Rania adalah seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru. Ia multitalenta, baik hati, cantik, dan mandiri. Suatu hari Rania bertemu dengan seorang pemuda tampan yang lebih muda darinya, Logan namanya.
Awal pertemuannya dengan Logan, diwarnai dengan banyak kesalahpahaman. Namun apa daya cinta terlanjur tumbuh di hati keduanya.
Walaupun banyak perbedaan dan rintangan yang hadir di antara keduanya, termasuk kenyataan bahwa ternyata Logan adalah siswa di tempat Rania mengajar, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah tumbuh di antara mereka.
Suatu hal kemudian terjadi. Logan bak seorang putra mahkota yang tiba-tiba saja harus menggantikan posisi raja yang diduduki sang ayah di perusahaan besar miliknya.
Hari-hari berat harus dijalani Logan dan membentangkan jurang pemisah lebih jauh lagi antara dia dan Rania.
Bagaimana kisahnya? Apakah kesempatan untuk mereka bersatu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Kehaluan Berlin
"Halo?" sapa Rania.
"Hai, Lagi apa?" tanya Logan di seberang sana.
"Baru masuk ke kamar. Tadi ngobrol dulu sama wawa saya. Kamu udah nyampe rumah?"
"Udah. Ini aku lagi di balkon kamar."
"Nggak sambil ngerokok 'kan?" tanya Rania.
Di balkon, Logan memandang rokok yang terjepit di telunjuk dan jari tengahnya.
"Nggak kok," Logan mematikan rokoknya.
"Syukur deh kalo gitu. Ngerokok tuh gak bagus buat kesehatan."
"Iya aku bakal berhenti kok, Ran. Aku juga udah mulai latihan renang lagi loh."
"Oh iya? Bagus dong."
"Iya gara-gara kamu, aku jadi latihan renang lagi."
"Kok gara-gara saya?"
"Selama dua minggu kamu nyuekin aku itu bikin aku frustasi tahu. Jadi aku renang biar pikiran aku lebih tenang. Jadi aja aku mulai rajin latihan tiap keinget kamu."
"Berarti kamu harus sering frustasi ya. Biar rajin latihan renangnya," canda Rania.
"Ya janganlah. Masa kamu nyuruh aku terus-terusan frustasi. Barusan aja aku agak was-was pas nelpon kamu. Takut kamu gak angkat."
"Saya pasti angkat kok," ucap Rania.
Logan tersenyum mendengar kata-kata Rania. "Beneran kamu bakal selalu angkat dan bales chat aku mulai sekarang?" Logan memastikan.
"Iya," jawab Rania singkat.
"Jangan bohong ya," ancam Logan khawatir.
"Enggak dong. Masa saya bohong."
Sebenarnya Rania melanjutkan dalam hati, 'tapi cuma sampe saya mulai ngajar ya Gan. Cuma sampe saat itu saya akan chat kamu.'
"Makasih ya, Ran. Aku seneng banget. Aku mau tagih ngedate ketiga besok bisa gak?"
"Besok sama minggu gak bisa deh kayaknya. Soalnya lagi ada Wawa saya. Mereka pulangnya minggu katanya."
"Yah, terus kapan dong kamu bisanya?" tanya Logan.
Rania mengingat-ngingat Hari Senin-Selasa ia harus datang ke sekolah karena akan ada pelatihan dan pengkondisian untuk tahun ajaran baru.
"Kayaknya Rabu saya bisa," ucap Rania.
"Okay kalau gitu Rabu ya kita ketemu lagi. Mau kemana ya nanti?"
"Sebenernya ada film yang saya pengen tonton. Kita nonton aja gimana?" Rania menawarkan.
"Boleh. Rabu aku yang bayar semua ya. Tadi kamu bayarin semua. Kamu gak boleh protes-protes lagi," tegas Logan.
"Kamu tuh sensi banget sih masalah bayar-bayar. Orang tuh seneng kalau ditraktir. Kamu malah gak rela gitu."
"Dimana-mana cowok itu bayarin ceweknya, Ran. Bukan kebalikannya. Terus aku gak suka aja kamu sungkan sama aku. Baru aja aku beliin makanan yang gak seberapa kamu udah protes. Gimana kalo aku beliin kamu barang-barang lain."
'makanan seharga jatah makan siang aku selama dua minggu kamu masih bilang gak seberapa?' batin Rania semakin merasa menjadi rakyat jelata di hadapan sultan.
"Ya emang buat apa ngeluarin uang banyak kalau ada yang lebih terjangkau. Mending juga ditabung buat kebutuhan yang lain. Udah deh kamu gak akan ngerti perasaan anak kost," pungkas Rania yang sempat menjadi anak kost saat kuliah.
"Uang buat nabung beda lagi kali. Aku juga manage uang aku tiap bulan. Dari kecil aku tuh sama Bunda udah diajarin kalau dikasih uang pisahin buat nabung dan berbagi ke yang butuh, sisanya baru aku pakai buat kebutuhan aku."
"Logan, coba saya mau nanya ya. Kamu kalau baju kamu ada yang robek dikit misalnya, kamu minta jahitin ke Bunda atau bi Ninah gak? Atau kamu jahit sendiri mungkin?"
"Ya aku buang aja 'kan udah robek masa masih dipakai?" jawab Logan.
Rania menepuk jidatnya dan kembali bertanya. "Kalau shampo atau sabun kamu abis, kamu suka isiin air gak buat bersihin sisa-sisanya yang ada di botol?"
"Nggak. Biasanya kalau udah abis, nanti bi Ninah udah naro botol yang baru."
Rania menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. 'udahlah. fix, Logan ini Sultan.' batin Rania.
