Aurora, seorang CEO yang merupakan gadis multitalenta harus merenggang nyawa karna keserakahan tangan kanannya sendiri yang berniat merebut perusahaan yang dia bangun sejak dulu.
Ketika sebuah peluru terlepas menembus jantungnya, Dan di detik kemudian gadis itu telah berada di dunia yang berbeda.
Jiwanya menempati tubuh putri dari seorang jendral perang yang terkenal dengan sampah karna tidak mampu berkultivasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat ke akademi
Gadis itu lantas berjalan mendekati Fan Zhuang, Bau anyir tiba tiba masuk kedalam indra penciumannya.
"Kau terluka"
Gumam Meilan yang kini menatap Fan Zhuang penuh dengan khawatiran.
Pada akhirnya rencana awalnya yang akan berkultivasi dia tunda, dia tidak bisa berkonsentrasi penuh ketika mengingat kondisi Fan Zhuang yang saat ini sedang terluka.
Meilan duduk tidak jauh dari posisi pria itu, Dia akan menunggu pria itu selesai dalam pemulihan diri
Hingga selang beberapa saat mata fan Zhuang mulai terbuka, hal yang pertama dia lihat adalah sosok gadisnya yang saat ini terlihat tertidur dalam posisi duduk.
Pria itu menarik senyum bibirnya, menciptakan senyum lembut yang akan membuat semua kaum wanita akan luluh ketika melihatnya.
Fan Zhuang mendekati Meilan yang saat ini sedang tertidur, Menatap wajah damai gadis itu yang terlihat nyaman dalam tidurnya.
Hingga Meilan yang merasa ada pergerakan di sampingnya membuat dia dengan cepat membuka matanya.
Dilihatnya Fan Zhuang menatapnya dengan hangat.
"Kau terluka, katakan padaku siapa yang melukaimu"
Ucap Meilan dengan cepat, dia segera memeriksa tubuh pria itu.
"Aku tidak apa apa"
"Siapa yang melukaimu?"
Meilan kembali bertanya seolah tidak peduli dengan apa dikatakan oleh pria dihadapannya.
"Kenapa tidak menjawab?"
Gadis berkata dengan kesal
"Kau tidak akan bisa menemuinya untuk saat ini"
Ucap Fan Zhuang dengan nada yang teratur.
"Kenapa?"
"Kau belum menginjak ranah alam surgawi"
Kini Meilan yang terdiam setelah mendengar jawaban dari pria itu.
Ya jika Fan Zhuang yang kekuatannya saja begitu hebat masih bisa terluka, lalu bagaimana dengan dirinya.
"Aku aku akan tumbuh kuat secepatnya"
Ucap gadis itu yang menatap Fan Zhuang dengan sungguh sungguh.
"Aku akan menanti hari itu tiba"
Timpal Fan Zhuang.
"Bagaimana dengan Mouzu?"
Tiba tiba Meilan teringat akan gadis kecil itu yang sudah tidak bersamanya beberapa hari belakangan ini.
Mouzu ada di tangan Fan Zhuang, pria itu berkata jika dia memiliki tempat yang pas untuk Mouzu berkultivasi, dan Meilan yang memiliki kepercayaan penuh pada Fan Zhuang memilih menyerahkan Mouzu untuk sementara waktu
"Dia sudah ada di kediamanmu"
Jawab pria itu kemudian.
"Bagaimana dengan kultivasinya?"
Tanya Meilan dengan rasa penasaran.
"Kau akan melihatnya sendiri nanti"
Meilan menganggukkan kepalanya mengerti.
"Kau tumbuh dengan baik"
Ucap pria itu dengan tangannya bergerak menepuk pelan kepala gadis itu.
Wajah Meilan bersemu, ia merasa sedikit malu di puji oleh pria tampan di sampingnya.
"Aku belum mencapai ranah surgawi, terlalu sulit"
Gadis itu sedikit mengeluh, dia merebahkan kepalanya di pundak fan Zhuang.
"Semua butuh proses, Dan kecepatanmu dalam melakukan terobosan cukup perhitungkan"
"Kelak kau akan ada di ranah itu selagi kau mengusahakannya"
Ucap Fan Zhuang yang memuji gadis itu, namun yang dikatakan pria itu adalah fakta, tidak hal yang mustahil selagi kau mengusahakannya.
Meilan sedikit tersentuh mendengar pujian pria tampan itu, Untuk sesaat hatinya terasa berdebar hingga membuatnya terdiam beberapa waktu.
"Fan Zhuang"
"Hmmm"
Meilan sedikit ragu mengatakannya.
