pembicaraan mereka berdua terdengar samar-samar ditelinga Rose.

Keesokan harinya, Roki berjalan santai menuju kafe yang telah disepakati. Pagi hari di awal liburan cuacanya cerah,l dan jalanan tidak terlalu ramai. Setelah sampai di kafe, Roki melihat Kevin sudah duduk di salah satu meja di sudut, bersama seseorang yang tidak dikenal Roki. Seorang pria muda dengan wajah cemas.

“Roki, kenalin ini temanku, Taro, dia sama seperti kita, sama-sama kelas satu, dia bersekolah disekolah lain” kata Kevin sambil memperkenalkan pria itu. "Taro, ini Roki, teman sekelas ku, seperti yang ku ceritakan tadi, dia ahlinya memecahkan teka-teki."

Roki menunduk sedikit sebagai tanda perkenalan. Taro tampak gugup dan terlihat tidak nyaman.

"Jadi, masalahnya apa?" tanya Roki sambil duduk tanpa basa-basi, langsung ke inti pertemuan.

Taro menghela napas panjang sebelum mulai bicara. "Sebenarnya ... Aku sudah dua minggu ini dapat surat-surat aneh. Isinya semacam ancaman atau teror. Aku nggak tau siapa yang kirim. Rasanya kayak ada yang ngawasin aku terus-menerus."

Roki mengerutkan kening. “Surat teror? Ada ancaman spesifik?” Tanya Roki untuk informasi lebih detail.

Taro mengangguk. "Iya, awalnya cuma kata-kata samar kayak 'aku tahu apa yang kamu lakukan' atau 'awas aja, aku akan datang.' Tapi makin lama makin jelas. Kayak, 'malam ini aku akan datang ke kamarmu,' atau 'aku tahu kamu nggak sendirian.' Surat-surat itu selalu dikirim ke rumahku, dan makin hari, ancamnya semakin serius"

Roki terlihat tenang, sebenarnya merasakan merinding disekitaran kepalanya.

Kevin menambahkan, "Taro udah coba lapor ke polisi, tapi mereka bilang nggak ada bukti yang cukup kuat dan nggak ada tanda-tanda penyusup di rumahnya. Jadi, ku pikir mungkin kamu bisa bantu cari tahu apa yang sebenarnya terjadi"

Lagi-lagi karena rumor, Roki mencerna informasi yang diberikan. Surat-surat misterius, ancaman yang semakin serius. Semua ini menandakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar lelucon. Tapi untuk saat ini, Roki tidak bisa menyimpulkan apa-apa tanpa bukti nyata.

"Suratnya masih ada?" tanya Roki.

Taro mengeluarkan beberapa amplop dari ranselnya dan menyerahkannya kepada Roki. Amplopnya sederhana, tanpa alamat pengirim, dan hanya tertulis nama Taro di bagian depan. Isinya terdiri dari potongan-potongan kertas dengan tulisan tangan yang tidak rapi, seolah-olah ditulis dengan terburu-buru atau memang niat menakut-nakuti.

Roki membuka salah satu surat dan membaca isinya: "Aku akan datang malam ini. Jangan pernah berpikir kamu bisa kabur."

Tulisan tangan itu kasar dan sedikit berantakan, tapi ada sesuatu yang aneh. Roki melihat lebih dekat dan memperhatikan bahwa tinta di beberapa bagian sedikit luntur, seakan-akan ditulis oleh seseorang yang sedang gugup atau tinta pulpennya tidak stabil. Tapi setelah memeriksa surat yang lain, semua tentanya luntur.

"Kamu bilang surat-surat ini selalu datang ke rumahmu?" tanya Roki sambil terus memeriksa amplopnya.

"Iya," jawab Taro. "Biasanya aku temukan di kotak surat di pagi hari. Tapi aku nggak pernah lihat siapa yang kirim."

Roki mengangguk. "Kamu pernah cerita ke orang tua mu tentang surat-surat ini?"

Taro menggeleng. "Nggak, aku gak ingin orang tua ku khawatir, aku tidak tega melibatkan mereka"

Kevin yang sedari tadi diam menambahkan, "Aku pikir ini bukan cuma sekadar lelucon, kau pasti sudah memikirkan hal yang sama kan"

Roki meletakkan surat itu di meja dan menatap Taro. "Oke, aku akan coba bantu cari tahu siapa dalang surat teror ini. aku perlu bantuan mu. Kamu harus perhatikan kapan surat-surat ini muncul dan kalau bisa, coba ingat-ingat siapa yang terakhir kali kamu lihat di sekitar rumahmu setiap kali surat ini datang."

Takumi mengangguk patuh, meski wajahnya masih terlihat cemas. "Akan aku coba."

Kevin tersenyum lebar, karena Roki ikut membantu. Roki hanya mengangguk, lalu berdiri dari kursinya. "Aku akan lihat apa yang bisa kulakukan. Beri aku waktu untuk memikirkan ini."

Sepanjang perjalanan pulang, Roki berpikir keras tentang misteri ini. Surat-surat teror yang dikirim tanpa petunjuk jelas dan kenapa tinta pada semua surat luntur, otak Roki berputar-putar tentang pertanyaan tersebut.

Ini bukan kali pertama Roki berhadapan dengan misteri, tapi kali pertama dengan surat teror. Roki tidak pernah menduga, kalo hanya sebuah surat, bisa membuat ancaman yang serius. Kedua tangan Roki dari tadi didalam saku celananya, saat ini kedua tangannya mengepal dengan sangat kuat, menunjukkan bahwa Roki bertekad kuat, untuk mengungkap semuanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!