"Pertanyaan kamu kok random banget sih, Ran? Ada apa sih nanyain begituan?" tanya Logan sambil tertawa.
"Saya mau mastiin stratifikasi sosial kamu," ucap Rania datar.
"Emang kalau kamu gimana?" Logan malah balik bertanya pertanyaan random itu pada Rania.
"Ya saya jahit sendiri. Kalau masih bisa dipakai, ya dibetulin aja. Kalau shampo abis ya saya masukin air terus saya kocok-kocok buat bersihin sisa shampo yang ada di dalemnya." Rania menjawab panjang lebar.
"Oh kalau kamu gitu ya ternyata." Logan mengerti apa yang sedang Rania maksudkan.
"Iya saya paham sekarang. Pandangan kita tentang materi emang beda."
"Tapi jangan jadiin itu masalah gede ya. Aku gak mau kamu cuekin lagi," rajuk Logan.
"Iya, nggak kok. Ya udah tadi kan udah saya yang traktir, Rabu nanti kamu yang traktir."
"Okay deal ya. Gak ada protes-protes."
"Deal," ucap Rania.
Tiba-tiba pintu kamar Rania diketuk.
"Kak aku masuk ya," suara Berlin terdengar.
"Gan, Berlin di sini. Udahan dulu ya nelponnya. Dah." Rania menutup telepon sebelum Logan menjawab. "Masuk, Lin."
Pintu pun terbuka dan Berlin masuk ke dalam kamar.
"Kakak abis telponan sama siapa sih?" tanya Berlin sambil duduk di kursi belajar Rania.
"Kepo deh kamu," sahut Rania cuek.
"Sama Hyunjin ya?" tanya Berlin dengan mata yang menyipit.
"Hyunjin mana. Kebanyakan ngehalu kamu tuh," ucap Rania sambil beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke lemari untuk mencari baju ganti.
"Iya temen Kak Ran yg tadi, Logan. Kak Ran pacaran ya sama dia?" tanya Berlin yang masih kepo.
"Kamu tuh ngewarisin darah eyang yang kepo abis deh."
"Kak Ran ih jawab. Pengen tahu. Aku belom pernah denger Kak Ran bawa cowok ke rumah soalnya. Atau jangan-jangan udah jadi calon suami ya kak?" Berlin berspekulasi dengan hebohnya.
"Menurut kamu gimana?" tanya Rania santai sambil mencempol rambutnya.
"Kalau kata aku sih cocok banget kakak sama dia. Kak Ran tuh mirip banget sama Yoona SNSD. Cocok kok sama kak Hyunjin, eh Logan. Sama-sama cantik dan ganteng. Kalo ngebintangin drakor cocok banget kakak sama dia," ucap Berlin sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Tapi Yoona sama Hyunjin beda umurnya berapa coba. Gak cocok ah. Cocok juga Hyunjin tuh sama idol generasi ke-4. Yoona mah ketuaan," ucap Rania yang juga menyukai dunia Kpop dan K-drama.
"Iya itu 'kan aslinya. Ini 'kan kita ngomongin kakak sama kak Logan. Kakak 'kan cantik, jago dance lagi. Kak Logan juga ganteng banget. Cocok banget aku kayak lagi nonton drakor di dunia nyata," ucap Berlin yang masih menghalu.
"Eh Lin kamu di sekolah jangan bilang-bilang ya kalo kakak suka dance." Rania mengubah topik pembicaraan karena Berlin menyinggung tentang hobi rahasianya.
"Emang kenapa sih kak? Kakak tuh harusnya jangan jadi guru, tapi jadi artis, penyanyi, atau jadi idol sekalian. Dance kak Ran tuh bagus banget. Waktu kakak cover dance dududunya blackpink tuh mirip banget kak, kayak Lisa beneran yang dance."
"Kakak 'kan guru harus jaga wibawa dong. Dance itu cuma hobi aja."
"Coba ya Kak Ran upload aja satu video dance covernya Kak Ran ke youtube. Pasti viral deh kak. Blinks pasti pada notice kakak. Terus kakak dinotice sama YG. Dipanggil jadi trainee. Debut jadi idol. Gak kebayang banget," Berlin masih di dunia halunya.
"Halunya jangan kejauhan deh, Lin. Pokoknya dance itu cuma buat seru-seruan aja. Yang tahu tentang video-video dance cover kakak cuma kamu sama Keyla ya. Awas kalau kalian nyebar-nyebarin. Kakak buang koleksi photocard sama lightstick kamu," ancam Rania pada sang sepupu dengan tatapan lurus pada mata Berlin yang menandakan Rania serius dengan ancamannya.
"Kakak mah didukung malah gitu. Aku tuh serius kak. Aku bertahun-tahun tinggal di Seoul kak, aku sering loh lihat dance cover di public place gitu kan, gak ada dong yang sebagus kakak dancenya."
"Lebay."
"Coba kakak kalau dance lagunya Blackpink tutup aja mukanya pake masker, pasti kakak bakal disangka Lisa yang asli lagi dance."
"Gak ada Berlin. Kakak gak pengen terkenal. Kakak udah punya passion sendiri, kakak pengennya jadi guru."
"Ah, kakak gak seru," protes Berlin. Tiba-tiba Nindi mengetuk pintu kamar Rania yang terbuka.
Jangan cuma baca ya kak, ulasan, comment dan likenya please 🥰
semangat sembuh Faris 💪 byr waktu yg terbuang utk logan dan Carla 🤭😁
sabar ya Rania... 🥰
Logan juga sebenarnya ga tahan bersikap dingin dg kamu, Rania 😍
jgn" yg lg adu jotos si Logan & vino nihh 🙈
semoga happy ending sich...🤲🏼🥰😍 walau gondog" kan dulu karena rasa cembokur 😂😂😂