"Apa kau bisa sedikit lebih lama"
Ucap gadis itu dengan suara pelan
"Apa kau merindukanku?"
Di tanya seperti itu membuat Meilan mengunci mulutnya, kini wajah gadis itu sudah semerah tomat.
"Kau pergi begitu lama"
"Aku bertanya gadis, apa kau merindukanku?"
Ucap Fan Zhuang kembali, Matanya menatap wajah Meilan yang kini memerah terlihat begitu lucu dimatanya.
"Kau menyebalkan"
Kesal Meilan yang merasa Fan Zhuang menggodanya.
Gadis itu hendak pergi dari sana, Namun pria itu dengan cepat menarik tangannya hingga gadis itu duduk tepat di pangkuan pria tampan itu.
"Fan Zhuang"
Meilan berkata dengan rendah.
"Tetaplah seperti ini"
Ucap pria itu yang memeluk tubuh Meilan dengan hangat.
Fan Zhuang memejamkan matanya, menikmati pelukan hangat itu guna melepas kerinduannya, entah beberapa hari dia tidak bertemu dengan gadis itu dan cukup membuatnya merasa sedikit resah, dan ini baru pertama kali dia rasakan.
Meilan juga terdiam dalam posisi yang sama, menikmati pelukan itu yang mampu membuatnya merasa aman dan nyaman di antara detak jantungnya yang semakin memburu.
...****************...
Setelah kembali dari Dimensi Meilan memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat, bagaimanapun dirinya harus bangun pagi.
Namun sebelum di bergegas tidur dia harus memeriksa kondisi Mouzu lebih dulu
Tok
Tok
Tok
Dan tepat saat itu juga Mouzu masuk kedalam kamarnya membawa nampan berisi makan malam di tangannya.
Meilan seketika mengembangkan senyumnya ketika melihat gadis kecil itu sudah membuka 3 meridiangnya, dan kini Mouzu telah menginjak alam mortal tingkat 1.
"Kau berhasil"
Ucap Meilan dengan senyum di bibirnya.
"Terima kasih putri"
Mouzu tampak tersenyum malu, setidaknya siksaan dan rasa sakit yang di rasakan ketika berkultivasi di akhir akhir ini terbayar dengan senyum di bibir nonanya, itu sudah cukup baginya.
"Persiapkan baju yang akan kamu bawa, cukup bawa baju dan alat alat seperlunya saja"
Ucap Meilan kemudian.
"Baik putri"
Gadis kecil itu kemudian meletakkan nampan di pegangnya kemudian segera bergegas dari sana.
Keesokan harinya, Kini semua orang tampak sibuk, Meilan, Sasuang dan Mouzu kini telah menunggu yang lain di gerbang kediaman.
Meilan menatap ayah dan kakeknya dari kejauhan dengan heran kedua orang itu tampak menyeret beberapa bungkus kain berukuran besar.
"Nah bawalah ini nak untuk persiapanmu di perjalanan"
Ucap tuan besar Bai yang meletakkan bungkusan tersebut di depan cucu kesayangannya.
Meilan mengerutkan keningnya, kemudian segera memeriksa bungkusan tersebut dengan penasaran.
Gadis itu terlihat menghela nafasnya ketika melihat isi bungkusan itu.
"Kakek barang barang seperti itu sudah di sediakan di akademi, Dan untuk makan nanti kami bisa membelinya tidak perlu repot membawa barang seperti itu"
Ucap Meilan yang melihat berbagai jenis makanan dan peralatan untuk tidur adalah isi dari bungkusan dari kakeknya.
"Ahh benarkah?"
Tuan besar Bai tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kalau begitu ambil ini"
Tuan besar kemudian memberikan sekantung koin emas pada cucunya tersebut
"Terima kasih kakek"
Gadis itu menerimanya dengan senyum bahagia.
"Ohh ayah apa isi dari bungkusanmu?"
Kini Meilan beralih pada bungkusan milik ayahnya yang tidak kalah besar.
"Ahahahha tidak tidak bukan apa apa"
Jendral Bai segera menghalangi putrinya yang ingin membuka bungkusan tersebut, karna isinya sama persis dengan milik ayahnya.
"Ini bawah lah"
Jendral Bai juga memberi sekantung koin emas untuk putrinya.
"Tapi aku sudah punya banyak"
"Tidak masalah bawalah untuk dirimu, nona Sashuang dan Mouzu"
Jendral Bai memaksa putrinya mengambil koin tersebut.
"Meilan"
Mereka semua segera mengalihkan pandangan pada dua sosok gadis yang saat ini tengah menunggangi kuda menuju kearah mereka.
"Temanmu sudah datang"